Jenazah Perawat Sempat Ditolak di Ungaran, Suami: Rasanya Perih

Joko menyaksikan sendiri warga menolak jenazah istrinya

Jakarta, IDN Times - Kesedihan mendalam dirasakan Joko Wibowo, suami Nuria Kurniasih, perawat di RSUD dr. Kariadi Semarang yang meninggal setelah terpapar virus corona. Joko tak menyangka mobil ambulans yang hendak memakamkan istrinya ditolak oleh warga pada pekan lalu. 

"Saya rasanya perih, sudah habis rasa (di dalam hati) saya ini," ungkap Joko ketika berbicara di program Mata Najwa yang tayang di Trans 7, Rabu (15/4) malam. 

Ia mengaku sangat sedih lantaran penolakan warga terhadap mobil ambulans yang membawa jenazah istrinya ditolak. Saat itu Joko berada di dalam ambulans tersebut. Padahal Joko dan keluarga ketika itu sangat berharap jenazah sang istri dimakamkan secepatnya. 

Joko menjelaskan alasan jenazah istrinya dimakamkan di Desa Sewakul, karena di sana lah almarhum ayahnya turut dikebumikan. Joko pun menyadari, sang istri memang bukan warga di desa tersebut. Tetapi, ia dan keluarga berinisiatif memakamkan di sana agar sang istri bisa dekat dengan almarhum ayahnya. 

"Sungguh, peristiwa itu sangat menyakitkan sekali," kata Joko pasrah. 

Lalu, bagaimana cerita awal sang istri bisa tertular COVID-19? Apa penjelasan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ketika mengetahui peristiwa penolakan jenazah itu terjadi di wilayahnya? 

1. Istri Joko tertular COVID-19 ketika masih bekerja merawat pasien

Jenazah Perawat Sempat Ditolak di Ungaran, Suami: Rasanya PerihIlustrasi perawat. IDN Times/Bagus F

Istri Joko, Nuria diketahui tertular COVID-19 ketika masih bekerja di RSUD dr. Kariadi, Semarang. Ia ketika itu masuk kerja shift siang untuk merawat pasien. 

Padahal, menurut Joko, ia sudah meminta istrinya agar beristirahat di rumah. Hal itu lantaran sang istri sudah mengeluh demam. 

"Saya sebenarnya sudah melarang istri agar tidak bekerja. Tapi, ia tetap masuk. Jadi, istri saya itu bekerja di ruang perawatan," kata Joko yang juga bekerja sebagai perawat. 

Pada (16/3) lalu, Nuria akhirnya dirawat di ruang perawatan karena mengeluh demam dan pusing. Ia sempat berada di ruang perawatan biasa selama empat hari. Tetapi, ia dipindahkan ke ruang isolasi, ketika mengeluhkan sesak nafas. 

"Ia dipindahkan ke ruang isolasi karena dokter curiga istri saya tertular virus corona," ujarnya lagi. 

Dokter kemudian melakukan beragam tes ke Nuria. Dimulai dari tes swab, rontgen hingga pengambilan darah. 

Ketika sang istri mulai mengeluh sesak nafas, ia kemudian diberikan bantuan oksigen untuk bernafas. Kondisinya terus memburuk dan dipindahkan ke ruang ICU. 

"Setelah dirawat selama tiga hari di sana, saya dikabarkan istri sudah tiada," tutur Joko lirih. 

Baca Juga: PPNI: Perawat Pertaruhkan Nyawa Hadapi COVID-19, Tapi Tetap Ada Stigma

2. Tiga anak Joko mengalami trauma ketika tahu jenazah ibunya sempat ditolak

Jenazah Perawat Sempat Ditolak di Ungaran, Suami: Rasanya PerihDok. Humas Polda Jateng

Joko kini tinggal bersama tiga putrinya di rumah. Ia mengaku ketiga anaknya sudah mendengar jenazah sang ibu sempat ditolak oleh warga sekitar untuk dimakamkan di Ungaran. 

"Anak-anak ketika itu sempat trauma dan stres. Untungnya setelah saya beri penjelasan, mereka mau mengerti," kata Joko. 

Ia sendiri sudah menjalani tes swab dan hasilnya dinyatakan negatif. Joko mengatakan masih merasa kehilangan, sebab sejak dimasukan ke ruang isolasi, ia sudah tidak dapat mendampingi istrinya secara langsung. 

Kepada publik, ia berharap agar tidak ada lagi peristiwa penolakan terhadap jenazah pasien COVID-19 untuk dimakamkan. 

"Biar istri saya saja yang jadi pasien terakhir yang mengalami seperti ini," ungkap dia. 

3. Gubernur Jawa Tengah meminta agar polisi bertindak tegas terhadap pelaku yang menolak pemakaman jenazah pasien COVID-19

Jenazah Perawat Sempat Ditolak di Ungaran, Suami: Rasanya PerihGubernur Jateng Ganjar Pranowo di kantornya. IDN Times/Fariz Fardianto

Di program itu turut hadir Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia pun mengaku kecewa sebab itu menjadi insiden kedua yang terjadi di wilayah Jateng. Sebelumnya, penolakan pemakaman pasien COVID-19 juga terjadi di Banyumas. 

"Jadi, akhirnya saya biarkan kepolisian mengambil tindakan hukum," kata Ganjar malam ini. 

Ia juga sudah meminta maaf kepada keluarga Joko atas penolakan terhadap jenazah sang istri. Menurutnya, warga masih tetap menolak pemakaman pasien jenazah COVID-19 karena ketidaktahuan informasi mengenai virus corona. 

Oleh sebab itu, ia semakin gencar melakukan sosialisasi agar tidak menolak lagi pemakaman pasien COVID-19. 

"Akhirnya kami sosialisasikan dengan meminta dukungan kepala desa, lurah hingga kiai," tutur Gubernur dari PDI Perjuangan itu. 

Baca Juga: Izin di TMP Sulit, Ganjar Usul Nakes Virus Corona Diberi Bintang Jasa

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya