Heran Demokrat Diperebutkan, Salim Said: SBY Pakai Kata Dizalimi Lagi

Kecil peluang Moeldoko jadi capres pada 2024

Jakarta, IDN Times - Guru besar ilmu politik dari Universitas Pertahanan Salim Haji Said mengaku tak habis pikir, untuk apa Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko ikut memperebutkan jadi ketua umum Partai Demokrat. Sebab, parpol berlambang mercy itu dianggap tidak lagi memiliki suara yang kuat di parlemen dan dunia politik. Pada pemilu legislatif saja, Partai Demokrat hanya meraih total suara 7 persen. 

"Bahkan, ada yang mengatakan Partai Demokrat itu sebenarnya on the way out. Exit (dari dunia politik)," ujar Salim ketika diwawancarai jurnalis senior Karni Ilyas di kanal YouTube Karni Ilyas Club pada 11 Maret 2021. 

Maka, pertanyaan pun muncul mengapa Moeldoko bersedia terlibat dalam konflik internal Demokrat. Sebab, kata Salim, meski menggunakan Demokrat menjadi kendaraan politik, peluangnya jadi capres pada pemilu 2024 tergolong kecil. Bila, melihat rekam jejak para mantan jenderal yang ikut pertarungan pada pemilu, maka tak ada yang terpilih jadi presiden. 

"Wiranto (sempat ikut capres dalam pemilu) kan tidak (terpilih). Prabowo memang bukan bintang empat, tapi bintang tiga, juga tidak (terpilih). Dari track record itu, sulit membayangkan Pak Moeldoko yang tak punya partai, punya pengalaman politik lalu ujuk-ujuk jadi presiden kalau didukung oleh Partai Demokrat. Jadi, orang ini maunya apa?" kata pengamat politik ulung tersebut. 

Unggahan video percakapan ini sempat trending di Twitter hari ini. Apa kata Salim Said soal tudingan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sengaja mendramatisasi konflik internal Partai Demokrat, agar elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa terdongkrak?

1. Salim Said menduga SBY kembali menggunakan strategi jadi korban untuk meraih simpati

Heran Demokrat Diperebutkan, Salim Said: SBY Pakai Kata Dizalimi LagiANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Salim tak menampik kemungkinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menggunakan trik playing victim ketika ia dulu masih duduk sebagai Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

Ketika itu, SBY disebut oleh almarhum Ketua MPR Taufik Kiemas sebagai anak kecil. Dari situ, SBY kerap mengatakan ke publik telah diperlakukan tidak adil selama duduk di kabinet Megawati.

"Sehingga, orang mengatakan SBY atau pengikutnya ketika itu menyebut Pak SBY itu mendramatisir tingkah laku politik Taufik Kiemas untuk popularitas beliau. Sekarang, muncul lagi tuduhan itu sekarang," kata Salim. 

Kini, tuduhan yang muncul putra sulungnya telah dizalimi Moeldoko yang notabene orang dekat Presiden Joko "Jokowi" Widodo. "Kata dizalimi itu kembali dipakai oleh Pak SBY," ujar pengamat militer itu. 

Baca Juga: Nazaruddin Ikut Beri Uang Transpor Bagi Kader di KLB Sumut

2. Elite selalu berebut kekuasaan meski situasi pandemik COVID-19 belum berakhir

Heran Demokrat Diperebutkan, Salim Said: SBY Pakai Kata Dizalimi LagiIlmuwan politik Salim Said ketika diwawancarai Karni Ilyas (Tangkapan layar YouTube Karni Ilyas Club)

Hal lain yang menjadi catatan Salim, yaitu bila dicermati orang-orang yang berebut kekuasaan politik selalu didominasi elite. Ambisi mereka tidak diredam meski suasana pandemik COVID-19 masih terjadi di Tanah Air. 

"Rakyat tidak peduli dan tidak tahu. Apalagi sedang zaman pandemik seperti ini. Yang dipikirkan kan hanya keselamatan dirinya, anaknya dan keluarganya. Ekonomi yang kacau juga jadi pemikiran mereka. Jadi, yang bermain hanya elite saja," kata dia. 

Namun, ia mengatakan fenomena itu sudah terjadi sejak dulu. 

3. Bila tak terjadi kudeta di Demokrat, tidak berpengaruh apapun ke dunia politik

Heran Demokrat Diperebutkan, Salim Said: SBY Pakai Kata Dizalimi LagiKetua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Dalam sudut pandang Salim, bila saat ini tidak terjadi kudeta Demokrat, maka juga tak berpengaruh ke dunia politik di Tanah Air. Demokrat tidak bisa memengaruhi rancangan UU Pemilu atau Pilkada pada 2024. 

"Putra beliau (SBY) AHY ketika itu jadi calon gubernur (DKI Jakarta) pun tidak berhasil pada 2017. Di kabinet pun ia tidak masuk. Artinya, pihak kekuasaan yang ada tidak memperhitungkan beliau," ujar dia. 

Menurut Salim, baik Moeldoko atau AHY yang memenangkan konflik partai maka tidak akan memengaruhi apa-apa. Kongres Luar Biasa (KLB) yang dilakukan di Deli Serdang, Sumatra Utara, pada 5 Maret 2021 diinisiasi para pendiri partai yang merasa sakit hati dan disingkirkan SBY. 

4. Demokrat kubu AHY tetap menilai pembajakan partai tidak boleh dinormalisasi

Heran Demokrat Diperebutkan, Salim Said: SBY Pakai Kata Dizalimi LagiMoeldoko saat hadir di KLB Partai Demokrat di Sumatera Utara, Jumat, 5 Maret 2021 (ANTARA FOTO/Endi Ahmad)

Sementara, ketika dimintai komentarnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai situasi yang terjadi saat ini tidak bisa dianggap normal. Sebab, menurut dia, banyak hal yang tidak masuk akal tapi justru malah dibiarkan oleh rezim penguasa saat ini. 

"Apakah sekelompok orang yang tidak berhak, dibolehkan menyelenggarakan kegiatan politik yang diklaim sebagai kongres (luar biasa) yang merupakan forum tertinggi di suatu organisasi? Lalu, mereka menghadirkan individu yang bukan pemilik suara yang sah, dan kemudian bisa memilih yang mereka sebut ketua umum baru yang merupakan orang lingkar dalam Istana, dan mendemisionerkan kepengurusan sebelumnya?" tanya Herzaky kepada IDN Times melalui pesan pendek hari ini. 

"Kesewenang-wenangan kekuasaan yang ditunjukkan secara nyata ini, secara brutal telah memperkosa demokrasi, menafikan etika, norma, kepatutan, dan aturan-aturan hukum yang berlaku," tutur dia, lagi. 

Sehingga, menurut Herzaky tidak patut bila Salim Said justru menyebut yang terjadi saat ini sekadar drama politik. "Kalau lah memang menghamba kepada kekuasaan, setidaknya janganlah kemudian menjadi intelektual tukang stempel maunya pemerintah ataupun pesanan pihak-pihak tertentu," ungkap dia. 

Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Moeldoko Bukan Wakil Istana

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya