Penyebab Makanan Jadi Limbah: Pola Pikir dan Kurangnya Pengetahuan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sampah yang berasal dari sisa makanan menjadi salah satu masalah untuk mengurangi limbah di Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, dari total sampah Indonesia, setengahnya adalah limbah makanan.
Team Leader Food Loss & Waste Study Waste4Change, Annisa Ratna Putri, mengatakan sampah makanan menjadi masalah tersendiri di Indonesia. Dia pun mengungkapkan beberapa penyebab limbah makanan menjadi semakin menumpuk. Apa saja?
Baca Juga: 5 Cara Mengurangi Sampah di Masa Pandemik
1. Pengelolaan pangan dan tak tepatnya menyimpan makanan di kulkas jadi penyebab munculnya limbah
Annisa menjelaskan kurangnya good handling practices dalam mengelola pangan, menjadi salah satu penyebab limbah makanan di Indonesia menumpuk. Mulai dari kurang baiknya mengelola pangan menjadi makanan, banyaknya sisa bahan makanan yang tidak terpakai, hingga kurangnya pendistribusian.
"Kedua, ruang penyimpanannya. Kalau di rumah tangga mungkin kurang memahami bagaimana harusnya menyimpan makanan. Bahwa gak semua makanan tahan lama kalau di kulkas. Mindset kadang taruh kulkas aja, padahal ada makanan kalau di kulkas lebih cepat berjamur (alhasil dibuang dan menjadi limbah makanan)," ungkapnya.
2. Makanan atau pangan akan jadi sampah hanya karena bentuknya berbeda
Editor’s picks
Lebih lanjut, Annisa mengatakan, banyak orang yang terlalu memilih pangan atau makanan dari bentuknya. Padahal, kandungan nutrisi di pangan atau makanan tersebut sama.
"Akhirnya gak kejual, itu berpengaruh akhirnya terbuang karena konsumen gak mau beli," ujarnya.
Baca Juga: Walhi: Sampah Gak Jadi Prioritas Kota dan Kabupaten di Indonesia
3. Pola pikir menyediakan makanan banyak agar tidak kekurangan adalah keliru
Hal lainnya yang menyebabkan munculnya sampah makanan, kata Annisa, adalah kelebihan porsi dan perilaku konsumen. Maksudnya, kata dia, banyak orang yang berpikir "lebih banyak lebih baik dari pada kurang", padahal pemikiran ini tidak tepat.
"Jadi kalau kita sering berpikir lebih banyak lebih baik lah dari pada kurang, suka disediakan banyak-banyak (makanan)," kata dia.
Annisa mencontohkan, banyak orang yang memesan makanan di tempat makan namun tidak habis dimakan. Atau membuat banyak makanan di rumah tapi tak sanggup menghabiskan. Hal ini berujung sisa makanan itu akan menjadi limbah karena terbuang.
"Nah pola pikir gitu harus kita mulai evaluasi," ucapnya.