Peringati Hari Pahlawan, Ada "Perang" di Jalan Tunjungan

Dor, Dor, Dor!

Ratusan tentara dan pemuda Indonesia berlari ke arah selatan sambil terus menembak ke arah asal dia berlari. Di belakang mereka, pasukan tentara sekutu bersama orang-orang bayaran dari Gurka merangsek masuk ke jalan-jalan kota Surabaya sambil terus menembaki pejuang.

Di antara para pejuang, seorang remaja bernama Madun masuk ke kolong tank sambil memegang granat, mengorbankan dirinya untuk melumpuhkan pergerakan musuh.

Peringati Hari Pahlawan, Ada Perang di Jalan TunjunganIDN Times/Rudy Bastam

Itulah sepenggal adegan Parade Surabaya Juang 2017 pada Minggu (5/10). Acara tahunan ini digelar dalam rangka untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November setiap tahunnya.

Kali ini, warga Surabaya kembali berkesempatan untuk merasakan adegan demi adegan seputar bulan November 1945 di Surabaya. 

Hadirkan teatrikal perang di Surabaya. 

Peringati Hari Pahlawan, Ada Perang di Jalan TunjunganIDN Times/Rudy Bastam

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini, pemerintah kota Surabaya menghadirkan konsep baru.

Jika di tahun sebelumnya hanya berupa parade dan aksi teaterikal perang, di gelaran ke-sembilan ini aksi teaterikal semakin menarik dengan adanya latar cerita di setiap titiknya.

Hal ini diutarakan langsung oleh Direktur Pelaksana Parade Surabaya Juang, Heri Lentho. "Parade Surabaya Juang kali ini kita hadirkan dengan konsep sosio-drama yang di dalamnya akan memuat alur cerita yang komperehensif," ujar Heri dalam konferensi pers Selasa (1/11) lalu.

Beberapa adegan sekitar tanggal 10 November itu, menurut Heri, akan direkonstruksi ulang sesuai dengan alur ceritanya. "Seperti momen Sumpah Pregolan, Perang TKR Laut, penyobekan bendera, hingga siaran proklamasi dalam tiga bahasa," tambah Heri.

Baca juga: 35 Potret Kemeriahan Parade Juang Surabaya, Seru Banget!

Para veteran pun merasa tersanjung.

Peringati Hari Pahlawan, Ada Perang di Jalan TunjunganIDN Times/Rudy Bastam

Para pejuang veteran yang juga turut memeriahkan acara tersebut juga menyampaikan rasa kagumnya terhadap kegiatan ini. "Senang, tapi juga gak senang. Gak senangnya karena kita sudah tidak bisa lagi mengangkat senjata," ujar Niti Soeprapto (75). Veteran TNI-AL itu juga menyampaikan rasa terima kasih, karena generasi muda saat ini masih bisa menghargai jasa pahlawan.

Hal senada diutarakan oleh Doerali (77), kakek tujuh cucu itu, ikut mengangkat senjata saat Operasi Pembebasan Irian Barat atau yang kemudian dikenal dengan Operasi Trikora. Dirinya berharap supaya kegiatan serupa dapa terus dilakukan oleh generasi muda. "Pengabdian itu harus ikhlas, jangan mengharapkan sesuatu," tutupnya. 

Baca juga: Apa Kamu Pejuang atau Pecundang? Ini 7 Perbedaannya!

Topik:

Berita Terkini Lainnya