Alasan Belva Pilih Mundur dari Posisi Stafsus Millenial Jokowi

Belva sudah mengajukan surat pengunduran diri pada (15/4)

Jakarta, IDN Times - Setelah menjadi polemik karena memiliki konflik kepentingan, Adamas Belva Syah Devara akhirnya memutuskan mundur dari posisinya sebagai staf khusus millennial Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Konfirmasi soal pengunduran diri Belva disampaikan melalui surat terbuka yang ia unggah ke akun media sosialnya. 

"Berikut ini saya sampaikan informasi terkait pengunduran diri saya sebagai Staf Khusus Presiden. Pengunduran diri tersebut telah saya sampaikan dalam bentuk surat kepada Bapak Presiden tertanggal 15 April 2020," demikian tulis Belva di surat terbuka itu dan diunggah ke akun Instagramnya pada Selasa (21/4). 

IDN Times juga meminta konfirmasi kepada Belva dan ia membenarkan informasi mengenai pengunduran itu. 

"Confirmed (saya memutuskan mundur)," kata dia melalui pesan pendek pada hari ini. 

Lalu, apa yang mendorong Belva memilih mundur dari posisinya sebagai staf khusus?

1. Belva tak ingin polemik mengenai posisinya sebagai stafsus dan CEO Ruangguru terus berlanjut

Alasan Belva Pilih Mundur dari Posisi Stafsus Millenial JokowiInstagram.com/belvadevara

Dalam surat terbuka itu, Belva mengatakan tak lagi ingin polemik mengenai posisinya sebagai staf khusus Jokowi dan CEO Ruangguru semakin panjang. Dua posisi ini tengah menjadi sorotan publik lantaran aplikasi besutan perusahaan yang dipimpin oleh Belva ikut terpilih menjadi mitra bagi program kartu pra kerja. 

"Saya tidak ingin polemik mengenai asumsi atau persepsi publik yang bervariasi tentang posisi saya sebagai Staf Khusus Presiden menjadi berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi Bapak Presiden dan seluruh jajaran pemerintah dalam menghadapi masalah pandemik COVID-19," demikian tulis Belva malam ini. 

Publik menilai apa yang dilakukan oleh Belva masuk dalam kategori perbuatan konflik kepentingan. Ia diduga menggunakan pengaruhnya sebagai stafsus Jokowi sehingga bisa mendapatkan proyek dari pemerintah melalui program kartu pra kerja. 

Kementerian Koordinator Perekonomian telah meningkatkan anggaran untuk program tersebut menjadi Rp20 triliun. Masing-masing penerima kartu pra kerja akan mendapat manfaat senilai Rp5,6 juta. Nilai itu tidak diberikan dalam bentuk uang tunai, melainkan program keterampilan, agar kemampuan mereka bisa meningkat dan bisa kembali ke dunia kerja. 

Baca Juga: Belva Siap Mundur Jadi Stafsus Bila Terbukti Ada Konflik Kepentingan

2. Belva mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang ia terima selama menjadi staf khusus Presiden

Alasan Belva Pilih Mundur dari Posisi Stafsus Millenial JokowiInstagram.com/belvadevara

Di dalam surat itu, Belva juga mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang ia peroleh ketika menjadi staf khusus Presiden Jokowi. Ia mengaku melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mantan Gubernur DKI Jakarta itu membangun bangsa secara efektif, efisien dan transparan. 

"Sehingga, di mana pun saya berada, di posisi apapun saya bekerja, saya berkomitmen untuk mendukung Presiden dan pemerintah dalam memajukan NKRI," tutur Belva. 

Ia pun meminta maaf karena selama beberapa hari terakhir belum bisa merespons pertanyaan media. Pemuda lulusan Universitas Harvard dan Stanford itu mengaku ingin fokus menyelesaikan permasalahan mengenai posisinya di staf khusus. 

"Terima kasih untuk teman-teman yang telah menghormati dan menghargai keputusan saya tersebut," kata dia. 

Belva diangkat menjadi staf khusus millennial pada 21 November 2019. Ia hanya menduduki posisi itu selama empat bulan. 

3. Belva membantah ikut campur sehingga aplikasi Skill Academy bisa jadi mitra pemerintah

Alasan Belva Pilih Mundur dari Posisi Stafsus Millenial JokowiInstagram.com/belvadevara

Sebelumnya, Belva sudah memberikan klarifikasi bahwa ia sama sekali tidak terlibat hingga aplikasi Skill Academy bisa terpilih jadi mitra pemerintah dalam program kartu pra kerja. Ia mengklaim sejak awal tidak ikut dalam proses pengambilan keputusan di program kartu prakerja. 

"Semua dilakukan secara independen oleh Kemenko Perekonomian dan Manajemen Pelaksana (PMO)," demikian cuit Belva pada (15/4) lalu. 

Belva bahkan membuat utasan khusus sebagai bentuk klarifikasinya atas polemik adanya konflik kepentingan sehingga platform Skill Academy bisa jadi mitra resmi pemerintah. Kepada publik, Belva mengaku diinformasikan oleh pihak Istana tak perlu mundur dari posisinya sebagai CEO Ruangguru sebelum menerima tawaran sebagai stafsus. 

"Dari awal, pertanyaan PERTAMA saya ke Istana sebelum menerima posisi sebagai stafsus adalah: apakah saya harus mundur dari perusahaan yang saya rintis? Jawaban Istana jelas: TIDAK PERLU. Itu yang jadi dasar saya menerima tawaran ini," kata dia lagi. 

Di dalam kultwit itu, Belva menjelaskan alasan pihak Istana yang memintanya tak perlu mundur dari posisi CEO Ruangguru karena posisi stafsus memiliki kewenangan yang terbatas. Bahkan, sebagai stafsus, kata Belva, ia tidak diberikan kewenangan untuk membuat keputusan. Pekerjaan dilakukan secara kolektif. 

"Saya hanya berpegang pada pernyataan Istana tersebut dan niat saya hanya kontribusi sebisa saya di bidang yang saya kuasai. Itu lah kenapa kebanyakan program saya di digital services," kata dia lagi. 

Pernyataan Belva ini bertolak belakang dengan sikap yang diambil oleh koleganya, Andi Taufan Garuda Putra. Sebab, ia sampai mengirimkan surat dengan kop Sekretariat Kabinet ke camat di seluruh Indonesia. Isinya personel dari perusahaan yang ia dirikan PT Amartha Micro Fintech bersedia menjadi relawan COVID-19 dan membantu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Baca Juga: ICW Desak Presiden Pecat Andi Taufan dari Posisi Staf Khusus

Topik:

Berita Terkini Lainnya