Garda Pangan, Menjaga Kelebihan Makanan Tak Berakhir di Tong Sampah

Kamu yang suka buang makanan harus malu sama mereka

Berdasarkan data terbaru badan pangan dunia (FAO), sepertiga makanan di dunia terbuang percuma. Jumlahnya tak main-main, 1,3 miliar ton per tahun. Di sisi lain, ada 108 juta orang yang dilaporkan mengalami kerawanan pangan.

Kenyataan itu disadari betul oleh seorang pengusaha jasa boga atau katering bernama Dedhy Barotho (27). Hampir setiap hari, ia melihat begitu mudah makanan layak konsumsi dibuang. "Kalau di acara wedding kan sering ada makanan terbuang. Lama-lama merasa kok gak enak. Dari situ muncul pemikiran kenapa gak didonasikan aja," ujarnya kepada IDN Times, Rabu (8/11).

Garda Pangan, Menjaga Kelebihan Makanan Tak Berakhir di Tong SampahIstimewaTergerak, Dedhy lantas menginisiasi berdirinya komunitas bernama Garda Pangan. Komunitas yang berdiri sejak April 2017 ini, kata di, fokus menampung makanan lebih dari berbagai usaha kuliner seperti restoran, katering, dan hotel di Surabaya. 

Mereka kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan seperti panti asuhan dan rumah singgah. "Daripada terbuang dan menjadi kerugian ekonomi, lebih baik kami salurkan kepada yang membutuhkan," kata Dedhy. 

Tak sembarang terima makanan.

Garda Pangan, Menjaga Kelebihan Makanan Tak Berakhir di Tong SampahIstimewa

Dedhy mengatakan, setiap hari relawan Garda Pangan akan melakukan food rescue. Tindakan ini adalah upaya penyelamatan makanan yang berpotensi dibuang. Biasanya, mereka akan mendatangi restoran, bakery, dan katering yang sudah sepakat mendonasikan kelebihan makanan mereka.

Walau menerima makanan lebih, Garda Pangan tak sembarangan menerima donasi. Mereka mengaku tetap selektif. Syarat makanan yang bisa diterima oleh Garda Pangan antara lain, tidak basi, belum melewati kadaluarsa, dan yang paling penting masih layak dikonsumsi.

Tak hanya mengumpulkan dan menyalurkan makanan, Garda Pangan juga mengkampanyekan konsep ugly fruit di masyarakat luas. Menurutnya, buah-buah yang berbentuk jelek cenderung dibuang begitu saja. Padahal di balik bentuknya yang tak menarik, buah tersebut masih dapat dinikmati, dengan pengolahan yang baik tentunya.

Saat ini Garda Pangan telah memiliki 30 orang relawan. Mereka juga telah bekerjasama dengan 26 tempat penyaluran seperti rumah yatim piatu, rumah singgah, hingga pondok pesantren di kota Surabaya.

Baca juga: 7 Komunitas Cosplay Keren di Surabaya, Kamu Sudah Gabung?

Perlahan mulai mendapatkan pengakuan.

Garda Pangan, Menjaga Kelebihan Makanan Tak Berakhir di Tong SampahIstimewa
Atas gagasan inovatifnya, Garda Pangan pun perlahan mulai mendapatkan pengakuan. Mereka masuk dalam 20 Besar ASEAN Young Sociopreneur. Terbaru, kata Dedhy, komunitas ini juga termasuk dalam 25 Besar Telkom Socio Digileader pada tahun 2017.

Meski begitu, Dedhy mengatakan bahwa tantangan ke depan masih cukup banyak. Salah satunya adalah bagaimana menggandeng lebih banyak donatur. Untuk itu, dia berharap kelak bisa bekerjasama langsung dengan pemerintah kota Surabaya.

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya