Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 

Ribuan nyawa pasien COVID melayang karena langkanya oksigen

Jakarta, IDN Times - Tangis Nurdini pecah. Dia menangis sekencang-kencangnya di tengah teriknya matahari  dan di keramaian orang yang sedang antre mengisi oksigen. 

Di depan petugas dan orang-orang yang antre mengisi oksigen di Jalan Minangkabau Timur, Pasar Manggis, Jakarta Selatan, Nurdini menghiba agar diberi jalan mengisi oksigen secepatnya, karena kondisi ayahnya sedang darurat dan butuh oksigen segera.

"Tolong Pak, saya urgent, bapak saya sesak-sesak," kata Nurdini sambil menangis.

Namun petugas memintanya untuk tetap antre. Nurdini masih memohon agar bisa segera mendapatkan oksigen.

Petugas pengisian oksigen tak bisa berbuat apa-apa, sebab bukan hanya Nurdini yang butuh oksigen secepatnya. Dia pun menyuruh perempuan ini meminta izin kepada warga lainnya yang sudah lebih dulu antre dari pagi, apakah boleh dilayani lebih dulu atau tidak.

"Ibu tolong izin ke warga yang antre dari pagi," kata petugas. Nurdini kemudian meminta izin ke warga yang telah lebih dulu mengantre.

"Pak, Bu, saya mohon bisa duluan isi (oksigen). Bapak saya sesak-sesak," ucapnya di hadapan warga. Warga pun terdiam dan melihat ke arah Nurdini. Lalu ada sejumlah pria paruh baya yang mempersilahkan Nurdini untuk mengisi oksigen.

Usai diperbolehkan warga, Nurdini lalu mengisi satu tabung oksigen yang dibawanya. Tak lupa, wanita ini mengucapkan terima kasih. Usai mendapatkan oksigen, Nurdini segera pulang sambil mendekap tabung oksigennya di atas motor.

Baca Juga: Polda Metro Tangkap Pemalsu Tabung Oksigen Modifikasi dari APAR   

1. Perjuangan keras warga dapat oksigen, harus antre sejak pagi

Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 Warga mengantre untuk mengisi ulang tabung oksigen di Jalan Minangkabau Timur, Jakarta Selatan, Senin (6/7/2021). (IDN Times/Sachril)

Nurdini bukanlah satu-satunya warga yang butuh oksigen secepatnya saat kasus COVID-19 melonjak di Indonesia sejak Juni 2021.

Pantauan IDN TIMES di tempat pengisian oksigen di Jalan Minangkabau Timur, Pasar Manggis, Jakarta Selatan, Minggu 4 Juli 2021, antrean warga mengisi oksigen mengular. Bahkan petugas pengisian sampai membagi antrean menjadi 4 kuartal dalam satu hari, agar tidak menimbulkan kerumunan. 

Warga yang datang pun tidak boleh berdiri menunggu giliran di dekat tempat pengisian. Mereka yang ingin mengisi oksigen, harus mengambil nomor urut dan menempelkannya di tabung oksigen. Tabung oksigen ini lalu ditaruh berjejer berurutan sesuai nomor antrean di pinggir jalan dekat tempat pengisian.

Pemilik tabung tidak diperkenankan menunggu di dekat tabung oksigennya. Mereka harus menunggu di sekitar tempat pengisian. Pengisian oksigen dilakukan saat petugas berteriak atau menyebut nomor urut sekian sampai sekian dengan pengeras suara. Setelah itu, warga akan mengambil tabung oksigen yang ditaruhnya dan membawanya ke tempat pengisian.

Untuk warga yang tidak mendapatkan nomor urut, harus menunggu sampai kuartal berikutnya. Karena itu, tidak heran banyak warga yang mengantre isi oksigen sejak pukul 06.00 agar bisa mendapatkannya

2. Kehilangan ibu kala antre isi oksigen

Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 Akun instagram @nenk_update

Di tengah melonjaknya kasus COVID-19 hingga Juli ini, oksigen mendadak menjadi barang langka. Tidak hanya sulit, untuk mendapatkannya pun butuh perjuangan keras. Sebab, taruhannya adalah nyawa orang-orang yang tengah berjuang melawan COVID-19. 

Langkanya oksigen tidak hanya terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya. Sejumlah wilayah di Indonesia juga mengalami hal serupa.

Di Kalimantan Barat (Kalbar), seorang pria bernama Shiri harus menerima kenyataan pahit saat sedang antre mengisi oksigen.

Dalam video yang diunggah akun Instagram @nenk-update, Shiri antre isi oksigen untuk ibunya yang sedang sesak napas. Antrean mengular, namun Shiri harus bersabar.

Belum juga tiba waktunya mengisi, tiba-tiba ponsel Shiri berdering. Pria ini lalu mengangkat teleponnya. Shiri pun berbicara, dan tak lama pria ini linglung. Diam, tangis Shiri pecah di antara antrean.

Shiri lalu mundur dari antrean. Sambil terisak, dia mengambil sepeda motornya dengan membawa pulang tabung oksigen yang masih kosong.

"Sudah terlambat, ibu saya sudah meninggal, oksigennya telat ini. Ibu saya yang sakit di rumah sesak napas. Perawatan di rumah, tapi di rumah sakit tidak ada oksigen 'katanya'," ujar Shiri sembari mengusap air mata.

Kisah Shiri ini viral di media sosial. Dia kehilangan sang ibu saat berjuang mendapatkan oksigen, yang tak juga didapatkannya sampai nyawa ibunya pergi.

Baca Juga: Innalilahi, 2.641 Pasien Isoman Meninggal karena Sulit Akses Oksigen

3. Oksigen langka, rumah sakit ketar ketir desak pemerintah pusat bergerak cepat

Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 Infografis jenis terapi oksigen untuk pasien COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Susahnya mendapatkan oksigen tidak hanya dialami warga biasa. Bahkan rumah sakit (RS) pun demikian. Ada banyak pasien yang membutuhkan oksigen untuk penanganan, namun karena stok tinggal sedikit atau bahkan habis, RS-RS di berbagai daerah  ketar-ketir.

Alhasil, banyak pengelola RS yang meminta oksigen ke pemerintah karena tak punya stok lagi. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad Diponegoro Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, misalnya. Di RS ini, persediaan oksigen habis.

"Oksigen kosong, sedangkan pasien rawat inap di RS Putussibau saat ini sebanyak 27 pasien," kata Dirut RSUD Achmad Diponegoro Putussibau, Poltak Sianturi, dilansir ANTARA, Selasa (20/7/2021).

Poltak menyebutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas Hulu sebetulnya sudah melakukan antisipasi untuk memenuhi ketersediaan oksigen, namun oksigen tetap sulit didapat.

"Kami tetap berupaya untuk mendapatkan oksigen untuk kebutuhan rumah sakit," ucap dia.

Kelangkaan oksigen juga terjadi di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman. Saat Dirut RS PKU Muhammadiyah Gamping Ahmad Faesol dihubungi, Rabu (21/7/2021), dia mengatakan stok oksigen di RS-nya hanya bisa bertahan hingga 2-3 jam lagi.

"Saat ini sudah pakai tabung oksigen bufer. (Bisa digunakan) 2-3 jam," kata Faesol.

Faesol menjelaskan, pasokan oksigen masih dalam perjalanan. Namun untuk jumlah yang akan dialokasikan bagi PKU Muhammadiyah Gamping, belum dapat dipastikan.

"Ini infonya suplai oksigen baru sampai Prambanan. Kalau jumlahnya belum tahu," katanya.

Faesol menerangkan, ada 76 pasien COVID-19 yang dirawat di PKU Muhammadiyah Gamping. Ditambah beberapa pasien yang dirawat di ICU dan ICCU.

"Pasien COVID-19 ada 76 tambah ICU ada 2 dan ICCU 1 pasien," terangnya.

Kekurangan oksigen juga terjadi di banyak rumah sakit di Kota Bogor, Jawa Barat.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, kebutuhan oksigen liquid untuk 21 rumah sakit yang tersebar di Kota Bogor sebanyak 14 ton per hari.

"Kita masih kekurangan (oksigen), kebutuhan pasokan oksigen 21 rumah sakit Kota Bogor sebanyak 14 ton liquid oksigen per hari," kata Dedie, (21/7/2021).

Dari kebutuhan itu, saat ini baru terpenuhi sekitar 6 ton. Untuk kekurangannya dipenuhi dari tabung 6 m3.

"Kekurangan dipenuhi dari tabung 6m3. Contoh RSUD setiap hari butuh 210 tabung. Padahal kebutuhan liquid oksigen 4,5 ton per hari," kata Dedie.

Guna memenuhi pasokan oksigen bagi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, Wali Kota Bogor Bima Arya sebelumnya telah meminta pemerintah pusat untuk bergerak lebih cepat mengatasi kelangkaan oksigen ini.

Hal tersebut diungkapkan Bima Arya saat meninjau tiga titik stasiun pengisian (filling station) oksigen, pada Jumat (16/7) lalu. Titik yang dikunjungi yakni PT Sandara Baswana Gas di Citeureup, PT Rezki Gasindo Jaya di Gunung Putri, dan PT Aneka Gas Industri (Samator) Cileungsi, Kabupaten Bogor.

"Tiga titik ini yang memasok oksigen ke semua RS di Kota Bogor. Kondisinya memang masih kritis, masih darurat. Semua mengeluhkan pasokan di pabrikan yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan saat ini, sehingga jalur distribusi ke RS terhenti. Jadi masuk sedikit-sedikit dan dipaksa dibagi ke rumah sakit yang betul-betul membutuhkan," ungkap Bima Arya.

Akibat kurangnya pasokan oksigen, kata Bima, Instalasi Gawat Darurat (IGD) di sejumlah RS di Kota Bogor tidak bisa melayani pasien.

"Oksigennya sudah habis. Sementara filling station ini juga tergantung pasokannya dari pabrikan. Yang di sana (pabrikan) juga kapasitas produksinya terbatas. Jadi, situasinya memang sangat darurat, semuanya menyiasati dengan cara membagikan dulu bagi RS yang membutuhkan," terang Bima.

Karena itulah Bima Arya mendesak pemerintah pusat untuk bergerak lebih cepat mengatasi kelangkaan oksigen.

"Karena dampaknya banyak. Berdampak pada angka kematian warga isoman yang melonjak, berdampak juga pada keterisian tempat tidur. Tempat tidur di RS pun tidak bisa digunakan karena oksigennya juga tidak ada. Jadi, rasanya semua harus bergerak cepat," tambah politisi PAN ini.

4. Ribuan pasien COVID-19 yang isoman meninggal karena kelangkaan oksigenR

Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 Infografik Pemakaman COVID-19 di Jakarta. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kelangkaan oksigen telah merenggut banyak nyawa pasien COVID-19. LaporCovid-19 mencatat, ada 2.641 pasien COVID-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman). Inisiator LaporCovid-19 Irma Hidayana menyebut, mereka meninggal karena kelangkaan oksigen.

"Kelangkaan oksigen sudah terjadi sejak Juni pertengahan menuju akhir. Kami ingat betul karena kami membantu warga mencarikan rumah sakit. Banyak pasien yang sesak napas dan butuh oksigen, jangankan tabung oksigen, tabung yang kecil saja sulit didapatkan," kata Irma, Minggu (25/7/2021).

Irma menjelaskan, langkanya oksigen terjadi di berbagai RS di sejumlah daerah. Antara lain, di Rembang Jawa Tengah, Bandung, Bali, sampai Papua. Pihaknya mendorong agar RS tidak takut mengungkapkan kelangkaan oksigen.

"Ini tidak jadi masalah apabila tidak menyebabkan kematian pasien, tapi banyak pasien yang meninggal, salah satunya karena akses oksigen dan bantuan lainnya sangat lambat bahkan tidak ada," ujarnya.

Irma menduga ada monopoli dalam kelangkaan oksigen, namun dia tidak merinci hal tersebut. Dia hanya meminta kepada RS untuk berani mengungkap praktik monopoli itu. Bila takut, sambungnya, dapat meminta bantuan lembaga bantuan hukum (LBH).

"Kami sebetulnya ingin mendorong rumah sakit yang ada di Indonesia, terutama episentrum COVID-19, Jawa, Bali, dan pulau-pulau lainnya, untuk berani mengungkapkan jika terjadi kelangkaan oksigen kepada publik," ujar Irma.

Soal dugaan monopoli ini, pendiri LaporCovid-19 lainnya, Ahmad Arief menambahkan, pihaknya masih mendalami dugaan adanya monopoli tabung oksigen. Menurutnya, masih ada yang perlu diverifikasi. "Jadi, belum bisa menyampaikan," kata Arief saat dihubungi terpisah, Senin (26/7).

Baca Juga: Menkes: Kebutuhan Oksigen Meningkat Jadi 2.500 Ton per Hari

5. Jurus pemerintah mengatasi kelangkaan oksigen

Berjuang Berburu Oksigen demi Nyawa Tak Direnggut COVID-19 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/2/2021). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kebutuhan oksigen medis semakin meningkat setiap harinya karena lonjakan kasus COVID-19. Dia menjelaskan, dalam sehari permintaan oksigen bisa sampai 2 ribu ton.

"Kebutuhan oksigen memang meningkat sangat pesat dari sebelumnya 400 ton per hari, naik hampir jadi 2 ribu ton per hari," ujar Budi dalam keterangan persnya yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (16/7/2021).

Budi menuturkan, pemerintah sudah melakukan strategi pemenuhan suplai oksigen dengan memesan jumlah lebih banyak dari yang dibutuhkan.

"Kami juga sudah memberikan strategi pemenuhan suplai dengan cara menggunakan excess capacity dari pabrik-pabrik, industri-industri di dalam negeri bekerja sama dengan Kemenperin ada sekitar 240-250 ton per hari, excess capacity yang bisa kami gunakan dari industri-industri dalam negeri," terang Budi.

Selain itu, pemerintah juga akan memenuhi kebutuhan oksigen dengan menggunakan oksigen konsentrator. Menurut Budi, oksigen konsentrator hanya membutuhkan listrik dan bisa dipasang di rumah atau tempat tidur rumah sakit dengan kapasitas 5-10 liter per menit, sehingga cukup untuk isolasi.

"Pemerintah berencana beli 20-30 ribu oksigen konsentrator untuk bisa menyediakan 600 ton oksigen per hari untuk rumah sakit, dan bisa kita pinjamkan ke rakyat yang membutuhkan," tambahnya.

Budi kembali mengungkapkan, kebutuhan oksigen saat ini bisa mencapai 2.500 ton per hari. Kebutuhan ini melebihi kapasitas produksi dalam negeri.

"Kebutuhan kita sebelum lebaran 400 ton per hari, sekarang sudah naik menjadi 2.500 ton per hari. Kapasitas produksi Indonesia 1.700 ton per hari, sehingga kita ada gap. Karena sama seperti obat kenaikannya tinggi sekali," ujar Budi, Senin (26/7/2021).

Kelangkaan oksigen di Jawa Timur juga membuat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memutar otak. Agar kebutuhan oksigen terpenuhi, Khofifah meresmikan posko isi ulang oksigen di Bakorwil Jatim III, Malang Raya, Senin (26/7) lalu.

Posko isi ulang ini disiapkan untuk membantu masyarakat mendapatkan stok oksigen. Posko isi ulang oksigen ini tidak memungut biaya apapun alias gratis bagi masyarakat yang membutuhkan.

"Jadi kalau ISO tank bisa 20 ton. Artinya yang bisa diisi di sini, bukan hanya yang satu meter kubik, tapi yang enam meter kubik juga. Kalau memang kebutuhan di rumah sakit Malang Raya cukup tinggi, maka kami merasa juga perlu menempatkan di sini untuk 20 ton," urainya Senin (26/7).

Negara lain pun datang memberikan bantuan untuk Indonesia. Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengirim bantuan darurat penanganan COVID-19 dengan mengirimkan 350 konsentrator oksigen dan 35 unit ventilator.

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Park Tae-sung mengatakan, situasi COVID-19 seharusnya dihadapi dengan membangun solidaritas dan kerja sama internasional. Park Tae-sung menambahkan, Korsel berkomitmen akan berjuang bersama Indonesia mengakhiri COVID-19.

"Tidak ada satu negara pun yang dapat mengatasi pandemik COVID-19 ini seorang diri," kata Park dalam keterangan tertulisnya pekan lalu.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya