Cerita WNI Alami Gempa Besar di Jepang Tapi Minim Kerusakan

Seluruh penduduk mendapat notifikasi peringatan gempa Jepang

Jakarta, IDN Times - Kevin Pramudya Utama tak menyangka niatnya merekam video untuk mengabadikan momen saat terjadi gempa di Jepang pada Sabtu, 13 Februari 2021 berujung kepanikan. Sebab, ia tak menyangka gempa hari itu berkekuatan sangat besar. WNI yang berprofesi sebagai fotografer itu sedang berada di kamar apartemennya di daerah Gunma dan mengedit foto.

Bila mengecek di Google Map, lokasi Kevin tinggal berjarak sekitar 250 kilometer dari titik pusat gempa, Fukushima. Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jepang, gempa pada akhir pekan lalu berkekuatan 7,3 M, tidak berpotensi tsunami. 

Kevin tinggal di apartemen dua kamar bersama dengan dua temannya yang juga WNI. Kamar mereka terletak di lantai bawah dari bangunan dua lantai. 

"Tapi, getarannya terasa banget pas di tempatku. Makanya pas gempa aku sempat merasa takut, kalau lantai atas tiba-tiba rubuh gak ada yang tahu kan," ujarnya ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada Senin, 15 Februari 2021. 

Dari video yang diunggah oleh Kevin di akun media sosialnya, terlihat ruang kamar apartemennya hanya bergoyang-goyang. Ia mengakui memang ada benda-benda yang jatuh seperti piring, tetapi kerusakan yang dialami tergolong minim untuk gempa berkekuatan besar seperti itu. 

"Struktur bangunannya sendiri kan sudah dirancang tahan gempa, jadi goyangnya gak terlalu keras. Aku kan juga pernah mengalami gempa yang di Yogyakarta dan itu getarannya parah, tapi kalau yang di Jepang juga bergoyang tapi gak separah itu," katanya.

Meski begitu Kevin yang sudah tinggal di Negeri Sakura sejak 2017 lalu, mengaku itu merupakan gempa terhebat yang dialaminya selama di sana. Tetapi, menurutnya warga Jepang sudah diajari sejak dini untuk mengantisipasi gempa. Apa saja ilmu yang ia pelajari ketika baru tiba di Jepang agar siap menghadapi gempa?

1. Saat baru tiba di Jepang, warga asing diberikan pelatihan menghadapi bencana selama tiga hari

Cerita WNI Alami Gempa Besar di Jepang Tapi Minim KerusakanIlustrasi Berlindung Saat Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Kevin mengatakan ketika baru tiba di Jepang, ia memperoleh materi penanggulangan bencana selama tiga hari. Salah satu informasi yang ia peroleh ketika menghadapi gempa besar di Jepang yaitu tidak lupa mematikan gas. 

"Kalau ngeliat dari kejadian (gempa di Fukushima) tahun 2011 banyak terjadi kebakaran dan jatuh korban karena sistem gasnya banyak yang lupa dimatikan," ujar Kevin. 

Informasi yang ia dapat ketika pelatihan dulu sangat bermanfaat karena sistem gas itu ditemukan di apartemen yang ia huni. Selain itu, bila terjadi gempa besar maka sebaiknya berlindung di balik meja. 

"Tapi, saya memilih keluar (apartemen) dibandingkan berlindung di balik meja karena kalau tinggal di lantai bawah katanya bangunan di atas bisa rubuh sekian detik," tuturnya.

Baca Juga: [BREAKING] Diguncang Gempa, Jepang Periksa Reaktor Nuklir di Fukushima

2. Otoritas Jepang memberikan notifikasi gempa lewat ponsel

Cerita WNI Alami Gempa Besar di Jepang Tapi Minim KerusakanSistem early warning mengenai gempa yang masuk ke ponsel di Jepang (Tangkapan layar Twitter @sadness_loop)

Salah satu penyebab korban dan kerusakan akibat gempa di Jepang bisa minim diperkirakan karena mereka memiliki sistem peringatan dini bencana yang baik. Informasi sedang terjadi gempa berkekuatan di atas 5,0 M disampaikan oleh otoritas Jepang melalui ponsel. 

"Mungkin saat kejadiannya persis terdeteksi titik gempa, lalu secara otomatis mengirimkan notifikasi dan broadcast ke semua ponsel. Mungkin ya (seperti itu). Jadi, seolah-olah berlomba antara notifikasi dengan gempa siapa yang lebih dulu muncul," tutur dia. 

Menurut Kevin, tidak dibutuhkan aplikasi khusus agar notifikasi tersebut bisa muncul. "Itu bukan notifikasi yang disampaikan melalui SMS atau membutuhkan aplikasi khusus, jadi selama terkoneksi dengan operator di Jepang, itu popped up gitu aja," katanya lagi. 

Video yang menampilkan notifikasi sedang terjadi gempa di Jepang menuai rasa kagum warganet di Indonesia. Sebab, di tanah air, belum ada sistem peringatan dini bencana semacam itu. Meski mengaku panik dan takut, tetapi saat gempa besar itu berlalu, Kevin memilih kembali beraktivitas mengedit foto dan main game. 

Hal lain yang turut dikomentari banyak warganet yaitu penyiar televisi di Jepang yang menggunakan helm ketika siaran. Menurut Kevin, prosedur yang diberlakukan oleh stasiun televisi termasuk langkah yang cerdas. 

"Karena kan gempa susulan bisa terjadi berkali-kali dan kita gak bisa memprediksi. Gak ada yang tahu juga apakah gempa susulan akan lebih besar atau kecil, seharusnya hal-hal semacam ini bisa ditiru di Indonesia," ujarnya. 

3. BMKG Jepang meminta warga tetap berhati-hati selama satu pekan ke depan

Cerita WNI Alami Gempa Besar di Jepang Tapi Minim KerusakanIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Kevin pun mengatakan pada Senin malam kemarin masih terjadi gempa-gempa susulan, meski getarannya kecil. BMKG Jepang menginformasikan kepada warga gempa pada 13 Februari 2021 lalu masih berkaitan dengan peristiwa serupa yang terjadi pada 2011.

"Dan sudah ada prediksi akan ada gempa gede lagi yang datang dalam 30 tahun terakhir, bisa jadi gempa ini salah satunya. Makanya, kita disuruh hati-hati banget dalam seminggu ke depan," ujarnya.  

Ia mengaku tidak memiliki persiapan khusus untuk menghadapi gempa besar yang mungkin terjadi selanjutnya di Negeri Sakura. Kevin hanya memilih tak menutup pintu kamarnya sehingga bila gempa terjadi lagi, ia bisa langsung keluar apartemennya. 

Sementara, berdasarkan data dari otoritas Jepang, lebih dari 100 warga mengalami luka usai gempa hebat mengguncang Negeri Sakura pada akhir pekan lalu. Kementerian Luar Negeri melaporkan sejauh ini tidak ada WNI yang bermukim di sana menjadi korban. 

Baca Juga: Kemlu: Tidak Ada WNI yang Menjadi Korban Gempa Jepang

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya