Antisipasi Listrik Padam, Menteri Jonan Usul Gunakan Rooftop Solar

Warga bisa andalkan listrik buatan sendiri kalau mati lampu

Jakarta, IDN Times - Pemadaman listrik berjemaah yang terjadi pada Minggu (4/8) di area Pulau Jawa dan Bali membuat publik tersadar mereka bergantung begitu besar ke PLN. Akibat pemadaman yang berlangsung selama lebih dari 9 jam, Jakarta sebagai ibukota nyaris lumpuh. Korban pun berjatuhan, lantaran rumah warga yang menggunakan lilin sebagai penerangan ada yang terbakar. 

Di sinilah wacana untuk menggunakan energi terbarukan mulai menyeruak kembali. Indonesia bisa mencontoh Jerman yang bisa menghasilkan energi listrik hanya dengan mengandalkan sinar matahari. Harganya? Sangat murah. 

Bahkan, menurut laman Fortune edisi 11 Mei 2016 lalu, Pemerintah Jerman pernah membayar rakyatnya yang menggunakan aliran listrik. Hal itu disebabkan harga energi listrik selama beberapa jam di angka minus. Wah, enak banget ya kalau justru pemerintah yang membayarkan penggunaan energi listrik rakyatnya. Tapi, apa mungkin hal tersebut bisa terjadi di Indonesia? 

1. Jerman memiliki energi terbarukan dalam jumlah yang berlimpah

Antisipasi Listrik Padam, Menteri Jonan Usul Gunakan Rooftop Solarpexels.com/Carl Attard

Menurut laman Quartz peristiwa di mana harga energi listrik sempat berada di angka minus terjadi pada 8 Mei 2016 lalu. Hal itu terjadi lantaran hari Minggu tersebut cuaca begitu terik. Pada pukul 13:00 waktu setempat, energi yang dihasilkan dari tenaga biomass, air, matahari dan angin memasok 55 Giga Watt listrik dari 63 Giga Watt energi listrik yang sehari-hari dikonsumsi warga Jerman. Itu artinya, 87 persen tenaga listrik di Jerman dihasilkan dari energi terbarukan. 

Menurut data organisasi LSM yang fokus ke energi terbarukan, Agora Energiewende, pada tahun 2017 lalu rata-rata tenaga listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan hanya sekitar 35 persen. 

"Kami (Jeman) memiliki jumlah energi terbarukan yang berlimpah setiap tahunnya," ujar perwakilan Agora, Christoph Podewils seperti dikutip dari Quartz tiga tahun lalu. 

Fakta itu, kata Podewils membuktikan tenaga dari energi terbarukan juga bisa menghasilkan energi listrik. Bahkan, lebih bersih dan tidak mencemari lingkungan. 

"Ternyata sistem listrik justru menyesuaikan diri dengan energi terbarukan dengan sangat baik," katanya lagi. 

Baca Juga: Wapres JK Ingatkan Potensi Energi Terbarukan

2. Jerman sudah menargetkan akan menggunakan 100 persen energi terbarukan pada 2050

Antisipasi Listrik Padam, Menteri Jonan Usul Gunakan Rooftop Solarflickr.com

Melihat hal tersebut sempat berhasil pada 2016 lalu, maka Jerman justru membuat rencana yang lebih ambisius. Mereka menargetkan akan menggunakan 100 persen energi terbarukan pada 2050 mendatang. 

Data dari Quartz menyebut energi yang dihasilkan dari turbin, jumlahnya telah melebihi kebutuhan warga di Jerman. Alhasil, kelebihan energi itu turut diekspor ke Norwegia dan Swedia. 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Wakil Presiden Jusuf "JK" Kalla pada (1/8) lalu sudah menganalisa tidak mungkin selama-lamanya Indonesia bergantung kepada energi dari minyak fosil. Sebab, harganya dari tahun ke tahun selalu naik. Indonesia, kata JK, sudah harus mulai mencari sumber energi alternatif. 

Dengan begitu, Indonesia akan merasa aman karena memiliki energi listrik yang cukup. 

“Karena itulah maka kebijakan energi terbarukan ini menjadi penting. Supaya ada suatu energy security. Kenapa renewable energy menjadi energy security? Karena dia tidak tergantung lagi kepada bahan bakar yang diimpor atau yang disediakan. Dia berdiri sendiri. Sumbernya ada macam-macam, geothermal, hidropower, bayu angin, matahari,” kata JK. 

3. Menteri Jonan berharap semua bangunan di atas 250 meter persegi memasang rooftop solar

Antisipasi Listrik Padam, Menteri Jonan Usul Gunakan Rooftop SolarIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sementara, menurut Menteri ESDM, Ignasius Jonan, Indonesia tidak mustahil bisa mengekor apa yang sudah dicapai oleh Jerman. Caranya, semua bangunan di atas 250 meter persegi memasang rooftop solar PV. 

"Sehingga mereka nantinya bisa mengonsumsi listrik dari sebagian yang dihasilkan sendiri," ujar Jonan kepada IDN Times melalui pesan pendek pada Jumat (9/9). 

Ia kemudian menunjukkan sebuah bangunan di Bandara Haneda, Jepang, di mana atapnya juga menggunakan rooftop solar. Di dalam situs resmi bandara tersebut, manajemen Japan Airport Terminal (JAT) mengatakan atap dengan panel surya itu sengaja dipasang untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2). 

"Kami akan aktif dalam memberikan penerangan di lingkungan gedung terminal bandara kami," kata mereka. 

Baca Juga: Pakai Solar Cell, Traffic Light Surabaya Tak Mati Saat Listrik Padam

Topik:

Berita Terkini Lainnya