Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai 

Narasi baru didirikan selama 10 bulan dan terus berkembang

Jakarta, IDN Times - Perjalanan karier jurnalis senior Najwa Shihab mengalami titik balik pada tahun 2017 lalu. Ia memutuskan mundur dari Metro TV, stasiun televisi yang membesarkannya, pada Agustus 2017. Padahal, ia sudah berkarier di sana selama 17 tahun dan belum pernah pindah bekerja di stasiun televisi lainnya. 

Namun, pada 2018, ia dan dua orang rekannya memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri di bidang digital content bernama PT Narasi Citra Sahwahita. Walau baru 10 bulan berdiri, namun perkembangannya begitu pesat. 

Ditemui di sebuah acara beberapa waktu lalu di area Jakarta Pusat, Najwa mengaku sempat ragu ketika diajak oleh kedua rekannya itu membentuk Narasi. 

"Sesungguhnya keinginan untuk membentuk perusahaan digital sudah ada sejak dua tahun lalu. Tapi, itu belum bisa diwujudkan karena masih sibuk di Metro TV," ujar jurnalis peraih berbagai penghargaan bergengsi itu. 

Ketika, ia memutuskan untuk mundur dari Metro TV, ide membentuk perusahaan digital itu kembali diseriusi. Tapi, Najwa tidak menyangka proses yang harus dilaluinya begitu cepat. Saat Narasi dibentuk tahun 2018, ia sudah harus pindah kantor sebanyak tiga kali. 

"Karena akhirnya kantor tidak cukup menampung kami. Dari bertiga, kemudian jadi berlima, lalu 10 dan sekarang sudah ada 110 pegawai yang kami sebut Narasi People. Prosesnya begitu cepat dan saya bersyukur ada begitu banyak peluang untuk berkolaborasi," katanya lagi. 

Najwa juga sempat mengutarakan rasa kekhawatirannya saat membentuk perusahaan sendiri? Apa kekhawatiran itu?

1. Najwa sempat khawatir tidak bisa menggaji karyawannya

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai Tim dokumentasi BKUI18

Najwa mengaku hingga kini masih terus membesarkan usahanya di bidang content digital tersebut. Saat ini, sudah ada 12 program yang dimiliki oleh Narasi. Rencananya, pada tahun 2019, ia akan menambahkan 3 program lainnya. Walaupun, ia sempat memiliki target ada puluhan acara yang dimiliki oleh Narasi pada tahun depan. 

Sebagian ada yang ditayangkan di stasiun televisi, namun sebagian besar tayang di platform digital seperti Youtube. Jumlah pegawai yang ia miliki pun semakin berkembang dan telah mencapai 110 orang. 

Namun, ia mengaku sempat khawatir saat berkecimpung di dunia digital. Apa kekhawatiran yang ada di pikiran perempuan keturunan Arab itu?

"Enggak bisa gaji orang. Itu awalnya saya khawatir bisa enggak menggaji tiga orang. Lalu, apakah peralihan dari televisi ke dunia digital ini berjalan dengan mulus, tetapi alhamdulilah karena tidak lagi asing dengan dunia digital, maka ketika muncul di dunia ini, orang sudah tidak lagi kaget," kata Najwa di hadapan beberapa media pada pertengahan November. 

Nyatanya, proses peralihan itu bisa berjalan cukup mulus. Walaupun ia masih terus belajar dan melakukan evaluasi terhadap program yang muncul di Narasi. 

Baca Juga: Biasa Rapi di TV, Ini 10 Penampilan Kasual Najwa Shihab yang Stylish

2. Berkarya di dunia digital memungkinkan untuk lebih banyak berkreasi

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai instagram.com/najwashihab

Salah satu alasan Najwa memilih untuk membawa dunia jurnalistik masuk ke dunia digital karena platform tersebut memberikannya lebih banyak kreasi dan ide untuk membuat konten. Kalau pun program itu tidak terlalu diminati, maka bisa langsung dibuat kegiatan lain. 

"Kesempatan trial dan error itu memang lebih cocok diterapkan di dunia digital dan kesempatan melakukan evaluasi jauh lebih ketat, karena datanya terpapar dengan jelas di dunia maya," kata dia. 

Hal itu berbeda dengan berkreasi di dunia televisi. Semua program yang akan dibuat harus melalui proses riset dan pertimbangan yang ketat. Sebab, anggaran yang dibutuhkan untuk membuat program di televisi tidak sedikit. 

"Jadi, gak bisa tuh yang namanya coba-coba (buat program)," kata putri dari ulama kenamaan Muhammad Quraish Shihab itu. 

3. Tiga mantra untuk berkreasi di dunia digital: content, community dan collaboration

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai Instagram.com/najwashihab

Dalam acara lain bernama IdeaFest, Najwa menuturkan untuk bisa bertahan di industri dunia digital ada tiga mantra yang harus dilakukan secara benar yang ia singkat dengan istilah 3C yakni content, community dan collaboration. Tanpa ketiga hal tersebut, sulit untuk bisa membesarkan perusahaan digital. 

Namun, sebelum disebarluaskan melalui komunitas dan berkolaborasi dengan pihak lain, konten yang dibuat harus benar-benar bagus. 

"Karena content is still become the king. Di mana-mana orang masih mengandalkan itu. Jadi, penggunaan platform itu nomor dua. Konten itu bisa disebar di platform mana pun," katanya. 

Sementara, komunitas juga penting, karena mereka lah yang dijadikan oleh Narasi sebagai pemasok konten. Untuk bisa membuat konten berkualitas, Najwa dan tim Narasi tidak segan-segan menggelar workshop. Di sana, selain digunakan untuk menjaring anggota komunitas, tim Narasi juga membekali mereka bagaimana cara membuat konten yang baik sehingga bisa ditayangkan di channel Narasi. 

"Oleh sebab itu, Narasi membentuk komunitas yang diberi nama Mata Kita dan kini sudah ada di 34 provinsi dan mancanegara. Rata-rata dari mereka adalah anak muda, mahasiswa, anak SMA bahkan ada juga yang masih SMP," kata dia. 

Sering kali Najwa dan timnya melakukan kegiatan offline dan menyambangi komunitas di daerah. Dari sana, ia juga mengingatkan agar membuat konten yang dianggap penting dan relevan di daerahnya. Seperti komunitas Mata Kita di Maluku yang kerap mengirimkan video berupa aksi sosial dan toleransi. Kegiatan itu dianggap penting karena sesuai dengan salah satu nilai yang dipegang teguh oleh Narasi yakni bagaimana mengajarkan anak muda Indonesia agar bisa menerapkan nilai toleransi di antara perbedaan. 

Kemudian, poin lainnya yang tak kalah penting adalah kolaborasi. Banyaknya konten yang dapat diproduksi tidak bermakna apa pun kalau tidak bisa diwujudkan melalui kolaborasi. Narasi, kata Najwa kini berkolaborasi dengan stasiun televisi Trans 7 untuk penayangan program Mata Najwa. 

"Kami juga berkolaborasi dengan LINE Today, Facebook dan Youtube. Ada konten yang kami khusus buat hanya untuk Facebook misalnya," tutur dia. 

4. Narasi sengaja membidik generasi muda untuk mengonsumsi program mereka

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai IDN Times/Reza Iqbal

Najwa pun tidak membantah konten yang dihasilkan oleh Narasi memang membidik generasi muda yang berusia 18-35 tahun. Sebab, menurut data, generasi itu pula yang paling aktif dan berdenyut di dunia digital. 

Ia mengaku juga ingin mendorong agar para generasi muda sehari-hari tahu bagaimana memilih dan memilah informasi. 

"Kami juga ingin mendorong anak muda agar memiliki mimpi besar, tidak takut bicara dan kritis dalam menilai dunia. Makanya, kami memiliki program Buka Buku karena terlalu sayang kalau ada banyak buku bagus tapi tidak diketahui," kata dia. 

Selain itu, sebagian besar kru Narasi juga didominasi oleh anak-anak muda. Rata-rata dari mereka baru lulus kuliah atau memiliki pengalaman kerja 1-3 tahun. Sehingga, penting bagi dia untuk menciptakan suasana kerja yang asyik dan kreatif. 

"Jadi, bisa aja gak ada angin atau hujan, di kantor tiba-tiba bikin lomba kostum, atau mengajak mereka main ke Dufan. Kami membebaskan mereka untuk mengunduh apa pun atau membaca buku apa pun," tutur jurnalis yang telah berkarier selama 17 tahun itu. 

Semua itu diharapkan bisa mendorong timnya yang sebagian besar anak muda bisa lebih kreatif. Ia pun mendorong agar timnya terus membuat program-program yang kreatif dan bermanfaat untuk publik. 

"Gak apa-apa kalau salah. Yang penting dibuat dulu, nanti dibikin lagi. Jadi, kami membuka ruang untuk kreativitas seluas mungkin," katanya. 

5. Najwa akan umumkan kemitraan dengan Go-Jek dan GDP Venture

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai Instagram.com/najwashihab

Dalam pertemuan dengan beberapa media, Najwa sempat membocorkan informasi bahwa Narasi mendapatkan dana investasi dari perusahaan unicorn startup yakni Go-Jek. Investasi lainnya juga diberikan oleh GDP. Ia juga menyebut Narasi akan diluncurkan secara resmi pada 24 November ketika mereka menggelar acara di Tenis Indoor Senayan yang diberi nama "Narasi Playfest". 

"Dua strategic partner kami memang GDP dan Go-Jek. Baru akan kami rilis saat tanggal 24 November. Di sana juga ada momen semacam launchingnya Narasi," kata Najwa.

Ia menuturkan pendekatan Najwa dengan GDP dan Go-Jek cukup lama, karena ia butuh berdiskusi terlebih dahulu. 

Tapi, ya gak mungkin (mereka) invest kalau gak ada perusahaannya," tutur dia lagi. 

6. Channel Youtube Najwa Shihab sudah mencapai 1,3 juta subscriber

Kisah Najwa Shihab di Awal Bentuk Narasi: Takut Tak Bisa Gaji Pegawai Ari's Galery

Setelah perkembangan Narasi mulai terlihat cukup membahagiakan, Najwa pun mengucap syukur yang tiada henti. Salah satu parameter konten yang diproduksi oleh Narasi mendapat sambutan positif dari publik yakni peningkatan jumlah yang berlangganan akun Youtubenya. Dari yang semula hanya puluhan ribu, kemudian melonjak menjadi 1,3 juta. 

Bahkan, pada akhir 2017, Najwa diberi piagam dari Youtube berupa "Silver Button". Menurut Managing Director Google Indonesia, Tony Keusgen, pertumbuhan subscriber Najwa termasuk salah satu yang paling pesat. 

"Najwa Shihab adalah kanal berita yang pertumbuhannya paling cepat di Indonesia. Silver Button berhasil diraih dalam waktu hanya tiga bulan," ujar Keusgen pada Desember 2017. 

Kini, jumlah subscriber akun Youtubenya terus bertambah dan sudah menyentuh 1,3 juta. Dari sana, kekhawatirannya bahwa perpindahan dari dunia televisi ke digital tidak akan berjalan mulus, sedikit demi sedikit buyar. 

"Tapi, saat ini kami masih terus memiliki tantangan. Salah satunya dari banyak peluang yang ada, mana peluang yang bisa diambil untuk dijalankan. Atau peluang itu ditunda dulu hingga semua infrastrukturnya siap," kata dia.

Sukses terus untuk Mba Najwa!

Baca Juga: 5 Perkataan Najwa Shihab yang Membekas di Indonesia Writers Fest 2018

Topik:

Berita Terkini Lainnya