Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19

Dokter ini ceritakan kondisi pasien di RS, seperti apa?

Jakarta, IDN Times - Seorang dokter bernama Elsa menceritakan pengalamannya saat bekerja menangani pasien positif COVID-19. Di tengah second wave atau ledakan kedua kasus COVID-19 Indonesia, Elsa bercerita banyak pasien yang ditangani di lorong IGD rumah sakitnya bekerja.

Cerita ini, Elsa sampaikan di akun media sosialnya, Rabu (30/6) pukul 08.07 WIB. "Pasien IGD 100 perburukan semua. Sebagian di bed sebagian di kursi dan lorong RS. IGD rasa ICU. Suara monitor, isak tangis keluarga saat dikabarkan pasien meninggal. Ya Allah, Ya Tuhan. Kuatkanlah kami semua…..," tulis Elsa di akun media sosialnya.

Dihubungi, Elsa membenarkan kejadian itu. Dia merupakan dokter relawan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet. Dokter ini mengatakan ada sekitar 100 pasien yang membutuhkan perawatan insentif di IGD, Selasa (29/6) kemarin.

Namun dikarenakan tempat tidur yang tersedia tidak cukup, banyak dari pasien yang bertahan di lorong RS.

"Jadi, memang pada saat mengunggah cuitan tersebut, saya jaga malam jam 22.00 WIB sampai jam 06.00 WIB pada 29 Juni 2021. Itu pada saat saya dioperkan (aplusan), memang kondisi pasien di IGD mencapai puncaknya, kurang lebih 100 pasien. Sedangkan tempat tidur yang tersedia, kurang lebih hanya 60. Sehingga, sisa pasien yang tidak di tempat tidur, terpaksa duduk di kursi roda, bahkan disediakan semacam brankar di lorong-lorong RS, seperti itu," kata Elsa saat dihubungi, Kamis (1/7/2021).

Baca Juga: Kisah Dokter Harus Pilih Selamatkan 1 dari 3 Pasien COVID-19 di IGD

1. Pasien dirawat di lorong RS lebih dari 24 jam

Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19Mural pandemik COVID-19. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Elsa menceritakan tempat tidur di RSDC Wisma Atlet banyak yang penuh. Pasien yang datang pun, tidak hanya OTG atau bergejala ringan saja.

Masih dijelaskan Elsa, sejumlah pasien datang ke Wisma Atlet dengan kondisi kesehatan yang sudah lemah. Akibatnya, ruangan seperti ICU, HCU, IGD, dan yang lainnya banyak yang sudah penuh.

Dia lalu menjelaskan sekitar 100 pasien membutuhkan penanganan lebih di IGD pada saat berjaga. Namun, seluruh tempat tidur yang ada di IGD Wisma Atlet tidak mampu menampung ke-100 pasien ini. Akibatnya, ada puluhan pasien yang terpaksa ditangani dengan pemasangan oksigen dan fasilitas kurang memadai seperti kursi roda dan brankar di lorong IGD.

"Kemarin pas saya jaga lagi, kurang lebih (sudah) dua hari ada pasien yang belum dapat (tempat tidur di IGD). Jadi kondisi sangat penuh dari mulai intensif care unit, high unit sampai ruangan pun sangat penuh. Bahkan pasien-pasien di ruangan, banyak yang mengalami sesak nafas juga dan daftar tunggu masuk IGD. Sedangkan, di IGD juga ada beberapa pasien yang memang masuk daftar tunggu IGD dari kursi roda. Jadi memang yang kami maksimalkan pemenuhan oksigen untuk pasien," jelas Elsa.

Baca Juga: Kisah Dokter Mariska Temani Suami di ICU Bergelut Melawan COVID-19

2. Lakukan perawatan di lorong hingga lihat pasien meninggal dunia

Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19Ilustrasi meninggal (IDN Times/Sukma Shakti)

Baca Juga: Daftar Hotel, Rusun dan Wisma Tempat Isolasi Mandiri COVID di Jakarta

Karena tempat tidur yang terbatas, penanganan dilakukan dari lorong RS. Dokter dan perawat yang berjaga pun memberikan pemahaman agar pasien mengerti. Elsa mengatakan sejumlah pasien yang dirawat di Wisma Atlet merupakan hasil dari klaster keluarga.

"Iya, memang sekarang juga kondisi pasien banyak yang berat. Pasien di ICU ada beberapa yang meninggal. Kalau untuk sekitar berapa, saya gak bisa mastiin. Cuma, kemarin ada yang meninggal, jadi sekarang memang pasien. Dulu kan di IGD itu gak ada pasien meninggal. Cuma semenjak kasus second wave ini ada yang meninggal. Memang, kondisi pasien rata-rata buruk. Semua butuh oksigen bahkan ada yang sampai intubasi, dilakukan bantuan ventilator di IGD," jelas dia.

"Kebetulan memang banyak klaster keluarga. Jadi ada beberapa anak pasien yang ke bawah melihat kondisi keluarga mereka. Ada yang menemani sampai meninggal. Tapi, ya itu, balik lagi untungnya pihak keluarga sejauh ini paham kondisi kami di lapangan sangat berat," ungkap Elsa.

Baca Juga: Support Suami yang Positif Covid, Ini Potret Mesra Audy dan Iko Uwais

3. Nakes berebut tabung oksigen untuk pasien

Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19Ilustrasi Tabung Oksigen. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Dalam cuitan di akun media sosialnya, Elsa menceritakan tenaga kesehatan (nakes) membutuhkan oksigen untuk menangani pasiennya. Tak sedikit dari nakes yang rebutan tabung oksigen. Dia menjelaskan hal ini terjadi karena tabung oksigen yang ada memiliki jumlah terbatas.

"Untuk oksigen, kami memang setiap hari mengajukan semaksimal mungkin dan selalu ditanyakan agar secepatnya oksigen didapat. Tapi, memang itu, kondisi pasien yang sesak napas bukan hanya di IGD saja, tapi ada juga yang di ruangan lain butuh tabung oksigen. Sehingga permintaan juga semakin banyak dibandingkan permintaan oksigen di bulan kemarin, sebelum second wave," ujarnya.

"Makanya pada saat kondisi seperti ini ketika oksigen datang, itu perawat dan dokter itu sudah benar-benar stand by di depan, begitu. Memang, oksigen gak akan lama habis. Pasti cepat habis. Apalagi dengan bantuan alat yang lebih berat, seperti dengan menggunakan NRM, (non-rebreathing oxygen), seperti itu," tambahnya.

Baca Juga: Deretan Tokoh yang Terpapar Corona Usai Lebaran, Terbaru Annisa Pohan

4. Elsa harap seluruh pihak bisa bersama-sama menghadapi virus Corona

Kisah Dokter Kewalahan Rawat 100 Pasien COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebagai salah satu dokter relawan yang bekerja sejak Mei 2020, Elsa memiliki harapan agar pandemik COVID-19 bisa cepat berakhir. Dia mengakui banyak orang yang lelah dan stres menghadapi COVID-19.

Menurutnya, penyebaran COVID-19 ini tidak akan bisa ditekan bila semua pihak tidak bekerja sama.

"Pertama harapannya untuk pemerintah, dibuat kebijakan yang (di saat) pandemik juga, ya setidaknya second wave ini tidak berlangsung lama. Untuk masyarakat, prokesnya tetap dijalankan jangan disepelekan," ucap Elsa.

Baca Juga: Cerita Penjual Oksigen, Rela Buka 24 Jam Demi Selamatkan Nyawa Pasien

Topik:

  • Satria Permana
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya