Eks KSAL Minta Badan KRI Nanggala-402 Diangkat Semua dari Dasar Laut

Bila badan KRI Nanggala tak diangkat, lokasi latihan digeser

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) periode 2014-2018, Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, mengusulkan kepada pemerintah agar mengangkat semua bagian badan KRI Nanggala-402. Tujuannya agar tak membahayakan perjalanan kapal selam lainnya di perairan utara Bali. Apalagi lokasi karamnya kapal selam buatan Jerman itu kerap digunakan sebagai tempat berlatih bagi Angkatan Laut. 

"Jadi, harus dipangkas sampai dasar karena bila ada objek lain akan membahayakan pelayaran bagi kapal selam," ungkap Ade ketika berbicara di program "Ngobrol Seru" by IDN Times pada Selasa (27/4/2021). 

Akan tetapi, jika keputusan akhir tidak mengangkat badan KRI Nanggala-402, maka Ade mengusulkan agar lokasi latihan kapal selam TNI AL digeser. Sebab, peserta berikutnya akan selalu terngiang di dasar laut tersebut merupakan karamnya KRI Nanggala-402. 

"Jadi, mungkin saya akan usulkan ke KSAL (saat ini) agar lokasi latihan digeser ke wilayah barat atau timur. Tapi, memang di bagian utara Bali itu sangat ideal untuk latihan kapal selam. Banyak negara yang memimpikan untuk bisa berlatih di sana," kata dia lagi. 

Saat ditanyakan IDN Times soal penyebab banyak negara yang ingin berlatih di lokasi tersebut, Ade mengaku tak bisa menjelaskan lebih lanjut.

"Intinya kalau dalam konteks hidrografi ada istilah namanya thermocline, propagasi dalam air, salinitas, dan yang dinamakan hollow zone. Jadi, kalau kapal selam sudah masuk ke sana, meski cuma lima meter tidak akan terdeteksi," ujarnya lagi memberi pemaparan. 

Sebelumnya, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono berjanji berusaha mengangkat badan KRI Nanggala-402 dan jenazah 53 ABK. Untuk bisa mewujudkan itu, TNI AL menerima bantuan dari AL Tiongkok dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). 

Bagaimana metode pengangkatan badan KRI Nanggala-402 yang terbelah menjadi tiga bagian?

1. Operasi evakuasi dibantu tiga kapal dari AL Tiongkok dan satu kapal dari SKK Migas

Eks KSAL Minta Badan KRI Nanggala-402 Diangkat Semua dari Dasar LautKapal ocean salvage and rescue Yongxingdao-863 milik Angkatan Laut Tiongkok yang akan membantu evakuasi KRI Nanggala 402 (Dokumentasi TNI Angkatan Laut)

Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Julius Widjojono, mengatakan Negeri Tirai Bambu mengirimkan tiga kapal AL untuk membantu proses evakuasi KRI Nanggala-402. Ketiga kapal tersebut yaitu Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863, Ocean Tug Nantuo-185 dan Scientific Salvage Tan Suo 2. 

"Ketiga kapal itu sudah tiba (di perairan Bali)," ujar Julius ketika dikonfirmasi oleh IDN Times pada Sabtu (1/5/2021). 

Pengiriman ketiga kapal ini bermula dari tawaran Dubes Tiongkok untuk Indonesia, Xiao Qian, kepada Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Kapal-kapal salvage itu diketahui memiliki kemampuan untuk bisa mengangkat benda-benda dari kedalaman di bawah laut. 

"Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863 memiliki  panjang 156 meter, lebar 21 meter dan tinggi 7,5 meter. Kapal ini memiliki robot, sonar, side scane sereta boat rescue," kata dia. 

Sementara itu, kapal Ocean Tug Nantuo-185 memiliki panjang 119 meter, lebar 16 meter dan tinggi 6,5 meter. Kapal Scientific Salvage Tan Suo 2 memiliki panjang 87,2 meter, lebar 18 meter dan tinggi tujuh meter.

"Ketiga kapal salvage ini memiliki kemampuan daya selam sampai kedalaman 4.500 meter," tutur dia lagi. 

Sementara, SKK Migas akan mengerahkan Kapal Timas 1201. Kapal itu memiliki panjang 162,3 meter, lebar 37,8 meter dan tinggi 16,1 meter. 

"Kapal tersebut juga memiliki crane berkapasitas 1.200 MT yang cocok untuk platform konvensional," ungkapnya. 

Baca Juga: Uzur Seperti Nanggala-402, Perlukah KRI Cakra-401 Tetap Dioperasikan?

2. Bantuan yang diberikan negara asing dalam operasi evakuasi KRI Nanggala-402 tidak cuma-cuma

Eks KSAL Minta Badan KRI Nanggala-402 Diangkat Semua dari Dasar LautKepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2014-2018, Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Menurut Ade, semua bantuan dari negara asing dalam proses evakuasi tidak akan diberikan secara cuma-cuma. Ia berkaca dari pengalaman tahun 2007 lalu ketika ada AL negara lain mengatakan 'we will support you' terkait pengembangan SDM TNI AL.

"Ternyata makannya kita harus bayar, (biaya) sekolahnya kita juga yang harus tanggung. Ternyata ada perbedaannya bila mereka mengatakan 'I will give you full support'," kata Ade. 

Ia mewanti-wanti agar tidak ada perbedaan makna yang terjadi di belakang. Sehingga, sebelum diputuskan harus diangkat, semua biaya yang akan muncul harus dihitung lebih dulu. 

"Mana yang (tergolong) free lunch, mana yang bukan free lunch. Kalau menurut saya untuk alutsista terkait pengkatan, saya prefer no free lunch. Jangan sampai ditagih di belakang hari ketika pejabatnya sudah berganti, kan pejabat baru tidak merasa ikut memutuskan," tutur dia lagi. 

Ia pun menilai terkait keputusan untuk mengangkat badan KRI Nanggala 402 atau membiarkan saja di dasar laut harus diumumkan ke publik. Apalagi bila untuk operasi pengangkatan badan kapal turut melibatkan APBN. 

"Tapi, yang jelas kegiatan (evakuasi) harus disetujui dulu baru kemudian dijadikan program," katanya. 

3. Pengamat militer usulkan sebaiknya jenazah dan badan KRI Nanggala-402 tetap di bawah laut

Eks KSAL Minta Badan KRI Nanggala-402 Diangkat Semua dari Dasar LautPengamat bidang militer dan hankam dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie ketika berbicara di program "Ngobrol Seru" (Tangkapan layar YouTube IDN Times)

Sementara, dalam sudut pandang pengamat militer dan akademisi Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, sangat sulit untuk melakukan evakuasi jenazah di kedalaman 838 meter. Ia menyebut, apabila evakuasi dilakukan penyelam biasa, maka dapat membahayakan tim penyelamat. 

"Kedalaman 838 meter itu dalam banget. Kita harus tahu semakin turun di kedalaman laut, maka satu atmosfir bertambah. Jadi, kalau sekarang ada penyelam, maka paru-parunya akan meledak. Sedangkan, kalau menggunakan robot atau alat itu mahal," ungkap Connie ketika berbicara di program "Ngobrol Seru" by IDN Times pada Selasa, 27 April 2021. 

Jika evakuasi juga tetap dipaksakan, maka akan mengganggu cadangan anggaran yang dimiliki TNI AL. Ia menggarisbawahi bukan berarti tidak menghormati permintaan keluarga, tetapi publik juga harus realistis. 

"Biar saja kapal selam (yang karam) jadi monumen. Bila perlu kita harus terus mengingat bahwa kita tidak mengurus dengan benar angkatan bersenjata kita, sehingga terjadi insiden ini. That's it," tutur dia lagi. 

https://www.youtube.com/embed/bvSTe0Ro_P4

Baca Juga: KSAL: Tenggelamnya KRI Nanggala-402 Jadi Catatan Kelam di TNI AL

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya