Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah 

Skenario terburuk, mereda akhir Agustus dan awal September

Depok, IDN Times - Beberapa ilmuwan yang tergabung dalam ikatan alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (UI), memprediksi jumlah kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia bisa tembus ratusan ribu.

Mereka meyakini selama ini sebenarnya banyak orang yang terinfeksi, namun tidak menunjukkan gejala, sehingga yang bersangkutan tidak melapor dan kemudian tak terdeteksi sebagai terkonfirmasi positif virus corona.

Para ilmuwan yang terdiri dari Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M. Rustijono, membuat prediksi menggunakan model bernama SIRU--Susceptible, Infected, Reported, dan Unreported, yang merujuk pada sebuah penelitian mengenai kasus COVID-19 di Tiongkok.

Susceptible berarti situasi seseorang yang mungkin saja tertular dan ini bisa berlaku bagi siapa pun. Lalu, Infected berarti seseorang sudah terinfeksi, namun belum menunjukkan gejala.

Sedangkan Reported berarti seseorang terinfeksi, yang menunjukkan gejala dan sudah terlapor. Sementara Unreported berarti seseorang terinfeksi tapi tidak melapor karena gejalanya ringan atau alasan lainnya.

1. Berdasarkan hasil penghitungan, ilmuwan prediksi puncak wabah virus corona 16 April

Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah Grafik Virus Corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Melalui model SIRU kemudian dilakukan penghitungan yang memakai data kasus kumulatif dari tanggal 2 Maret sampai 29 Maret versi kawalcovid19.id. Hasilnya, terlihat banyaknya orang yang terinfeksi (tapi belum melapor) berkali-kali lipat dari banyaknya orang yang terkonfirmasi positif.

“Berdasarkan estimasi ini pandemi COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 16 April dengan 546 kasus positif baru. Tren ini lalu akan mereda pada akhir Mei hingga awal Juni,” kata Barry dkk, dalam keterangan tertulis yang didapat IDN Times, Rabu (1/4). 

Namun, jumlah temuan kasus positif bisa kian bertambah dan waktunya bisa lebih lama, jika tak ada kebijakan pemerintah yang jelas dalam membatasi jarak fisik (pshycal distancing) di masyarakat. Ilmuwan kemudian membagi tiga skenario terkait puncak pandemi berserta rentang waktu dan jumlah kasusnya, bila pemerintah tak punya kebijakan jelas dalam hal pshycal distancing.

2. Bila pemerintah tak tegas terapkan pshycal distancing, puncak wabah terjadi 4 Juni dengan 11.318 kasus positif baru

Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah Grafik Virus Corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Ilmuwan menyebut, bila per 1 April 2020 tidak ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, maka puncak pandemi bakal terjadi pada 4 Juni dengan 11.318 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai ratusan ribu kasus.

Kemudian akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Agustus dan awal September.

“Karena itu, semakin cepat interaksi antarmanusia (pshycal distancing) dikurangi, maka semakin baik untuk menekan banyak pasien positif baru per hari,” ucap Barry dkk.

Pada skenario kedua, ilmuwan menyebut, bila per 1 April 2020 sudah ada kebijakan tetapi kurang tegas dan kurang strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, serta masyarakat tidak disiplin menerapkan physical distancing, maka puncak pandemi akan terjadi pada 2 Mei dengan 1.490 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60.000 kasus.

Kemudian, akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Juni dan awal Juli.

3. Bila pshycal distancing diterapkan secara tegas dan disiplin, puncak pandemi terjadi pada 16 April

Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah Grafik Virus Corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Terakhir, ilmuwan mengatakan, bila per 1 April sudah ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, serta masyarakat disiplin menjalankan physical distancing, maka puncak pandemi akan terjadi pada 16 April dengan 546 kasus positif baru, dan akumulasi kasus positif mencapai 17.000 kasus.

Kemudian akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Mei dan awal Juni.

4. Keberadaan wabah virus corona sangat tergantung pemerintah dan masyarakat

Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah Grafik Virus Corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Semua skenario yang ada, kata para ilmuwan, bersifat dinamis dan bergantung pada pemerintah dan masyarakat. 

“Kebijakan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat akan sangat menentukan skenario mana yang akan terjadi. Kita semua tentu berharap skenario terbaik yang terjadi, bahkan jika mungkin lebih baik lagi,” ucap Barry dkk.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam menegakkan pshycal distancing sudah menyentuh ke ranah hukum, seiring terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB).

“Pembatasan Sosial Skala Besar paling sedikit meliputi: peliburan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum,” bunyi Pasal 4 ayat 1.

Namun arahan PSSB dalam PP tersebut masih belum jelas pelaksanaannya, karena sifatnya masih tentatif.

“Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b harus tetap mempertimbangkan kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan ibadah penduduk,” bunyi Pasal 4 ayat 2.

“Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk,” bunyi Pasal 4 ayat 3.

 

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN : Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona

https://www.youtube.com/embed/Bg4nZkBuZzQ

Baca Juga: Viral, Orang Ini Belanja Pakai Kostum T-Rex Agar Tak Kena Virus Corona

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya