Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Demo berlangsung di depan Konjen Tiongkok di Surabaya

Surabaya, IDN Times - Sekelompok perempuan berhijab dan berniqab duduk di pinggir trotoar Jalan Raya Mayjend Sungkono, Surabaya, pada Jumat siang (28/12). Mereka berswafoto ria sambil mengangkat poster "Indonesia Muslim With Uyghur". Mereka mengaku memprotes perlakuan pemerintah Tiongkok kelompok Uighur Muslim di Provinsi Xinjiang.

Pemandangan yang sama tampak di beberapa titik di sepanjang jalan tersebut. IDN Times pun berbincang dengan beberapa dari mereka yang memilih berada di barisan belakang, ketika di saat bersamaan para pria di bagian depan meneriakkan tuntutan, bahkan mengutuk pemerintah komunis Tiongkok.

1. Mereka baru mengetahui soal Uighur Muslim dalam beberapa hari terakhir

Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Ketika separuh jalan Mayjend Sungkono dipadati oleh massa, IDN Times menghampiri Sofi dan Lusi—dua perempuan peserta demo. Sembari duduk di trotoar, Sofi mengatakan, "Ini bentuk solidaritas kepada Muslim di Cina yang lagi ditindas dan dizolimi. Kita sesama Muslim di Indonesia juga menyuarakan untuk membela Muslim yang ada di Cina."

Lusi menimpali, "Kita tuh enak lho di sini boleh salat dengan gampang. Bisa puasa dengan gampang. Baca Al Quran bisa gampang. Mereka tuh gak bisa [melakukannya]." Mereka sendiri mengaku baru mengetahui berita tentang Uighur Muslim beberapa hari terakhir sehingga tidak paham secara detil.

Contohnya, keduanya berkata tidak tahu di mana mayoritas warga Uighur Muslim tinggal di Tiongkok. Mereka pun tidak mengerti apa arti dari beberapa tulisan Mandarin yang tertera pada sejumlah poster dan spanduk.

Baca Juga: Bela Muslim Uighur, Konjen Cina Sebut Pedemo Termakan Hoaks

2. Peserta demo menilai pemerintah Tiongkok harus menjamin kebebasan beragama

Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Akar masalahnya, menurut beberapa peserta aksi, adalah karena pemerintah Tiongkok menganut paham komunisme yang tak mempercayai Tuhan. "Mereka lalu memaksa Uighur ini untuk meninggalkan Islam dan ikut komunis," tutur Sinta, seorang ibu yang datang bersama suami dan dua putranya.

Meski tergolong minoritas, Sofi menegaskan pemerintah Tiongkok seharusnya menjamin kebebasan beragama warga Uighur Muslim dengan mengizinkan mereka beribadah. "Kita akan bela Muslim di manapun berada," tegasnya. Saat ditanya apakah ia akan melakukan hal serupa kepada warga Syiah dan Ahmadiyah yang juga sulit menjalankan kepercayaan, Sofi mengaku "tidak mau berkomentar".

3. Di tengah berjalannya aksi, muncul simbol-simbol dukungan untuk Prabowo dan Sandiaga Uno

Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Setelah meninggalkan area belakang aksi, IDN Times ikut merangsek ke bagian depan di mana pusat orasi berada. Pemandangan yang hampir sama juga tampak. Sejumlah ibu-ibu bercadar berfoto sambil membawa atribut dengan karakter Arab. Sri terlihat semangat saat diminta berpose oleh IDN Times.

Ia memperlihatkan dua jari: jempol dan telunjuk. Saat ditanya apakah arti dari simbol tersebut Sri setengah mengelak, tapi akhirnya menjawab,"Habluminallah (hubungan dengan Allah) atau Habluminnas (hubungan dengan sesama manusia)." 

Simbol yang sama sebenarnya juga dipakai oleh para pendukung capres-cawapres nomor dua. Bahkan, Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, Fadli Zon sampai Fahri Hamzah pernah berpose dengan simbol jari yang sama.

4. Seorang peserta membantah aksi tersebut ditunggangi kepentingan politik

Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Slamet, suami dari Sinta, menegaskan aksi membela Uighur Muslim adalah murni bentuk solidaritas. "Tidak ada kepentingan politik," ujarnya. Menariknya, ketika putranya berfoto dengan salah satu poster sambil menunjuk satu jari, Sinta segera memintanya untuk menggunakan dua jari.

"Kenapa harus dua, Bu?" tanya IDN Times. Ia hanya tersenyum. "Ada hubungannya dengan capres nomor urut dua?" IDN Times kembali bertanya. "Saya pribadi mendukung Prabowo," jawab Slamet.

Mendengar jawaban ini, IDN Times tergelitik menyinggung pernyataan Prabowo bahwa Australia sebagai negara berdaulat punya hak untuk memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem—sebuah langkah yang merugikan Palestina dan para Muslim di sana.

"Saya gak dengar Prabowo bilang begitu," kata dia. "Atau mungkin dipotong-potong [oleh media]." Pertanyaan yang sama juga IDN Times lontarkan kepada Sofi dan Lusi. Keduanya bergantian menjawab,"Kan Prabowo belum jadi presiden. Jangan berandai-andai dulu."

5. Hampir di pengujung aksi, terdengar kutukan kepada Tiongkok yang disebut "kafir" hingga seruan mendirikan khilafah

Aksi Bela Uighur: Dari Teriak Khilafah Hingga Pose Dua Jari

Aksi di kawasan Mayjend Sungkono mendekati akhir pada sekitar pukul 15.00 WIB. Seorang orator membacakan doa yang salah satu isinya adalah kutukan kepada Tiongkok. "Hancurkan orang-orang Cina yang kafir yang selalu menindas orang-orang Muslim," ucap si orator yang diikuti dengan jawaban "amin" dari peserta aksi.

Massa pun bergerak menuju Islamic Center yang berlokasi di Jalan Raya Dukuh Kupang. Sepanjang perjalanan, selain meneriakkan takbir, mereka juga menyerukan pendirian negara khilafah. IDN Times mendekati seorang bapak yang tak mau menyebutkan namanya.

Ia mengaku khusus datang dari Jember ke Surabaya pada Jumat subuh untuk mengikuti aksi tersebut. Ia berkata akan kembali pulang malam ini. "Kenapa meneriakkan khilafah, Pak?" tanya IDN Times. Dengan tenang ia menjawab, "Karena hanya negara khilafah yang bisa menyelamatkan kita."

Baca Juga: Uighur Dijadikan Politik Identitas di Indonesia, Begini Tanggapan NU

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya