Gerindra Bakal Kebut Dongkrak Elektabilitas Prabowo Mulai Januari 2023

Gerindra sudah siapkan program khusus untuk Prabowo

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, Partai Gerindra saat ini tengah menyiapkan strategi khusus untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo Subianto. Sebab, berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Prabowo di bulan September hingga November 2022, anjlok. Menurut data dari Charta Politika November 2022 lalu, elektabilitas Prabowo turun 2,4 persen. 

"Kami sudah siapkan beberapa program? yang tentunya kami harapkan bisa mendongkrak elektabilitas Pak Prabowo agar bisa lebih baik dibandingkan saat ini," ujar Dasco di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2022). 

"Kami mulai program itu awal Januari 2023," tutur dia lagi. 

Ia juga sempat menyebut soal kemungkinan Partai Gerindra kembali rujuk dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk memenangkan Pemilu 2024. Namun, menurut Dasco, Gerindra siap berkoalisi dengan parpol mana pun asal capres yang diusung adalah Prabowo. 

"Kalau kami (Gerindra) di rapimnas sudah jelas dan pasti, bahwa capres dari Partai Gerindra adalah Prabowo Subianto. Kami tidak menutup kemungkinan bagi partai-partai untuk bergabung dengan koalisi yang sudah kami bentuk dengan PKB," tutur dia. 

Ia pun menyebut, sejauh ini masih melakukan penjajakan terhadap beberapa partai. Menurutnya, bila ada partai lain yang mengajak bergabung, Dasco membalikan pernyataan tersebut. 

"Ya, sekarang kami balik saja, kenapa gak ikut bergabung bersama kami. Kalau kami sudah pasti, bahwa amanat rapimnas capres dari Gerindra adalah Pak Prabowo," katanya lagi. 

Lalu, mengapa elektabilitas Prabowo cenderung stagnan dan bahkan mengalami penurunan?

1. Keputusan Prabowo gabung ke pemerintah diduga jadi penyebab elektabilitasnya merosot

Gerindra Bakal Kebut Dongkrak Elektabilitas Prabowo Mulai Januari 2023Elektabilitas 10 nama tokoh politik hasil survei Charta Politika pada 29 November 2022. (Dokumentasi Charta Politika)
Gerindra Bakal Kebut Dongkrak Elektabilitas Prabowo Mulai Januari 2023Tren elektabilitas tiga tokoh politik sesuai dengan hasil survei Charta Politika pada 7-12 November 2022. (Dokumentasi Charta Politika)

Di dalam survei Charta Politika yang dilakukan pada periode 4-12 November 2022, elektabilitas Prabowo berada di peringkat ketiga setelah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Elektabilitas Prabowo berada di angka 22 persen. Bahkan, angka elektabilitas ini turun dibandingkan September 2022 yang mencapai 24,4 persen. 

Sementara, di Charta Politika, elektabilitas Ganjar untuk kali pertama menembus angka 32,6 persen.

Lembaga survei lainnya, Indikator, juga menunjukkan penurunan yang sama. Dalam survei yang digelar pada 1 Maret 2022 lalu, Prabowo juga berada di peringkat ketiga dan di bawah Ganjar dan Anies. 

Direktur eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan penurunan elektabilitas Prabowo tak terlepas dari hasil Pemilu 2019 dan 2014 lalu. Dalam dua pemilu tersebut, kata Yunarto, sudah terbentuk dua ceruk yakni pro Jokowi dan anti Jokowi. 

"Kalau mau diterjemahkan ceruk yang pro terhadap keberlanjutan atau pro terhadap perubahan. Problemnya adalah Pak Prabowo memiliki identitas di dalam dua ceruk tadi. Di sisi lain, dia adalah simbol antitesa dari Jokowi selama dua pemilu. Tetapi, di fakta lain, dia adalah bagian dari pemerintahan Jokowi. Hal ini berbeda dengan Ganjar dan Anies," ungkap Yunarto ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada 30 November lalu. 

Baik Ganjar dan Anies, kata Yunarto, memiliki identitas yang jelas. Ganjar identik dengan penerus Jokowi, sedangkan Anies identik sebagai simbol antitesa Jokowi. 

"Itu yang bisa menjelaskan mengapa Ganjar saat ini kuat di basis-basis di mana dulu Jokowi punya basis massa. Sedangkan, Anies semakin menguat di basis-basis pendukung Prabowo," tutur dia. 

Lebih lanjut, Yunarto mengatakan, sekarang terjadi kanibalisme antara Anies dan Prabowo. Ketika elektabilitas Anies naik, maka elektabilitas Prabowo turun. 

"Karena mereka punya ceruk (pendukung) yang sama," ujarnya lagi. 

Baca Juga: Survei: Ganjar-Prabowo Banyak Dipilih di 2024, Pemilu Bisa 1 Putaran

2. Pendukung tinggalkan Prabowo di saat ia memutuskan bergabung ke pemerintahan Jokowi

Gerindra Bakal Kebut Dongkrak Elektabilitas Prabowo Mulai Januari 2023Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto (ANTARA/HO-Tim Media Prabowo Subianto/pri.)

Lebih lanjut, Yunarto menyebut, Prabowo sudah tiga kali mengikuti pemilu. Maka, seharusnya tingkat elektabilitasnya sudah menembus angka 30 persen. Namun, hal itu tidak terjadi. 

Dalam pandangannya, hal tersebut terjadi karena Prabowo ditinggalkan oleh para pendukungnya dulu di Pemilu 2014 dan 2019. Sementara, saat ia memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi, pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu malah memilih sosok lain. 

"Bisa jadi Prabowo malah tidak mendapat dukungan dari pemilih Jokowi dan pendukungnya di dua pemilu lalu. Ketika dia dianggap berkhianat, dia ditinggalkan pemilih lamanya. Sementara, pemilih barunya ternyata malah memilih sosok lain yang lebih identik dengan Jokowi. Di situlah muncul sosok Ganjar," ungkap Yunarto. 

Mayoritas pemilih Jokowi merasa penerus mantan Wali Kota Solo itu adalah Ganjar dan bukan Prabowo. "Sementara, kalau Prabowo mau kembali ke pemilih lamanya, dia terlanjur sudah menjadi pembantu Jokowi. Itu tidak mudah bagi Prabowo," tutur dia. 

3. Prabowo hanya tertawa ketika ditanya soal elektabilitasnya yang stagnan

Gerindra Bakal Kebut Dongkrak Elektabilitas Prabowo Mulai Januari 2023Prabowo Subianto. twitter/prabowo

Sementara, ketika ditanyakan responsnya, Prabowo hanya tertawa ketika disebut elektabilitasnya stagnan. Bahkan cenderung turun. 

“Oh ya? Oh ya?” ujar Prabowo diikuti tawa, di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Saat ditanya lagi apakah tak khawatir dengan kondisi tersebut, Prabowo kembali tertawa tanpa memberi keterangan lanjut.

Baca Juga: Puji Jokowi di Rapimnas Gerindra, Prabowo: Beliau Sama dengan Saya

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya