Anggota TGIPF: Banyak Korban Kanjuruhan Alami Pendarahan Dalam di Mata

Retina mata korban berubah berwarna merah dan hitam pekat

Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan, Akmal Marhali, mengungkapkan kondisi korban selamat dari tragedi 1 Oktober 2022 lalu. Berdasarkan observasinya, meski selamat, banyak korban yang mengalami pendarahan dalam di bagian mata. 

"Rata-rata demikian, bahwa korban mengalami pendarahan dalam di mata. Para korban bercerita awalnya tak ada masalah, tetapi dua hari setelah kejadian, retina mata mereka yang semula berwarna putih itu tidak ada semua warnanya. Semua warnanya hitam," ungkap Akmal di dalam keterangan TGIPF yang dikutip Senin (10/10/2022). 

Ia menambahkan, selain retina berwarna hitam, banyak korban selamat yang retinanya berwarna merah. Menurut para korban, mereka tak mengeluhkan perih di bagian mata. 

"Tapi, ada iritasi di sana yang terjadi. Kami tanya bagaimana pendapat tim dokter, dokter mengatakan, bahwa butuh waktu satu bulan untuk penyembuhannya," tutur dia. 

Ia menambahkan, mayoritas korban merasakan sesak nafas, batuk-batuk, dan pegal-pegal. Rasa pegal itu, kata Akmal, diduga disebabkan karena tertindih ketika terjadi tembakan gas air mata. 

"Tapi, ada juga yang seperti Rafi yang kakinya terluka, pinggangnya luka. Sementara, matanya merah semua. Kalau mata merah, ya penyebabnya sudah pasti gas air mata," katanya lagi. 

Lalu, apa lagi hasil temuan TGIPF Kanjuruhan berdasarkan hasil observasi pada periode 5 Oktober-9 Oktober 2022?

1. Anggota TGIPF telah temukan CCTV di pintu 13, isinya mengerikan

Anggota TGIPF: Banyak Korban Kanjuruhan Alami Pendarahan Dalam di MataAnggota TGIPF Kanjuruhan, Nugroho Setiawan memberikan keterangan usai melalukan investigasi di Malang. (Dokumentasi Kemenko Polhukam)

Sementara, anggota TGIPF Kanjuruhan lainnya, Nugroho Setiawan mengaku telah menyaksikan CCTV yang menggambarkan kondisi pintu 13 stadion milik Arema FC itu. Pintu 13 adalah titik di mana jatuh korban meninggal paling banyak. 

"Isinya mengerikan sekali. Situasinya pintu terbuka, tetapi sangat kecil. Pintu itu seharusnya digunakan sebagai pintu masuk terpaksa digunakan akses untuk keluar. Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian (penonton) sudah jatuh, pingsan, terhimpit hingga terinjak karena efek dari gas air mata," ungkap satu-satunya WNI yang memiliki lisensi FIFA Security Officer itu. 

Ia mengaku sangat miris, lantaran CCTV itu menjadi saksi bisu detik-detik penonton tertumpuk lalu meregang nyawa. "Momen itu terekam sekali di CCTV," katanya. 

Ia menambahkan berdasarkan kesimpulan sementara, Stadion Kanjuruhan tidak cocok untuk menggelar pertandingan berisiko tinggi. "Mungkin itu (kalau pertandingan) medium atau low risk, itu masih bisa. Artinya, untuk high risk match kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret," tutur dia. 

Salah satu kalkulasi yang nyata dan harus dibuat rencana yakni mengevakuasi penonton ketika terjadi kondisi darurat. "Jadi, yang saya lihat adalah pintu masuk yang digunakan sebagai pintu keluar. Tapi, itu tidak memadai. Kemudian, tidak ada pintu darurat. Maka, yang perlu dilakukan ke depan adalah merubah struktur pintu itu," ujarnya lagi. 

Selain itu, anak tangga juga harus diperbaiki. Idealnya, kata Nugroho, lebar tapak anak tangga mencapai 18 centimeter, sedangkan tinggi 30 centimeter. 

"Sementara, ini antara lebar tapak dan ketinggian sama, rata-rata 30 centimeter. Dengan lebar dan ketinggian anak tangga ideal, maka penonton tidak akan jatuh," katanya menjelaskan.

Baca Juga: TGIPF: Penonton Berebut Keluar Stadion karena Efek Gas Air Mata

2. Korban diprediksi mulai pulih dari luka fisik akibat tragedi Kanjuruhan paling cepat 1 bulan

Anggota TGIPF: Banyak Korban Kanjuruhan Alami Pendarahan Dalam di MataPenonton di Stadion Kanjuruhan yang ditemui oleh anggota TGIPF yang hingga kini retina mata masih berwarna merah. (Dokumentasi Kemenko Polhukam)

Nugroho menjelaskan, TGIPF juga menemui beberapa korban yang selamat dari tragedi Kanjuruhan. Ia menyaksikan sendiri fenomena luka yang dialami oleh para korban, dari semula matanya berwarna hitam lalu kini menjadi merah.

"Jadi, efek yang dikandung di gas air mata ini sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan," kata dia. 

Ia menambahkan, berdasarkan analisa dokter, para korban paling cepat mengalami pemulihan yakni 1 bulan. Saat di lapangan, TGIPF juga bertemu dengan personel TNI di Kodim yang ikut membantu evakuasi korban pada 1 Oktober 2022 lalu. 

"Kami menanyakan apa yang dilakukan oleh personel TNI yang di-BKO (Bawah Kendali Operasi)-kan. Kami juga mengonfirmasi apa yang kami lihat di CCTV termasuk fakta-fakta bahwa evakuasi korban dilakukan oleh tim steward dan Kodim TNI hingga pukul 03.00," ujar Nugroho. 

3. Temuan di lapangan akan diolah oleh TGIPF di Jakarta

Anggota TGIPF: Banyak Korban Kanjuruhan Alami Pendarahan Dalam di MataAnggota TGIPF Kanjuruhan, Mayjen TNI (Purn) Suwarno memberikan keterangan usai melalukan investigasi di Malang. (Dokumentasi Kemenko Polhukam)

Anggota TGIPF lainnya, Mayjen TNI (Purn) Suwarno mengatakan sudah ada kemajuan dari temuan mereka di lapangan. TGIPF, kata Suwarno, sudah sempat bertemu dengan beberapa pihak mulai dari unsur panitia pelaksana, stewardsecurity officer, polisi, Brimob hingga penggemar Arema FC. 

"Temuan ini akan kami jadikan masukan setelah kami olah di Jakarta," ujar Suwarno dalam keterangan video. 

Ketika berkunjung ke Polres Malang, TGIPF turut ditunjukkan jenis-jenis gas air mata yang digunakan oleh personel Brimob di dalam Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.

Sebelumnya, Polri mengakui ada 11 kali tembakan gas air mata yang dilepas di dalam stadion. Data itu berbeda dari hasil investigasi harian Amerika Serikat, Washington Post, yang menyebut ada 40 tembakan gas air mata. 

Ia menambahkan TGIPF Kanjuruhan masih akan berada di Malang hingga Minggu, (9/10/2022). 

https://www.youtube.com/embed/IEVsGEcUZnA

Baca Juga: Mahfud: Presiden Juga Kritisi Tembakan Gas Air Mata, Tak Cuma Tangga

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya