[BREAKING] Ketua DPD Sentil Pemerintah Belum Beri Perhatian Bagi Vaksin Nusantara

La Nyalla sudah disuntik Vaksin Nusantara

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI La Nyalla Mahmud Mattaliti menyentil pemerintah yang dinilai belum memberikan dukungan penuh bagi pengembangan alat pendukung medis dan vaksin.

Selain Vaksin Merah Putih yang dinilai belum memperoleh pendanaan maksimal, La Nyalla juga menyentil sikap diskriminatif bagi pengembangan Vaksin Nusantara. Vaksin dengan metode sel dendritik itu diinisiasi oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto. 

"Beberapa anak bangsa yang mencoba memproduksi sejumlah alat pendukung medis di tengah pandemik belum mendapat kepercayaan dari kita sendiri. Mulai dari ventilator, sampai Vaksin Merah Putih hingga Vaksin Nusantara," ujar La Nyalla ketika berbicara di sidang tahunan DPR yang disiarkan secara daring dari YouTube DPR, Senin (16/8/2021).

Dengan mengenakan pakaian resmi, La Nyalla mengatakan, saat pandemik publik akhirnya sadar bahwa industri kesehatan di Tanah Air masih didominasi produk impor. Sementara, ketika ada inovasi dibuat di dalam negeri, seolah dihalangi. Pernyataan itu disampaikan La Nyalla di hadapan Presiden Joko "Jokowi" Widodo yang ikut hadir secara fisik dalam sidang hari ini. 

La Nyalla sendiri diketahui termasuk salah satu pejabat tinggi yang getol mempromosikan Vaksin Nusantara. Bahkan, ia turut menampilkan foto telah disuntik Vaksin Nusantara oleh Terawan. 

Dalam pernyataannya pada 28 Juli 2021 lalu, La Nyalla yakin pengembangan Vaksin Nusantara telah mengikuti kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, saintifik, uji klinis prosedur, transparan, dan melibatkan banyak ahli.

"Sejak divaksinasi, saya merasa sehat dan aman-aman saja meski saya termasuk lansia. Alhamulilah, (setelah disuntik) tidak ada masalah maupun efek samping," kata dia ketika itu. 

Ia bahkan menyebut Vaksin Nusantara aman bagi warga lanjut usia dan orang yang memiliki penyakit komorbid, karena pengembangan vaksin tersebut dibuat perseorangan yakni dengan mengenalkan darah dari penerima dengan protein spike (S). Artinya, kata La Nyalla, warga yang tidak bisa menerima vaksin lain karena keterbatasan medis bisa mulai melirik Vaksin Nusantara sebagai alternatif. 

Namun, dalam penelusurannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berpendapat sebaliknya. Kepala BPOM Penny K. Lukito justru menyebut mayoritas bahan pembuatan Vaksin Nusantara diimpor dari Amerika Serikat. Begitu juga ilmuwan yang mengembangkannya. 

Bahkan, Penny juga menyebut saat dilakukan uji klinis tahap I, terdapat relawan yang mengalami efek samping yakni peningkatan kolesterol dan kadar blood urea nitrogen. Itu sebabnya, BPOM tak memberikan izin bagi pengembangan Vaksin Nusantara ke tahap uji klinis II. BPOM bahkan meminta Terawan untuk mengulang dari tahap pra uji klinis. Namun, rekomendasi itu diterabas oleh Terawan dengan tetap melanjutkan uji klinis II di RSPAD Gatot Subroto

Baca Juga: [BREAKING] Jokowi: Pengambilan Keputusan COVID-19 Harus Merujuk Data

Topik:

  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya