Ivermectin Diburu, dr Tirta: Gak Kapok Belajar dari Hidroklorokuin

Luhut klaim Ivermectin aman untuk pasien COVID gejala ringan

Jakarta, IDN Times - Relawan Satgas Penanganan COVID-19, dr Tirta Mandira Hudhi mengaku bingung begitu banyak warga yang percaya Ivermectin bisa membantu pemulihan pasien. Padahal, dia dan koleganya sudah bolak-balik menyampaikan, hingga kini belum terbukti secara uji klinis obat tersebut ampuh untuk mengobati COVID-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun hanya memberi izin edar Ivermectin sebagai obat untuk mengobati infeksi karena cacing. 

"Pemberiannya (Ivermectin) harus dengan resep dokter, karena itu kan obat keras dan tidak bisa dibeli bebas oleh warga. Sekarang, kesannya seperti obat warung," ujar dr Tirta di akun Instagramnya @dr.tirta pada Jumat (9/7/2021). 

Dia pun berharap dalam situasi pandemik yang semakin memburuk, pemerintah bisa mendengarkan masukan dari para ilmuwan. Tujuannya agar pandemik bisa segera terkendali. Namun, penggunaan obat cacing itu malah didukung sejumlah pejabat tinggi termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. 

Di dalam program siniar bersama Deddy Corbuzier, Luhut mengatakan sudah membahas mengenai kegunaan Ivermectin dengan Fathema Djan Rachmat. Dia merupakan Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika. Sebelumnya, dia juga sempat menjabat sebagai Dirut RS PT Pelni. 

Pria yang sempat menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu mengatakan sudah ada sejumlah pasien yang diberikan resep Ivermectin ketika gelombang pertama pandemik. 

"Kami pakai Ivermectin karena Presiden (Donald) Trump ketika itu sudah mengumumkan di White House. Saya bilang, cobain saja deh (Ivermectin) untuk pasien (dengan gejala) ringan and it works," kata Luhut di program yang tayang di YouTube pada 6 Juli 2021 lalu. 

"Sekarang, sedang dibikin oleh Pak Erick. Lalu, salahnya apa? Kan (sudah terbukti) paten," lanjutnya.

Apa komentar dr. Tirta mengenai pernyataan Luhut tersebut?

1. Luhut nilai tak masalah coba-coba konsumsi obat karena situasi darurat COVID-19

Ivermectin Diburu, dr Tirta: Gak Kapok Belajar dari HidroklorokuinMenko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

Di program tersebut, Luhut mengatakan tak masalah mengonsumsi obat-obat tertentu termasuk Ivermectin meski sifatnya coba-coba. Sebab, saat ini kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia sudah gawat. 

"Kan secara evident based terbukti bagus, ya kenapa tidak (coba dikonsumsi)? Daripada kamu sekarang mati (karena COVID-19)," kata Luhut. 

Menurut klaim penelitian yang dilakukan tim Fathema, Ivermectin terbukti ampuh mengobati pasien COVID-19. Maka Luhut pun memberikan restu. 

Itu sebabnya, dia mendorong agar Menteri BUMN, Erick Thohir, segera memproduksi massal obat cacing tersebut. Erick kemudian menugaskan perusahaan farmasi milik BUMN, PT Indofarma, untuk memproduksi empat juta butir tiap bulan. Belakangan, karena tingginya permintaan, mereka meningkatkan produksi dua kali lipat hingga delapan juta butir. 

Padahal, hasil uji klinis dari BPOM soal keampuhan Ivermectin mengobati pasien COVID-19 baru rampung akhir tahun 2021.

"Saya katakan ke Erick, sudah kirim saja (Ivermectin) ke pasien (dengan gejala ringan). Gak akan jatuh korban kok," ujar Luhut. 

Baca Juga: Dekan FK UI: Kurang Pas Obati COVID-19 dengan Obat Cacing Ivermectin

2. Pemerintah tak belajar dari coba-coba konsumsi obat hidroklorokuin

Ivermectin Diburu, dr Tirta: Gak Kapok Belajar dari HidroklorokuinPenjelasan mengenai obat chloroquine atau obat antimalaria (IDN Times/Reja Gussafyn)

Tirta pun sempat tertawa ketika mendengar penjelasan Luhut. Menurutnya, respons pemerintah seolah tidak belajar dari pengalaman menangani pandemik pada 2020. Saat pandemik baru merebak, pemerintah sempat memutuskan untuk memborong obat hidroklorokuin sebanyak tiga juta dosis. 

Belakangan, pemberian obat antimalaria tersebut dihentikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pemerintah pun tak lagi melanjutkan penggunaan obat tersebut. Sebab, setelah dicoba ternyata tak memberikan efek apapun bagi pasien COVID-19. 

"Kita ini seolah gak kapok ya, sebelumnya pernah coba obat hidroklrokuin, kalung anticorona, hingga GeNose. GeNose saja dilarang digunakan untuk ke Bali, sekarang Ivermectin. Seolah-olah semuanya diburu-buru," kata Tirta. 

Dia mengatakan dalam mengatasi pandemik langkah yang diutamakan adalah pencegahan bukan kuratif atau pengobatan. "Mau sampai kapan kita pakai cara kuratif, menunggu orang datang ke faskes? Padahal, nakes itu sesungguhnya adalah garda terakhir," tutur dia. 

Tirta pun mengusulkan alih-alih fokus ke metode pengobatan, pemerintah lebih fokus untuk menggenjot tes, tracing, dan vaksinasi. Sejauh ini, kota yang sudah menerapkan tiga metode tersebut secara baik baru Jakarta. 

Lebih lanjut, Tirta mempertanyakan apakah pemerintah siap menanggung konsekuensi bila nanti Ivermectin terbukti tidak ampuh mengobati pasien COVID-19. 

3. Pakar penyakit menular dari AS Faheem Younus sebut negaranya tak gunakan Ivermectin

Ivermectin Diburu, dr Tirta: Gak Kapok Belajar dari HidroklorokuinIvermectin, Obat Terapi Pasien COVID-19. (dok. Kementerian BUMN)

Sementara, ahli penyakit menular dari Amerika Serikat, dr Faheem Younus, turut menyatakan hal senada dengan Tirta. Bahkan, Younus mendorong agar publik di Indonesia tidak bersedih lantaran tak bisa mengakses Ivermectin. Sebagai dokter, dia pun tidak merekomendasikan obat tersebut kepada pasien-pasiennya.

"Karena obat itu tidak akan berfungsi apapun terhadap pasien COVID-19. Anda bisa membaca di situs WHO, FDA (BPOM AS), dan banyak penelitian yang menyatakan serupa," ujar Younus ketika tampil di stasiun tvOne pada Kamis kemarin.  

Alih-alih mencoba-coba obat, Younus menyarankan untuk meniru cara lain yang digunakan oleh negara yang telah berhasil menekan kasus COVID-19. Salah satunya adalah Negeri Paman Sam. 

"Maka Anda akan melihat negara itu tidak bergantung kepada Ivermectin untuk menghancurkan pandemik. Justru, mereka menggantungkan kepada masker, vaksinasi dan jaga jarak," tutur dia. 

Dia mewanti-wanti berapa pun dosis Ivermectin yang dikonsumsi malah bisa menyebabkan efek samping mulai dari diare, reaksi alergi hingga mengakibatkan kerusakan organ seperti ginjal atau hati. 

"Jadi, berhati-hati lah untuk tidak mengonsumsi obat yang tak diperlukan atau mengonsumsi obat sendiri (tanpa resep dokter)," katanya mengingatkan publik. 

Baca Juga: Sidak PT Harsen, BPOM Temukan Bahan Pembuat Ivermectin Ilegal

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya