Menkes: Pemerintah Kebobolan di Jalur Laut hingga COVID-19 Melonjak

Varian Delta jadi biang keroknya

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku 'kebobolan' pada jalur laut masuk Indonesia, hingga kasus COVID-19 melonjak pada Juli lalu akibat varian Delta dari India.

"Nah yang perlu kita jaga adalah kita bisa lihat bahwa pintu masuk kemarin, kita agak kebobolan karena kita lupa menjaga dari sisi lautnya. Sehingga banyak kapal-kapal pengangkut barang yang masuk ke Indonesia dari India, krunya pada saat mendarat diizinkan turun, sehingga menularkan," kata Budi saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (13/9/2021).

Budi lalu mengatakan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia karena varian Delta.

Baca Juga: Ribuan Orang Ditolak Masuk Mal karena Positif COVID-19

1. Menkes Budi sebut tes COVID-19 di jalur udara masih minim di Bandara Kualanamu

Menkes: Pemerintah Kebobolan di Jalur Laut hingga COVID-19 MelonjakIlustrasi bandara (IDN Times/Lia Hutasoit)

Budi memaparkan pintu-pintu masuk ke Indonesia melalui jalur udara. Dia menjelaskan entry dan exit test (tes COVID-19 usai karantina) di bandara sudah baik, kecuali di Bandara Kualanamu, Medan, Sumatra Utara.

"Dari sisi pintu masuk udara, relatif memang test-nya lebih baik. Jadi entry test-nya dilakukan lebih baik, sudah hampir semua bandara, kecuali Bandara Kualanamu yang bagus testing-nya," kata dia.

Dari data tersebut, kata Budi, terlihat entry test dan exit test COVID-19 di Bandara Kualanamu hanya 2 persen. Dia mengatakan warga negara yang masuk Indonesia tetap wajib melaksanakan karantina, meski sudah memiliki hasil tes negatif PCR COVID-19.

2. Budi ungkap banyak yang lolos masuk Indonesia via darat

Menkes: Pemerintah Kebobolan di Jalur Laut hingga COVID-19 MelonjakPaparan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (13/9/2021). (youtube.com/DPR RI)

Menkes pun menyoroti warga negara yang masuk via darat. Budi ingin akses masuk ke Indonesia dari jalur darat seperti terminal barang internasional dan via laut, yakni pelabuhan, diperketat.

"Walau pun (tes COVID-19 di) entry-nya baik, tapi masih ada catatan adalah exit test yang dilakukan sesudah masa karantina. Karena nanti kita lihat datanya tetap saja masih ada yang lolos. Ini kita perlu perhatikan dengan ketat adalah testing untuk pintu-pintu masuk dari darat dan laut, terutama yang menjadi tempat banyak traffic-nya, banyak traffic masuknya," kata dia.

"Contohnya kalau untuk darat, itu adalah di Kupang Motaain, yang kemudian juga di Kalimantan Utara, ada banyak masuk dari Malaysia," Budi menambahkan.

Budi memperlihatkan data mengenai pintu perbatasan internasional via jalur darat, yakni melalui Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN), sebagai berikut:

1. Aruk, Pontianak
Entry test: 69 persen
Exit test: 0,06 persen

2. Badau & Jagol Babang, Pontianak
Entry test: 42 persen
Exit test: 11 persen

3. Entikong, Pontianak
Entry test: 100 persen
Exit test: 0 persen

4. Motaain, Kupang
Entry test: 49 persen
Exit test: 0 persen

5. Sota dan Mindiptana, Merauke
Entry test: 0 persen
Exit test: 0 persen.

Baca Juga: Menkes: Harga Vaksin COVID-19 Booster Berbayar Sekitar Rp100 Ribu

3. Pemerintah awasi mutasi 3 varian baru COVID-19

Menkes: Pemerintah Kebobolan di Jalur Laut hingga COVID-19 MelonjakIlustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Selain itu, Budi mengatakan pemerintah sedang mengawasi tiga varian baru COVID-19 yang masuk Indonesia.

"Sebagai antisipasi, kita mengamati ada tiga varian baru yang kita amati dari dekat. Pertama adalah varian Lambda, kedua varian Mu, dan yang ketiga adalah varian C.1.2," kata dia.

Budi menjelaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan varian Delta dan Mu ke dalam kategori variant of interest. Dia mengatakan kedua varian virus corona ini ditemukan di Amerika Selatan.

Menkes menjelaskan penelitian tentang varian Lambda dan Mu masih dilakukan. Berdasarkan analisa dari jurnal-jurnal, dia mengatakan, varian Lambda dan Mu memiliki kemampuan menurunkan efektivitas dari vaksin COVID-19.

"Lambda ini sudah ada di 42 negara, Mu ini lebih cepat ada di 49 negara," ujarnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan, varian C.1.2 adalah mutasi COVID-19 paling baru. Dia mengungkapkan varian C.1.2 juga dikhawatirkan ilmuwan.

"Sedangkan varian yang paling baru yaitu varian C.1.2, ini keluar di Afrika Selatan. Kenapa banyak ilmuwan sangat khawatir dengan varian ini? Karena varian ini mutasinya banyak sekali. Sama seperti yang lainnya, mereka dilihat bisa menghindari sistem kerja imunitas kita yang sudah terbentuk berdasarkan varian-varian sebelumnya," ucap Menkes Budi.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya