Cerita Wakil Ketua KPK Soal Awal Mula Temuan Bom Molotov di Rumahnya

"Kerja di KPK banyak warna-warninya," ujar Laode

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode M. Syarif, mengisahkan awal mula keluarganya menemukan bom molotov di kediamannya di area Kalibata Selatan, Pancoran pada Rabu (9/1). Syarif mengisahkan saat bom molotov itu dilempar ke kediamannya, ia dan keluarga sedang berada di rumah. 

"Ya (saya sedang berada di rumah), kelihatannya (bom itu) dilempar jam 00:55. Menurut CCTV, sekitar jam 01:00 dini hari. Kami lagi di rumah," kata Syarif kepada media yang menantinya di rumah pada malam ini. 

Mantan aktivis lingkungan hidup itu, mengaku baru mengetahui ada benda mencurigakan berupa botol dengan sumbu pada subuh. Ia melihat ada dua bom molotov. Satu bom dilemparkan ke lantai atas dan pecah. Sedangkan, sisanya dilempar ke lantai bawah dan ditemukan berada di dekat garasi rumah. 

"Pagi-pagi bangun subuh, kebetulan ada satu bom molotovnya yang jatuh terduduk. Jadi setelah dilempar enggak pecah. Posisinya berdiri usai dilempar," kata dia lagi. 

Menurut Syarif, itu merupakan pertolongan Tuhan yang paling nyata bagi dia dan keluarganya. Apalagi ketika ditemukan bom molotov oleh sopirnya sekitar pukul 05:00, sumbu apinya masih menyala. 

Lalu, apa langkah Syarif untuk meminimalisasi teror? Apakah ia berencana pindah rumah?

1. Usai mendapat teror, rumah Laode M. Syarif dijaga polisi

Cerita Wakil Ketua KPK Soal Awal Mula Temuan Bom Molotov di Rumahnya(Wakil Ketua KPK Laode M Syarif) IDN Times/Santi Dewi

Menurut Syarif, usai mendapat teror dari orang yang tidak dikenal, kediaman Syarif yang berada di Kalibata Selatan dijaga secara ketat oleh personel Polri. 

"Kami mendapat pengamanan dari Polri. Insya Allah (aman)," kata Syarif. 

Ia menilai teror yang menimpa dirinya sebagai sesuatu yang biasa. Kendati begitu, ia tidak serta merta memindahkan tempat tinggalnya ke wilayah lain. 

"Udah lah, nanti itu diurus. Tapi kan satu-satunya rumah di sini. Masak mau menginap di hotel," kata dia. 

Baca Juga: Usai Diteror Bom, Pimpinan KPK Tetap Beraktivitas Seperti Biasa

2. Bekerja di KPK banyak warna-warninya

Cerita Wakil Ketua KPK Soal Awal Mula Temuan Bom Molotov di RumahnyaIDN Times/Santi Dewi

Lalu, apakah usai mendapat teror, ia akan merasa takut? Syarif menjawab tidak ada yang perlu ditakuti. 

"Biasa aja. Biasa aja. Mudah-mudahan tidak ada apa. Doain aja," kata dia. 

Ia mengatakan teror bom merupakan salah satu konsekuensi bekerja di KPK. Hal tersebut sudah ia sadari sejak awal memutuskan untuk menjadi salah satu pimpinan. 

"Ya, kalau kerja di KPK itu banyak warna warninya. Jadi gak usah juga (terlalu dikhawatirkan). Makanya, kalian jadi ke sini, padahal seharusnya gak usah gitu lho," tutur Syarif lagi. 

Mantan pengajar di Universitas Hassanudin itu berharap Polri bisa segera mengungkap pelaku teror bom molotov di rumahnya. Walaupun banyak yang mengatakan sulit untuk menangkap pelakunya. 

"Ya, kami berharap teman-teman di Polri bisa segera mengungkapnya," kata Syarif. 

3. Polri telah meminta keterangan terhadap Laode M Syarif

Cerita Wakil Ketua KPK Soal Awal Mula Temuan Bom Molotov di RumahnyaANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sementara, Polri mengaku telah memeriksa enam orang saksi, termasuk Laode M. Syarif. Saksi yang diperiksa adalah orang-orang yang diduga mengetahui peristiwa itu. 

"Ya, semua (saksi) yang tahu (peristiwanya), kami periksa," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes (Pol) Argo Yuwono di kantor Polda Metro Jaya pada siang tadi. 

Menurut Argo, penyidik juga telah mengamankan CCTV dan sedang dianalisa. 

"Ada CCTV yang kami amankan, kita evaluasi," tutur dia. 

4. Teror terhadap Laode dan Agus adalah serangan ke-9 yang menimpa KPK

Cerita Wakil Ketua KPK Soal Awal Mula Temuan Bom Molotov di RumahnyaKetua KPK, Agus Rahardjo (Tengah) . (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Sementara, dalam catatan Wadah Pegwai KPK, teror terhadap pimpinan menjadi serangan yang ke-9 selama lembaga antirasuah itu berdiri. Menurut Ketua WP, Yudi Purnomo, yang pernah mendapat teror bukan hanya pimpinan, tetapi juga penyidik. 

Kasus penyidik senior Novel Baswedan yang disiram air keras pun hingga tahun 2019 belum terungkap. Berikut data soal serangan teror yang menimpa pegawai dan pimpinan KPK: 

  • Penyerbuan dan teror terhadap fasilitas KPK
  • Ancaman bom ke gedung KPK
  • Teror bom ke penyidik KPK
  • Penyiraman air keras ke rumah dan kendaraan milik penyidik dan pegawai KPK
  • Ancanaman pembunuhan terhadap pejabat dan pegawai KPK
  • Perampasan pelengkapan penyidik KPK
  • Penculikan terhadap pegawai KPK yang sedang bertugas
  • Percobaan pembunuhan terhadap penyidik KPK
  • Teror bom terhadap Ketua KPK, Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK, Laode M. Syarif

Baca Juga: Usai Diteror Bom, Polisi Sisir Rumah Ketua KPK di Bekasi

Topik:

Berita Terkini Lainnya