Klaster COVID-19 di Kota Bogor Berasal dari Turki hingga Seminar GPIB

Ada 4 klaster yang sedang ditelusuri oleh Pemkot Bogor

Bogor, IDN Times - Jumlah warga terkonfirmasi positif virus corona atau COVID-19 di Kota Bogor terus bertambah. Bahkan, eskalasi kasus positif meningkat lebih dari 50 persen dalam waktu singkat, setelah Wali Kota Bogor Bima Arya dinyatakan positif virus corona pada Jumat (20/3) lalu usai kunjungan kerja ke Turki dan Azerbaijan.

Hanya berselang sehari kemudian terdapat 4 temuan kasus positif baru, sehingga totalnya menjadi 7 kasus dari yang sebelumnya 3 kasus. Lalu, sampai Sabtu (29/3) kemarin, total kasus positif bertambah satu menjadi 8 orang.

Menanggapi hal itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan, pihaknya sudah membagi beberapa klaster yang diduga kuat sebagai lokus penyebaran COVID-19 di Kota Hujan.

“Pembagian ini penting buat memutus mata rantai penyebarannya,” kata Dedie kepada IDN Times.

1. Klaster Turki, satu orang meninggal dunia

Klaster COVID-19 di Kota Bogor Berasal dari Turki hingga Seminar GPIB(Wali Kota Bogor Bima Arya) IDN Times/Margith Juita Damanik

Dari 8 kasus positif yang ada, 3 di antaranya merupakan bagian dari klaster Turki, yaitu Wali Kota Bima Arya, satu ASN yang menemaninya selama kunjungan kerja, dan seorang dokter.

Sebagaimana dalam berita sebelumnya, dokter yang dinyatakan positif dari klaster ini meninggal dunia pada Jumat (27/3) malam. Hasil tracingnya menunjukkan, mendiang memiliki riwayat kontak dengan Wali Kota Bima Arya setibanya di tanah air usai kunjungan kerja dari Turki.

“Yang bersangkutan menjemput Kang Bima dari Bandara Soekarno Hatta, lalu ikut menyiapkan acara rapat koordinasi COVID-19 di rumah dinas wali kota dan terakhir ikut terlibat dalam tes swab Kang Bima di Rumah Sakit Senior Hospital Bogor,” ucap Dedie.

Dokter yang juga pejabat di Dinas Kesehatan Kota Bogor ini, kata Dedie, mengalami demam tinggi usai kontak terakhir di rumah sakit. Di hari berikutnya, yang bersangkutan dirawat di rumah sakit serupa Bima Arya jalani tes swab. “Sekira dua hari di rawat di sana, sebelum  akhirnya dirujuk ke RSUD Kota Bogor dan di sana dites swab, kemudian hasilnya positif. Dua hari terakhirnya di sana,” ujar Dedie.

Klaster Turki juga menyisakan kekhawatiran lain. Sebab, sebanyak 22 wartawan yang juga kontak langsung dengan Bima Arya, kini sedang harap-harap cemas di kediamannya masing-masing dalam status Orang Dalam Pemantauan (ODP). Mereka sudah menjalani tes swab, namun sampai sekarang hasilnya belum kunjung keluar.

“Kalau masih lama keluar hasilnya, kami lakukan rapid test saja ya. Karena kami butuh kepastian cepat. Kasihan juga kan mereka,” kata Dedie.

Baca Juga: Kontak dengan Bima Arya ASN di Kota Bogor Meninggal, Ini Kronologinya

2. Klaster Seminar GPIB

Klaster COVID-19 di Kota Bogor Berasal dari Turki hingga Seminar GPIBIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Dedie mengatakan klaster penyebaran yang sedang disoroti saat ini adalah mereka yang ikut terlibat dalam seminar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) di Hotel Aston Bogor pada 26-29 Februari lalu. 

“Dari kasus terkonfirmasi positif sekarang termasuk yang ikut seminar di GPIB itu,” ujar Dedie.

3. Dua klaster yang sempat diduga sebagai lokus penyebaran

Klaster COVID-19 di Kota Bogor Berasal dari Turki hingga Seminar GPIB(Tes COVID-19 dengan sistem drive thru di Kota Bogor) www.instagram.com/@ridwankamil

Dedie juga menjelaskan klaster lain yang dianggap jadi lokus pandemi COVID-19 di daerahnya. Yaitu klaster Sempur yang bermula dari terpaparnya seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang indekos di wilayah tersebut.

Selain itu, Dedie menyebut ada klaster Sentul. Karena sebelumnya diketahui salah satu sumber penyebaran virus corona di Indonesia berasal dari acara seminar bisnis syariah di suatu hotel di Kecamatan Babakan Madang atau Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Seminar itu digelar pada 25-28 Februari dan diikuti peserta dari berbagai daerah, termasuk warga Kota Bogor. Buntutnya, seorang peserta seminar asal Solo, Jawa Tengah, dinyatakan positif COVID-19 dan meninggal dunia pada Rabu (10/3) lalu.

Dedie kemudian lekas melakukan tracing dan memeriksa setiap warganya yang berada di lingkaran dalam klaster Sempur dan mereka yang terlibat pada seminar di Sentul.

“Klaster Sempur ada 6 orang dan semuanya dinyatakan negatif. Klaster Sentul ada 2 orang dan dinyatakan negatif juga,” ucapnya.

Baca Juga: Cegah COVID-19, 3 Mal di Depok Tutup dan 10 Lainnya Batasi Jam Buka

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya