Liponsos Kalijudan, Sanggar Seni bagi Kaum Difabel

Awalnya terlantar, mereka kini jadi seniman andal

Surabaya, IDN Times - Perhatian pemerintah Kota Surabaya terhadap anak berkebutuhan khusus perlu dicontoh daerah lainnya. Berbagai usaha dilakukan agar mereka mendapatkan kehidupan layak seperti anak-anak pada umumnya.

Liponsos Kalijudan, Sanggar Seni bagi Kaum DifabelIDN Times/Rudy BastamMelalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Lingkungan Pondok Sosial Kalijudan, pemerintah Kota Surabaya coba memberdayakan mereka. Tak sekadar tempat bernaung, Liponsos Kalijudan juga menjadi wadah pengembangan kreativitas bagi para penyandang disabilitas.

Telurkan para pelukis andal.

Liponsos Kalijudan, Sanggar Seni bagi Kaum DifabelIDN Times/Rudy Bastam

Pondok sosial yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Kota Surabaya itu memberikan berbagai keterampilan bagi para penghuninya. Para instruktur memberikan pelatihan melukis, kerajinan tangan, hingga bermusik. 

Darmi (45) salah seorang pengasuh di Liponsos Kalijudan menuturkan bahwa merawat anak-anak dengan kebutuhan khusus memerlukan kesabaran inggi. "Semua sudah saya anggap seperti anak sendiri, jadi apa-apa ya saya sendiri yang mendampingi," ujarnya kepad IDN Times, (31/10). "Yang susah itu kalau tahu-tahu berantem. Kalau begitu harus diawasi ekstra." 

Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Liponsos, muncul bakat-bakat terpendam. Neneng (19) misalnya. Sejak pertama kali datang ke Liponsos pada tahun 2009, dia diketahui gemar melukis. Kegemaran itu pun semakin berkembang setelah mendapatkan berbagai pendampingan.

Beberapa lukisannya bahkan laku dilelang dengan nilai jutaan rupiah. "Ini yang disukai sama Bu Risma," ujar Darmi memperkenalkan Neneng. Tak hanya Neneng, keahlian melukis juga dimiliki oleh Umay (15), seorang pengidap down syndrome. Salah satu lukisannya juga digunakan untuk menjadi sampul sebuah novel.  

Baca juga: Kisah Gadis Kelas 10 dan Pemuda Down Syndrome Ini Bakal Membuatmu Percaya Kebaikan Masih Ada

Beri kesempatan untuk lebih dekat dengan anak berkebutuhan khusus.

Liponsos Kalijudan, Sanggar Seni bagi Kaum DifabelIDN Times/Rudy Bastam

Sebagai tempat bernaung anak berkebutuhan khusus, Liponsos Kalijudan juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk dapat lebih dekat dengan mereka. Beberapa kali tempat tersebut menjadi sasaran magang, kuliah kerja nyata, hingga penelitian dari sekolah maupun universitas di Surabaya dan sekitarnya. 

Hastin (21) misalnya, mahasiswi jurusan Bimbingan Konseling Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang sedang melakukan magang di Liponsos Kalijudan. "Rasanya senang dan bersyukur teman-teman di sini mau menerima kita," ujarnya.

Dari ditelantarkan keluarga hingga korban human trafficking.

Liponsos Kalijudan, Sanggar Seni bagi Kaum DifabelIDN Times/Rudy Bastam

Saat ini, Liponsos Kalijudan menampung 50 ABK terlantar di Kota Surabaya. Latar belakang mereka hingga ke Liponsos pun beragam. "Kebanyakan dari mereka ditemukan oleh Satpol PP di jalan, lalu dibawa ke sini. Beberapa juga langsung perintah dari Bu Wali," ujar Kasubag TU Liponsos Keputih, Nanik.

Dirinya lantas menuturkan tentang seorang anak yang menjadi korban eksploitasi dan human trafficking hingga akhirnya mengalami sedikit gangguan mental. "Ada dua orang, tapi yang satu sudah diambil keluarganya. Satu lagi agak mengalami gangguan mental karena trauma masa lalu," jelasnya. 

Namun demikian, cerita haru juga terjadi di Liponsos Kalijudan. Beberapa anak berkebutuhan khusus yang dirawat di Liponsos akhirnya dapat bertemu keluarganya kembali. Mereka kebanyakan berasal dari luar Surabaya seperti, Bali, Blitar, dan Jawa Barat.

Baca juga: Penampungan Penuh, Risma Pulangkan Gembel dan Pengemis

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya