Kirim 2.593 Surat, Masyarakat Desak Menkes dan Satgas Lindungi Nakes

Pemerintah diminta lebih peduli tenaga kesehatan

Jakarta. IDN Times - Amnesty International Indonesia menyerahkan 2.593 surat dari masyarakat di seluruh daerah ke Satgas Penanganan COVID-19 dan Kementerian Kesehatan RI, Kamis (3/12/2020). Surat itu berisi desakan kepada pemerintah, supaya menerapkan perlindungan yang lebih baik bagi tenaga kesehatan selama masa pandemik COVID-19.

Hadir dalam penyerahan secara simbolik tersebut Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 RI Profesor Wiku Bakti Bawono Adisasmito. Turut hadir juga Sekretaris Badan Pengembangan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr Trisa Wahjuni Putri.

Baca Juga: Kisah Nakes: Belum Pulang Sejak Awal Pandemik COVID-19 Hingga Sekarang

1. Sudah 327 tenaga kesehatan di Indonesia meninggal karena COVID-19

Kirim 2.593 Surat, Masyarakat Desak Menkes dan Satgas Lindungi NakesPetugas medis di RSUD Kabupaten Tangerang. ANTARA FOTO/Fauzan

Menurut catatan Amnesty International, per 30 November 2020, setidaknya terdapat 327 tenaga kesehatan di Indonesia telah meninggal akibat COVID-19, yang terdiri atas 179 dokter dan 148 perawat, serta berbagai tenaga kesehatan lainnya.

“Hak hidup dan hak atas kesehatan mereka jelas terabaikan. Kami mendesak pemerintah untuk lebih serius melindungi hak atas keselamatan mereka di tempat kerja,” kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangan persnya, Kamis (3/12/2020).

Memasuki bulan kesepuluh pandemik COVID-19 di Indonesia, kata dia, jumlah kasus kembali mengalami kenaikan. Kapasitas tempat tidur rumah sakit di berbagai daerah pun semakin langka. Tenaga kesehatan, sebagai garda depan melawan pandemik, kembali menghadapi ancaman terhadap kesehatan dan bahkan nyawanya.

2. Surat berisi keluhan dan cerita dari masyarakat

Kirim 2.593 Surat, Masyarakat Desak Menkes dan Satgas Lindungi NakesANTARA FOTO/Fauzan

Surat-surat yang dikirimkan Amnesty International Indonesia kepada pemerintah rata-rata berisi cerita dan keluhan masyarakat. Salah satu surat datang dari Muhammad Rayhan Putra Wibisono, seorang mahasiswa yang juga bekerja paruh waktu sebagai barista.

Dalam suratnya kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Rayhan menceritakan kisah dr Michael Robert Marampe yang meninggal setelah terpapar COVID-19 pada April lalu. Dr Michael bukan satu-satunya pejuang yang gugur di garis terdepan virus corona.

“Banyak hal besar yang telah mereka perjuangkan, banyak pengorbanan yang telah dilakukan, hingga banyaknya tangis bagi mereka yang ditinggalkan,” tulis Rayhan dalam suratnya.

Dr Tri Maharani, seorang dokter UGD yang juga sukarelawan Lapor COVID-19, juga menceritakan pengalamannya sebagai penyintas virus corona. Rumah sakit tempatnya bekerja sampai harus ditutup akibat banyak tenaga kesehatan yang positif COVID-19.

“Saat itu, saya dan teman-teman berjuang untuk mendapatkan tes swab dan mendapatkan begitu banyak hambatan. Padahal kami sebagai nakes harusnya mendapatkan prioritas karena kami menolong orang dan terpapar dari pasien,” ujar Tri.

3. Nakes ucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat

Kirim 2.593 Surat, Masyarakat Desak Menkes dan Satgas Lindungi NakesIlustrasi Tenaga Medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah, mengucapkan rasa terima kasihnya terhadap dukungan masyarakat kepada tenaga kesehatan yang tertuang dalam surat-surat tersebut. Hingga kini, ia mengaku banyak perawat yang dirumahkan.

“Selain terpapar, gugur, dan mengalami stigma dan kekerasan, banyak perawat yang belum mendapatkan hak-haknya dalam pelayanan, terutama di sektor swasta. Banyak di antara mereka yang dirumahkan dan upahnya dipotong, bahkan diberhentikan,” ujar Hanif.

4. Indonesia berada di jajaran negara dengan kematian nakes terbesar di dunia

Kirim 2.593 Surat, Masyarakat Desak Menkes dan Satgas Lindungi NakesIlustrasi tenaga medis COVID-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Pada Juli 2020, Amnesty merilis laporan global yang menunjukkan Indonesia berada di jajaran negara dengan angka kematian tenaga kesehatan terbesar di dunia. Amnesty juga bergabung bersama lima organisasi kesehatan untuk mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk mendesak penyediaan alat pelindung diri (APD) yang memadai bagi tenaga kesehatan pada Maret.

“Meskipun penyediaan APD di kota-kota besar sudah lebih baik, namun banyak tenaga kesehatan di daerah yang masih saja mengalami kesulitan mendapatkan perlengkapan yang memadai, meskipun kita sudah memasuki bulan kesepuluh pandemi di Indonesia,” kata Usman.

“Pemerintah harus benar-benar mengambil tindakan untuk melindungi tenaga kesehatan, apalagi di tengah adanya kenaikan lagi di jumlah kasus COVID-19,” tambahnya.

Baca Juga: IDI: Tenaga Kesehatan Harus Jaga Kesehatan, Jalan Masih Panjang

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya