Helm 335 dan Takdir Hadi Bertemu Jokowi hingga Jadi Panglima TNI

Hadi bakal memasuki masa pensiun 30 November 2021

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengenang kembali momen ketika ia mendaftar kali pertama sebagai taruna di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah. Hadi menyebut, ketika diterima sebagai taruna, ia mengenakan helm nomor 335. Hal itu ia sampaikan ketika memimpin acara reuni 35 tahun pengabdian Alumni Akabri 86 di Akademi Militer, Magelang, Senin 20 September 2021. 

"Kita masih sama-sama ingat saat pendaftaran catar (calon taruna). Saat mengikuti seleksi di Lembah Tidar ini. Bagaimana ada kawan yang tidak lulus maupun ada yang lulus masuk akademi, namun tidak seperti yang mereka cita-citakan," ujar Hadi seperti dikutip dari akun Instagram Puspen TNI, @puspentni, Selasa (21/9/2021). 

Ia mengatakan, tempat lain yang menyimpan banyak memori bukan hanya Lembah Tidar. Ada pula Kali Baben. Tempat itu menjadi saksi bisu perwira TNI dan Polri berlatih fisik dan berendam yang jumlahnya sudah tidak terhitung. 

"Gunung Tidar serta masyarakat Magelang dan sekitarnya begitu perhatian saat taruna melaksanakan latihan," tutur dia lagi. 

Momen lainnya yang masih ia ingat dengan baik yakni ketika ia mengenakan helm 335 sambil menenteng senjata. Ia mengatakan, ketika berbuat kesalahan maka akan dihukum oleh seniornya. 

"Ketika dihukum, kami hanya boleh mengenakan bagian luar helmnya saja. Jadi, kalau kami berlari helmnya tidak stabil, bergeser ke kanan dan ke kiri. Sementara, kami berlari sambil menenteng senjata," kata pria yang pernah duduk sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) itu. 

Momen Hadi mengenang kembali perjuangan kariernya dari nol berdekatan dengan jelang waktu pensiun sebagai Panglima TNI. Apa catatan terkait kepemimpinan Hadi selama menjadi Panglima TNI?

1. Hadi kenang momen saat diajarkan memegang senjata, jari-jarinya sering terjepit

Helm 335 dan Takdir Hadi Bertemu Jokowi hingga Jadi Panglima TNIPanglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang kembali mengenang momen saat mendaftar Akabri pada 1986 lalu (www.instagram.com/@puspentni)

Momen lainnya yang dikenang dengan baik oleh Hadi yakni ketika ia diajarkan untuk kali pertama memegang senjata. Ketika itu ia mengutak-atik senjata yang diberikan, tangannya malah sering terjepit. 

"Kami setiap pagi diperintahkan untuk memeriksa kebersihan senjata, namun masih saja ada yang kurang bersih," kata Hadi. 

Mengutip situs resmi Akmil, menembak adalah kemampuan dasar yang wajib dikuasai oleh setiap taruna. Salah satu jenis senjata yang diajarkan sejak di Akmil yakni senapan SS-2-V-1. Ini merupakan senapan serbu buatan PT Pindad yang merupakan generasi kedua dari senapan sebelumnya yakni SS1. 

Hadi kemudian mengatakan, para alumni Adem 86 menjalani kehidupan taruna sesuai matra di masing-masing akmil, baik itu AAL (Angkatan Laut), Akmil (Angkatan Darat), AAU (Angkatan Udara) hingga Akpol (kepolisian). 

"Akhirnya kami lulus dan dilantik menjadi letnan dua pada Upacara Prasetia Prawira di Istana Negara pada 20 September 1986," tutur Hadi lagi. 

Baca Juga: Catatan KontraS: 7 Jenderal TNI Rangkap Jabatan Jadi Komisaris BUMN

2. Takdir Hadi Tjahjanto kenal Jokowi di Solo

Helm 335 dan Takdir Hadi Bertemu Jokowi hingga Jadi Panglima TNIANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Rekam jejak Hadi terbilang fenomenal hingga dipilih oleh Presiden Jokowi menjadi Panglima TNI. Mantan Kepala Dinas Penerangan TNI Marsma (Purn) TNI Dwi Badarmanto pernah mengatakan, karier Hadi sebelum meraih bintang 1 atau Brigjen, tergolong biasa-biasa saja. Dwi bahkan menyebut sebagian orang sempat memandang Hadi sebelah mata ketika ia masih menjabat sebagai penerbang pesawat angkut ringan. 

Pada 1988-1989 bahkan hingga tahun 2000, kata Dwi, tak ada yang menyangka Hadi bisa menjadi pemimpin tertinggi TNI. "Pak Hadi dari penerbang pesawat angkut ringan, orang sudah melihat sebelah mata, tapi Tuhan berkata lain," ungkap Dwi ketika berbicara di sebuah diskusi 2017 lalu. 

Bahkan, ketika Hadi diangkat menjadi KSAU, banyak mengejutkan orang. Sementara, perkenalannya dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo sudah dimulai ketika Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. 

Ketika itu, Hadi ditugaskan di Pangkalan Udara Hussein Sastranegara. Dwi mengatakan, Hadi sempat berontak dalam hati. Akhirnya ia dipindahkan ke Pangkalan Udara Adi Soemarmo, Solo. 

Disinilah Hadi melihatnya sebagai takdir. Saat dia menjabat Danlanud Adi Soemarmo, Jokowi menjabat sebagai Wali Kota Solo. Menurut dia, cerita saat ini mungkin akan berbeda jika saat itu Hadi tetap ditempatkan di Hussein Satranegara.

"Ini kehendak Tuhan juga. Kenapa Presiden (Jokowi) saat itu menjabat Wali Kota Solo," kata Dwi. 

3. Tujuh jenderal TNI di era kepemimpinan Hadi Tjahjanto rangkap jabatan jadi Komisaris BUMN

Helm 335 dan Takdir Hadi Bertemu Jokowi hingga Jadi Panglima TNIKepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Andika Perkasa (kanan) ketika menghadiri puncak Latihan Antar Kecabangan TNI AD Kartika Yuda tahun 2020 di Sumatera Selatan (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Meski dianggap sukses menjabat sebagai Panglima TNI, tetapi tetap terdapat catatan kritis mengenai kepemimpinan Hadi. Dalam catatan Komisi untuk Orang Hilang (KontraS), ada pembiaran sejumlah perwira tinggi TNI melakukan rangkap jabatan dengan menjadi komisaris di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Bahkan, dua di antaranya sudah menempati posisi sebagai kepala staf angkatan. Mereka adalah Jenderal TNI Andika Perkasa yang juga duduk sebagai Komisaris Utama PT Pindad dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo yang diangkat sebagai Komisaris Utama PT Dirgantara Indonesia. 

Menurut peneliti KontraS, Rivanlee Anandar, pengangkatan mereka sebagai komisaris telah melanggar UU Nomor 34 Tahun 2004 mengenai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Di Pasal 39 tertulis prajurit dilarang terlibat dalam empat kegiatan, termasuk aktivitas bisnis. 

"Ini malah membuat relasi militer dengan sipil semakin buruk. Artinya, jabatan sipil yang seharusnya diisi oleh orang dengan domain sipil justru diisi oleh petinggi militer. Ini akan mengganggu peran dan fungsi institusi TNI seperti yang diamanatkan di dalam UU," ujar Rivanlee pada 16 September 2021 lalu. 

Ia mengatakan, pemberian posisi sebagai komisaris di BUMN, dirjen di kementerian atau staf khusus tidak lantas menyelesaikan pangkal masalahnya di tubuh TNI. Institusi itu kini memiliki sejumlah perwira tinggi yang berstatus nonjob alias mereka tidak memiliki tupoksi jelas di TNI.

Berikut daftar yang dicatat KontraS mengenai perwira tinggi di TNI yang rangkap jabatan tinggi di institusi sipil:

  1. Mayjen TNI Eddy Kristianto (TNI AD): Komisaris PT Wijaya Karya (Persero)
  2. Jenderal TNI Andika Perkasa (TNI AD): Komisaris Utama PT Pindad
  3. Marsekal Madya Andi Pahril Pawi (TNI AU): Komisaris PT Bukit Asam (Persero)
  4. Laksamana Madya TNI Achmad Djamaluddin (TNI AL): Komisaris Utama PT Pelindo
  5. Marsekal Madya Donny Ernawan Taufanto (TNI AU): Komisaris Utama PT Dahana
  6. Marsekal TNI Fadjar Prasetyo (TNI AU): Komisaris Utama PT Dirgantara Indonesia
  7. Letnan Jenderal TNI Herindra (TNI AD): Komisaris Utama PT LEN Industri
  8. Kolonel (Pas) Roy Rassy Fay M. Bait (TNI AU): Kepala Bagian Umum dan Hukum Pengembangan SDM ESDM
  9. Brigjen Aria Prawiseso (TNI AD): Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bidang pengamanan destinasi wisata dan isu-isu strategis
  10. Laksamana Muda TNI Adin Nurwaluddin (TNI AL): Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP)

Baca Juga: Jelang Hadi Pensiun, Jokowi Belum Tunjuk Panglima Baru TNI 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya