Gagal di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Tak Ingin Kembali Jadi Wagub DKI

Ia mantap menata karier di dunia politik

Jakarta, IDN Times - Calon wakil presiden di pemilu 2019, Sandiaga Salahudin Uno menegaskan walau gagal di pesta demokrasi tahun ini, namun ia tak ingin kembali ke posisi lamanya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Hal ini menepis semua spekulasi yang sempat beredar bahwa pria yang akrab disapa Sandi itu akan kembali menjadi orang nomor 2 di DKI Jakarta apabila gagal di kontestasi pemilu 2019. 

Bahkan, Sandi juga menegaskan tidak ingin kembali ke dunia bisnis yang telah membesarkan namanya. Padahal, dari dunia bisnis pula, ia berhasil menambah pundi-pundi kekayaan dan menjadi kandidat yang paling makmur di pilpres 2019. Sebelum masuk ke dunia politik, Sandi diketahui bekerja sebagai manajer investasi dan ikut mendirikan perusahaan Saratoga Capital, salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang investasi. 

"Semua hidup saya itu hanya dijalankan sekali dan tidak akan kembali," kata Sandi sambil tertawa ketika diwawancarai oleh harian terbesar di Singapura, The Straits Times di negeri singa itu pada Jumat (12/7) lalu. 

Usai mencicipi dua pesta demokrasi, satu pilkada dan pilpres, Sandi mantap memilih jalan hidup selanjutnya di dunia politik. 

"Saya tidak pernah berpikir kembali menjadi pengusaha profesional. Sekarang, saya sudah masuk ke dunia politik dan saya tak lagi menoleh ke belakang ke dunia bisnis," katanya lagi. 

Lalu, apa kesibukannya kini usai gagal meraih tiket sebagai wakil presiden? Apa respons Sandi soal tawaran dari pemerintahan Joko "Jokowi" Widodo untuk bergabung ke dalam pemerintahan? 

1. Sandiaga ingin terus mengembangkan program "Rumah Siap Kerja"

Gagal di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Tak Ingin Kembali Jadi Wagub DKIIDN Times/Auriga Agustina

Salah satu program yang sudah ia dengungkan dan ingin ia teruskan adalah program "Rumah Siap Kerja". Alasannya, program tersebut ternyata menurut Sandi, masih didambakan oleh publik untuk dilanjutkan. 

"Rumah Siap Kerja pada dasarnya adalah penghubung bagi kaum muda untuk bisa mendapatkan akses ke informasi mengenai lapangan kerja, pelatihan (agar siap masuk kerja), beasiswa. Untuk membuatnya bisa dipahami jadi seperti co working space dikombinasikan satu situs agar bisa memperoleh pekerjaan," katanya menjelaskan program tersebut. 

Ia mengaku tak main-main dengan program tersebut, lantaran sudah ada beberapa pihak yang siap mendanainya. 

"Jadi, saya memperlakukan program itu layaknya perusahaan start up," tutur dia. 

Dalam mimpinya kelak, siapa tahu, kata Sandi, "Rumah Siap Kerja" ternyata bisa berubah menjadi salah satu perusahaan start up unicorn

Baca Juga: Sandiaga Uno: Saya akan Merasa Terhormat Bila Menjadi Oposisi

2. Jokowi belum pernah menawarkan posisi di dalam kabinet kepada Sandiaga Uno

Gagal di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Tak Ingin Kembali Jadi Wagub DKIIDN Times/Irfan Fathurohman

Pertanyaan menarik muncul ketika jurnalis The Straits Times bertanya kepada Sandi apakah ia bersedia bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Sandi pun menegaskan saat ini posisi yang paling pas adalah ia menjadi mitra yang konstruktif dan sejajar dengan pemerintah. 

Namun, ia tak berani berspekulasi soal adanya tawaran menjadi Menteri di kabinet Indonesia Kerja periode mendatang. 

"Kami belum ada di posisi (untuk menjawab atau menolak itu). Rasanya momen yang pas, kita harus menunggu hingga di bulan Oktober," kata dia. 

Selain itu, ia menyebut apa pun pilihannya nanti, maka kepentingan Indonesia lah yang harus menjadi pertimbangan utama. Sandi juga mengaku belum mendapatkan tawaran apa pun dari mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Lagipula, ia sudah lama tak berjumpa dengan Jokowi. 

"Kami sudah tak lagi bertemu sejak sesi debat lalu. Tentu, saya berharap bisa bertemu kembali dengan Pak Jokowi apabila diundang. Tetapi, yang saya dengar sudah ada diskusi antara Pak Prabowo dengan Pak Jokowi," katanya. 

3. Sandiaga Uno belum memutuskan apakah akan kembali ke Partai Gerindra

Gagal di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Tak Ingin Kembali Jadi Wagub DKIANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/

Ia pun mengaku belum memutuskan apakah akan bergabung ke Partai Gerindra atau memilih partai lainnya untuk berkarier di dunia politik. Sandi terpaksa harus mundur, karena ia dipilih oleh Prabowo Subianto menjadi cawapres untuk kontestasi pemilu 2019. Tidak etis apabila capres dan cawapresnya berasal dari satu partai yang sama. 

Namun, pilihannya untuk tetap di jalur politik benar-benar mantap. Saat berbicara di ISEAS-Yusof Ishak Institut, Sandi menyebut salah satu alasan ia ingin ada di dunia politik karena ingin menjadi penyuara bagi rakyat. 

"Saya ingin dekat dengan rakyat. Hampir separuh warga di seluruh Indonesia menginginkan pemimpin yang berbeda dan sebuah perubahan," kata Sandi. 

Saat ditanya mengenai peluangnya maju sebagai capres di pemilu 2024, Sandi mengatakan tak ingin berspekulasi dan mengambil kesimpulan awal. Padahal, dalam riset Juli lalu yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, nama Sandi masuk ke dalam jajaran 15 tokoh yang berpotensi akan berlaga di pemilu 2024 mendatang. 

"Terlalu dini jika kita membicarakan soal pemilu 2024," tutur dia.

4. Biaya yang harus dikeluarkan oleh kubu Sandiaga dalam pemilu 2019 mencapai Rp700 miliar

Gagal di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Tak Ingin Kembali Jadi Wagub DKIInstagram.com/sandiuno

Di sesi diskusi, Sandi pun masih sempat melempar lelucon. Ia mengatakan walau sudah tak lagi terpilih dalam pemilu 2019, rupanya ia masih diundang untuk berbicara di forum internasional. Padahal, biaya yang telah ia keluarkan dalam pemilu April lalu tidak sedikit. 

"Rp700 miliar (harus saya keluarkan). Pemilu di Indonesia memang sangat mahal," kata Sandi. 

Ia pun sempat melempar lelucon lainnya usai secara tidak sengaja membuat microphone terjatuh. 

"Seharusnya bagi seseorang yang pengangguran, saya seharusnya bisa tenang. Tetapi, yang terjadi, saya pengangguran dan juga sangat emosional," tutur dia yang disambut tawa hadirin. 

Walau akhirnya ia dan Prabowo sempat membawa gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan ditolak, Sandi mencoba tetap berbesar hati. Paling tidak peristiwa yang disaksikan oleh publik di MK bisa menjadi pembelajaran yang berharga. 

"Kami bahagia bisa melalui hari-hari kami di Mahkamah Konstitusi dan diliput secara luas oleh berbagai stasiun televisi, itu sesuatu yang sudah lama kami inginkan. Hal tersebut menjadi edukasi dalam pembangunan demokrasi di negeri ini," katanya lagi. 

Baca Juga: Tolak Rekonsiliasi, Relawan: Prabowo Diminta Tanggung Jawab Aksi Mei

Topik:

Berita Terkini Lainnya