Gempa di Nias Termasuk Zona-Outer Rise, Ini Ancaman Bahayanya

BMKG mencatat gempa susulan 13 kali di Nias

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah terjadi 13 kali gempa susulan di barat daya Pulau Nias, Sumatra Utara, yang terjadi pada Jumat (14/5/2021). Namun, BMKG juga mengoreksi kekuatan gempa yang menggoyang lepas pantai Pulau Nias, dari semula magnitudo 7,2 menjadi 6,7. 

"Pusat gempa bumi susulan tersebut dilaporkan berada pada titik koordinat 0.21 Lintang Utara - 96,58 Bujur Timur di kedalaman 10 kilometer, dan tidak berpotensi tsunami," demikian keterangan tertulis Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari ini. 

Sementara, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan berdasarkan hasil permodelan magnitudo 6,7 belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi dasar laut hingga mengganggu kolom air laut. Ia juga menjelaskan gempa yang terjadi bukan jenis gempa megathrust tetapi jenis gempa dangkal di zona-outer rise.

"Itu berarti zona sumber gempa di luar zona subduksi," ungkap Daryono melalui keterangan tertulis yang diterima hari ini. 

Apakah gempa dangkal di zona-outer rise itu menjadi ancaman bagi Indonesia?

1. BMKG wanti-wanti agar gempa di zona-outer rise tidak diabaikan otoritas setempat

Gempa di Nias Termasuk Zona-Outer Rise, Ini Ancaman BahayanyaIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Menurut Daryono, gempa yang bersumber di zona-outer rise tidak boleh diabaikan karena di Indonesia sudah dua kali terjadi tsunami akibat gempa di zona tersebut. Dua gempa itu, kata dia, yakni gelombang tsunami pada 1977 di Sumbawa dan di Pulau Jawa pada 1921. 

"Sumber gempa outer rise ini juga pernah memicu gelombang tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977. Saat itu gempa tercatat berkekuatan magnitudo 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai The Great Sumba," ungkap dia. 

Akibat gempa dengan kekuatan dahsyat itu memicu terbentuknya patahan dasar laut dengan mekanisme turun. Patahan dasar laut dengan mekanisme turun itu memicu terjadinya tsunami dengan tinggi sekitar delapan meter dan menewaskan lebih dari 300 orang.

Gempa yang bersumber dari outer rise juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar di luar negeri. Salah satu yang dicatat BMKG yaitu peristiwa tsunami di Sanriku, Jepang pada 1933. 

"Ketika itu tsunami dipicu gempa berkekuatan 8,6 yang bersumber di zona outer rise. Tsunami ini menewaskan lebih dari 3.000 orang," kata Daryono. 

Peristiwa serupa terjadi di kepulauan Pasifik yakni di Samoa. Peristiwa itu terjadi pada 29 September 2009 . 

"Gempa kuat dengan magnitudo 8,1 di zona-outer rise dekat subduksi Tonga juga memicu tsunami dahsyat yang menewaskan 189 orang," ujar Daryono. 

Baca Juga: Cerita WNI Alami Gempa Besar di Jepang Tapi Minim Kerusakan

2. Gempa dirasakan kuat oleh warga Nias Barat sekitar selama lima detik

Gempa di Nias Termasuk Zona-Outer Rise, Ini Ancaman BahayanyaIlustrasi. ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan

Menurut keterangan BNPB, sudah ada laporan dari 11 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang diterima. Menurut keterangan warga setempat, gempa dirasakan sangat kuat dengan durasi 2-5 detik. 

"Lantaran adanya guncangan yang kuat, warga sempat panik dan berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri dari hal yang tidak diinginkan terkait adanya potensi dampak gempa bumi," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulis hari ini. 

Meski gempa terjadi di lepas pantai barat daya Pulau Nias, namun getarannya terasa hingga ke Aceh dan Sumatra Barat. 

3. BNPB belum menerima laporan adanya korban jiwa atau kerusakan bangunan akibat gempa

Gempa di Nias Termasuk Zona-Outer Rise, Ini Ancaman BahayanyaIlustrasi gempa bumi. (IDN Times/Sukma Shakti)

Menurut data yang diterima Pusdalops BNPB pada Jumat (14/5/2021), sejauh ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan atau jatuhnya korban jiwa akibat rentetan gempa bumi tersebut. BPBD yang melaporkan ke BNPB, kata Raditya, telah melakukan kaji cepat dan koordinasi bersama lintas instansi terkait.

"BPBD juga telah memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap waspada tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ujar dia. 

Raditya juga mengimbau masyarakat agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa. Warga pun diimbau memeriksa dan memastikan kembali apakah bangunan tempatnya tinggal cukup tahan gempa. 

"Selain itu pastikan apakah ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," tutur dia. 

Baca Juga: Gempa Nias Dipicu Gempa di Luar Zona Subduksi, Tidak Merusak

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya