BNPB Akui Banjir di Sintang Akibat Lingkungan Rusak 1 Dekade Terakhir

Gubernur Sutarmidji sebut penggundulan hutan makin meningkat

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui, banjir besar di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang sudah terjadi selama satu bulan akibat rusaknya lingkungan selama 10 tahun terakhir. Daerah cakupan resapan air telah rusak dan berubah fungsi. 

Pernyataan Kepala BNPB Mayjen Suharyanto itu mengulangi pernyataan Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada 16 November 2021 lalu. Ia juga menyebut, pada periode 1990 hingga 2010 tidak pernah terjadi banjir di wilayah Sintang. 

"Maka, kami memohon kerja sama dari Pemkab Sintang dan Pemprov Kalimantan Barat, nanti bersama-sama BNPB akan merumuskan serta melaksanakan segala upaya agar banjir seperti ini tidak kembali terjadi di kemudian hari," ujar Suharyanto yang meninjau Sintang pada Sabtu, 20 November 2021 lalu. 

Ia pun juga meminta kepada pemda untuk memastikan semua kebutuhan seperti kebutuhan dasar logistik dan peralatan bagi warga yang terdampak sudah terpenuhi. Sebab, dalam penanggulangan bencana, keselamatan masyarakat adalah prioritas utama. 

Suharyanto juga mengingatkan pemda, meski tengah menangani bencana alam, namun tak boleh melupakan penerapan protokol kesehatan COVID-19. "Khususnya bagi yang terlibat dalam penanganan warga yang terdampak banjir," tutur pria yang pernah menjadi Sekretaris Militer Presiden itu. 

Apalagi diprediksi lonjakan kasus COVID-19 bakal terjadi lantaran mendekati perayaan Natal dan pergantian Tahun Baru menuju 2022. Lalu, apa sikap konkret yang dilakukan oleh Suharyanto sebagai Kepala BNPB yang baru dilantik, untuk meringankan beban warga yang terdampak bencana di Sintang?

1. Kepala BNPB temui pengungsi dan sebut warga tak alami kesedihan yang mendalam

BNPB Akui Banjir di Sintang Akibat Lingkungan Rusak 1 Dekade TerakhirKepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen Suharyanto ketika meninjau lokasi banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Dokumentasi BNPB)

Saat berada di Kabupaten Sintang, Suharyanto juga menengok warga yang mengungsi di titik pengungsian. Suharyanto langsung meninjau dapur umum yang didirikan dan dioperasikan oleh tim gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Sintang, unsur TNI, Polri hingga puskesmas. 

Suharyanto langsung mengecek apakah pengungsi sudah ditangani dengan baik dan bantuan telah disalurkan kepada warga. Ia tak ingin bantuan itu malah jatuh ke tangan yang salah. 

“Bantuan terkait kebutuhan dasar pengungsi, kesehatan, peralatan sudah bisa dioperasionalkan dan sudah diterima masyarakat. Kami datang untuk memastikan itu,” kata Suharyanto.

Saat berada di titik pengungsi, Suharyanto juga menyempatkan diri berdialog dengan beberapa warga. Suharyanto melihat sendiri bagaimana kondisi masyarakat yang ia klaim sudah mulai pulih dan sehat. 

“Mereka rata-rata secara mental tidak mengalami kesedihan yang mendalam. Tadi kami bercanda dan menghibur para pengungsi,” tutur dia lagi. 

Baca Juga: Jokowi: Banjir Sintang Terjadi karena Daerah Tangkapan Hujan Rusak

2. Gubernur Kalbar sebut DAS di Kapuas rusak karena hutan sudah gundul

BNPB Akui Banjir di Sintang Akibat Lingkungan Rusak 1 Dekade TerakhirGubernur Kalimantan Barat Sutarmidji (Dokumentasi Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia)

Sementara, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji memiliki pendapat yang berbeda ketika ditanya penyebab banjir di Kabupaten Sintang. Ia menilai, deforestasi dan pertambangan adalah penyebab utama terjadinya banjir di wilayah itu. 

Sutarmidji membandingkan penyebab banjir tahun ini dengan banjir di tahun 1963. Menurutnya, ada perbedaan antara penyebab banjir yang terjadi saat ini dengan tahun tersebut.

Ia berkata, banjir tahun 1963 dipicu oleh perubahan iklim bukan deforestasi. Sebab, saat itu aliran sungai dan serapan air masih terbilang bagus.

"Kalau sekarang ini lebih banyak karena deforestasi dan pertambangan, tidak diikuti dengan menangani tempat pembuangan, aliran air dan sebagainya," kata Sutarmidji ketika diwawancarai oleh stasiun tvOne pada 9 November 2021 lalu.

Ia menambahkan, pemberian izin untuk menebang HTI itu tak dibarengi dengan manajemen dan pengawasan yang baik. Di lapangan, justru banyak perusahaan yang menebang kayu sembarangan dan tidak bertanggung jawab.

Tetapi, ketika ditanyakan kembali oleh media, Sutarmidji berubah pandangannya soal penyebab banjir di Sintang. Saat ditemui media pada 18 November 2021 lalu, Sutarmidji justru sepakat dengan pendapat Jokowi bahwa banjir di Sintang akibat rusaknya daerah resapan air. 

3. WALHI sebut banjir yang terjadi di Sintang terbesar dalam 40 tahun terakhir

BNPB Akui Banjir di Sintang Akibat Lingkungan Rusak 1 Dekade TerakhirWarga berjalan melintasi halaman Kantor Pos yang terdampak banjir di Kota Sintang, Kalimantan Barat, Rabu (17/11/2021). (ANTARA FOTO/Jessica Helene Wuysang)

Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mengatakan, banjir di Sintang yang terjadi pada 2021 adalah yang terbesar selama 40 tahun terakhir. Direktur Eksekutif Daerah WALHI Kalbar, Nicodemus Ale, menyebut intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir parah seperti sekarang ini bila area resapan airnya berfungsi dengan baik.

"Jika deforestasi terjadi bersamaan dengan perubahan cuaca, La Nina, ini merusak ekosistemnya. Dengan curah hujan yang tinggi harusnya kalau tidak terjadi deforestasi air hujan langsung diserap oleh kawasan hutan yang masih ada. Tapi kondisi sekarang kan enggak. Gimana mau menyerap curah hujan yang begitu tinggi," cuit Nico melalui keterangan yang dibagikan Walhi di Twitter, 18 November 2021 lalu. 

Menurut WALHI, ada dua faktor yang menjadi penyebab banjir besar di Sintang. Pertama, faktor cuaca. Kedua, resapan air berkurang sebagai imbas dari deforestasi. 

Baca Juga: Sudah 3 Minggu Banjir di Sanggau dan Sintang Kalbar Belum Surut

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya