Gubernur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana di Sulawesi Barat  

Total korban tewas saat ini mencapai 46 jiwa #GempaSulbar

Jakarta, IDN Times - Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, pada Sabtu (16/1/2021) resmi menetapkan status darurat bencana di seluruh daerah Sulbar usai diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,2 pada Jumat kemarin. Namun, belum diketahui berapa lama status darurat bencana itu akan ditetapkan. 

Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Raditya Jati dan Kepala Pusat Pengendali Operasi, Bambang Surya Putra dalam jumpa pers virtual pada Sabtu (16/1/2021).

"Waktunya belum ditetapkan sampai kapan, tetapi kami akan melihat dalam dua minggu ini perkembangannya. Jadi, hingga saat ini belum ada keputusan (status darurat bencana) ditetapkan hingga kapan," ungkap Bambang menjawab pertanyaan IDN Times

Sementara, Raditya menambahkan untuk periode status bencana harus ditetapkan melalui surat keputusan gubernur baru bisa disampaikan ke publik. Dalam jumpa pers tadi, Radit turut menyebut Kepala BNPB sudah menyerahkan bantuan dengan total Rp4 miliar kepada Gubernur Ali. 

Sebanyak Rp2 miliar dialokasikan untuk Provinsi Sulawesi Barat saja, lalu masing-masing Rp1 miliar untuk Kabupaten Mamuju dan Majene. "Kami juga sudah mengerahkan empat helikopter yang diberikan ke BPBD," terang Radit. 

1. BNPB mencatat 46 orang meninggal dunia hingga Sabtu, 16 Januari 2021

Gubernur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana di Sulawesi Barat  Warga mengamati Gedung Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang rusak akibat gempa bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021). (ANTARA FOTO/Akbar Tado)

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPBD di Sulbar, jumlah korban tewas akibat gempa bumi terus bertambah menjadi 46 jiwa. Raditya menjelaskan sebanyak 37 korban tewas berada di Kabupaten Mamuju dan 9 korban ditemukan di Kabupaten Majene. Selain itu, ada pula 826 warga yang mengalami luka-luka. 

"Total ada 483.050 warga yang terdampak dari gempa bumi ini," ungkap Raditya. 

Sementara, gempa susulan berkekuatan M 5,0 kembali terjadi pada hari ini. Meski tidak menimbulkan tsunami, namun warga tetap panik dan berhamburan ke luar rumah. "Gempat dirasakan cukup kuat dengan durasi 5-7 detik," ujarnya lagi. 

Sedangkan, untuk aliran listrik, di Kabupaten Majene, dilaporkan sebagian jaringan listrik telah kembali menyala. Sementara, di Kabupaten Mamuju, aliran listrik masih padam. Komunikasi seluler di kedua kabupaten juga masih belum stabil. 

Baca Juga: BMKG Peringatkan Ada Potensi Gempa Susulan di Sulbar Hingga M 6,2

2. BNPB tidak membolehkan sembarang orang masuk ke lokasi pengungsian

Gubernur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana di Sulawesi Barat  Korban gempa bumi bermagnitudo 6,2 di rawat halaman Rumah Sakit Regional Sulbar, Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (16/1/2021) (ANTARA FOTO/Akbar Tado)

BNPB pun menyadari saat ini pandemik COVID-19 belum berakhir di Indonesia. Oleh sebab itu, mereka memberlakukan aturan ketat yakni tidak membolehkan sembarang orang masuk ke lokasi pengungsian. 

"Jadi, di lokasi pengungsian kami membagi menjadi pengungsi ke kelompok yang rentan dan tidak (terhadap COVID-19). Selama di tempat pengungsian, protokol kesehatan wajib dilakukan dan hanya orang sehat yang boleh masuk ke area pengungsian," tutur Raditya. 

Untuk membantu bila ada warga yang terpapar COVID-19, Pemprov sudah mengaktifkan tiga rumah sakit. 

3. Gempa bumi di Mamuju dipicu oleh sesar naik Mamuju (Mamuju Thurst)

Gubernur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana di Sulawesi Barat  Bangunan yang roboh akibat gempa bumi magnitudo 6,2 di Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (16/1/2021) (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Sementara, menurut analisa Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa berkekuatan M 6,2 dipicu oleh gempa sesar naik Mamuju (Mamuju Thrust). Sesar ini berada di lepas pantai sebagai fold-thrust-belt yang sangat aktif. 

Pusat gempa bumi juga dilaporkan berada dekat dengan sumber gempa yang memicu gelombang tsunami pada 23 Februari 1969. Kekuatan gempa ketika itu mencapai M6,9 dengan kedalaman 13 kilometer. Gempat saat itu menyebabkan 64 orang meninggal, 97 orang mengalami luka dan 12.887 rumah warga rusak parah. 

Gelombang tsunami diperkirakan mencapai 4 meter di Pelattongan yang menyebabkan dermaga pelabuhan pecah. 

Baca Juga: Kantor Gubernur Sulbar di Mamuju Roboh Diguncang Gempa M 6.2

https://www.youtube.com/embed/y3DVEMXKA1g

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya