Fakta Hilangnya Patung di Museum Kostrad yang Dikaitkan PKI Susupi TNI

Museum Dharma Bhakti diresmikan Soeharto pada 1997

Jakarta, IDN Times - Dugaan Partai Komunis Indonesia (PKI) kembali bangkit bergema lagi jelang peringatan peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Salah satu individu yang kerap melempar isu itu tak lain adalah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Ia kembali membuat pernyataan senada ketika menjadi narasumber dalam diskusi virtual dengan tajuk TNI VS PKI pada Minggu, 26 September 2021 lalu. 

Dalam diskusi itu, Gatot menyebut ada indikasi paham komunis telah berhasil menyusup ke dalam institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Indikasi yang dimaksud adalah sejumlah bukti termasuk patung yang tersimpan di Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) kawasan Gambir, Jakarta Pusat, diduga hilang atau sengaja dihilangkan. 

Ia kemudian memutar video untuk menunjukkan ke publik bahwa dugaan itu bukan sekedar isapan jempol. 

"Video tadi menggambarkan betapa diorama yang ada di Makostrad, di depan Makostrad ada bangunan berupa kantor tempatnya Pak Soeharto dulu. Di sanalah direncanakan bagaimana mengatasi pemberontakan G30S PKI, di mana Pak Soeharto sedang memberikan petunjuk kepada Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO (Korps Komando Operasi)," ujar Gatot. 

Ia menambahkan, diorama itu juga menjelaskan dari diskusi Sarwo Edhie dengan Soeharto, ditemukan petunjuk lokasi jenazah jenderal TNI yang dibunuh PKI pada akhir September 1965 lalu. Lokasi jenazah diketahui berada di Lubang Buaya. 

"Ini menunjukkan (tidak adanya patung itu), mau tidak mau kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S PKI, peran Kostrad, sosok Soeharto, Kopassus, Sarwo Edhie, KKO dan Jenderal AH Nasution jelas akan dihapuskan. Patungnya di sana (Markas Kostrad) sudah tidak ada dan bersih," tutur dia lagi. 

Pernyataan sepihak itu jelas membuat Museum Dharma Bhakti dan Kostrad disorot oleh publik. Panglima Kostrad hingga Panglima TNI angkat bicara untuk mengklarifikasi pernyataan Gatot tersebut. 

Apa benar sejumlah patung atau diorama yang kini tidak lagi ditemukan di museum tersebut bisa dijadikan indikasi paham komunis telah menyusup ke tubuh TNI?

1. Sejumlah patung tidak ada di museum karena diambil kembali oleh pembuatnya yakni mantan Pangkostrad

Fakta Hilangnya Patung di Museum Kostrad yang Dikaitkan PKI Susupi TNIDiorama di Museum Dharma Bhakti Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (kostrad.mil.id)

Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman kemudian menanggapi tidak adanya sejumlah patung di Museum Dharma Bhakti. Ia mengungkapkan, sejumlah patung di museum seperti patung Soeharto, Sarwo Edhie, hingga AH Nasution memang sudah tidak ada, karena diambil atas permintaan Pangkostrad periode 2011-2012 Letjen (Purn) TNI AY Nasution. 

Sejumlah patung tersebut semula juga dibuat dan ditempatkan di museum atas instruksi AY Nasution. 

"Patung tersebut diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution. Beliau yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Beliau merasa berdosa membuat patung-patung itu menurut keyakinan agamanya, dan saya hargai alasan pribadi itu," ujar Dudung dalam keterangan tertulis, Senin 27 September 2021.

Dudung mengaku segan menolak permintaan AY Nasution yang ingin mengambil patung-patung itu. "Bila karena penarikan patung itu kemudian disimpulkan kami telah melupakan peristiwa 30 September 1965, itu sama sekali tidak benar," kata dia lagi. 

Ia menegaskan, sama seperti AY Nasution, mereka berkomitmen tidak akan pernah melupakan peristiwa yang menyebabkan sejumlah jenderal senior di TNI AD dan perwira pertama Kapten Pierre Tendean tewas terbunuh.

Baca Juga: Begini Kata Millennial dan Gen Z Tangerang Tentang Peristiwa G30S/PKI

2. Barang-barang milik Pangkostrad pertama Mayjen Soeharto masih disimpan di museum

Fakta Hilangnya Patung di Museum Kostrad yang Dikaitkan PKI Susupi TNISejumlah foto dan diorama yang menunjukkan personel TNI AD berhasil temukan jenazah pahlawan revolusi di kawasan Lubang Buaya (www.kostrad.mil.id)

Dudung mengatakan, meski sejumlah patung itu kini tidak ada, tetapi foto-foto peristiwa dan barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 masih tersimpan dengan baik di Museum Dharma Bhakti. 

"Hal itu nantinya bisa dijadikan pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa tahun 1965 yang menyebabkan terbunuhnya sejumlah pimpinan di TNI AD dan Kapten Pierre Tendean," ujar Dudung. 

Di sisi lain, Dudung pun menyesalkan tuduhan yang disampaikan seniornya di TNI AD tersebut. Padahal, sebagai sesama prajurit TNI AD, Gatot bisa lebih dulu meminta klarifikasi kepada pihaknya. 

"Dalam Islam itu disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang menimbulkan fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," kata dia. 

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sepakat dengan pernyataan Dudung. Hadi menilai, tuduhan miring Gatot tidak didasarkan pada bukti ilmiah. Meski begitu ia enggan berpolemik lebih jauh soal indikasi paham komunis di tubuh TNI. 

"Tidak bisa suatu pernyataan (PKI telah bangkit) didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat. Masalah ini juga sudah diklarifikasi oleh institusi terkait," ujar Hadi kemarin. 

3. Analis militer pesimistis ada paham komunis menyusup ke tubuh TNI

Fakta Hilangnya Patung di Museum Kostrad yang Dikaitkan PKI Susupi TNIPeneliti dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi (Dokumentasi Istimewa)

Sementara, analis militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengaku pesimistis paham komunis bisa disusupkan ke tubuh TNI. Apalagi di era seperti saat ini, paham komunis sudah tidak laku dijual di Indonesia dan menarik atensi publik. 

"Menurut saya itu (paham komunis di dalam tubuh TNI) tidak masuk akal," ungkap Fahmi blak-blakan ketika dihubungi IDN Times, Senin 27 September 2021. 

Ia menjelaskan, paham kiri menggambarkan narasi perlawanan terhadap pihak berkuasa yang dianggap buruk. Ia mengatakan, siapa pun yang berada di lingkungan penguasa atau berseberangan dengan penguasa akan dicap kanan atau kiri. 

"Meski tidak laku 'dijual' tetapi paham kiri bisa menginspirasi aktivisme dan advokasi masyarakat. Hal itu masih relevan," tutur dia. 

Di sisi lain, dalam sudut pandang Fahmi, prajurit TNI yang dianggap memiliki paham kiri oleh Gatot diduga adalah orang-orang yang merapat ke kubu pemerintah. Sebab, sejak pensiun dari TNI, Gatot kerap dianggap sebagai ikon yang berseberangan dengan pemerintah yang berkuasa. 

4. Museum Dharma Bhakti Kostrad diresmikan oleh Soeharto pada 1997

Fakta Hilangnya Patung di Museum Kostrad yang Dikaitkan PKI Susupi TNIDiorama Mayjen TNI Soeharto ketika berbicara dengan Sarwo Edhie yang tersimpan di Museum Dharma Bhakti (www.kostrad.mil.id)

Bila menilik sejarah, bangunan bernama museum Dharma Bhakti Kostrad adalah kantor Komisaris Belanda yang didirikan pada 1870. Selanjutnya, setelah lahir Kostrad, bangunan ini digunakan menjadi kantor Mayjen Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Pangkostrad I. Bangunan tersebut tetap berfungsi sebagai kantor hingga Pangkostrad XII. Tetapi, setelah itu bangunan tersebut dialihkan sebagai museum. 

Peralihan menjadi museum itu merupakan prakarsa dari Mayjen TNI (Purn) Wiyogo Atmodarminto (Pangkostrad X) pada 1980. Ia ingin melestarikan bangunan bersejarah tersebut. Tetapi, Mayjen (Purn) TNI Soeharto lah yang kemudian meresmikan Museum Dharma Bhakti Kostrad pada 4 Maret 1997. 

Pada awal terbentuknya museum, ada ruangan yang diberi nama Orde Baru. Lalu, pada 2007 ruangan itu diberi nama Kodal hingga September 2011. 

Ruangan yang terdapat diorama Soeharto tersebut menjadi saksi bisu Jenderal AH Nasution memberikan dukungan kepada Soeharto untuk mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Di dalamnya juga terdapat meja rapat yang pernah digunakan Mayjen Soeharto memimpin rapat perencanaan pengamanan presiden dan pencarian korban pembunuhan Gerakan 30 September 1965. 

Ruangan itu juga menjadi saksi bisu bagaimana Soeharto memerintahkan pengendalian pasukan untuk menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diklaim jadi dalang peristiwa 30 September 1965. 

Menurut Kostrad, keberadaan museum ini untuk mengingatkan semua pihak bahwa tidak ada tempat bagi siapapun yang ingin meruntuhkan negara. TNI AD akan menjadi garda terdepan untuk memerangi hal tersebut.

Baca Juga: Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo Sebut Ada Indikasi Komunis Masuk TNI

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya