Jet Tempur Rafale Mampir ke RI, Wamenhan: Sebentar Lagi Milik Kita

RI sudah teken kontrak beli 6 jet tempur Rafale

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri M. Herindra turut menjajal sejumlah pesawat militer buatan Prancis yang tengah parkir di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Senin, 12 September 2022. Total ada enam pesawat militer yang merupakan bagian dari Angkatan Udara Prancis yang tengah mampir ke Indonesia.

Keenam pesawat militer itu terdiri dari tiga jet tempur Dassault Rafale, satu pesawat angkut A400M dan dua pesawat 330 MRTT (Multi Role Tanker Transport). Mereka berada di Jakarta sebagai bagian dari misi Pegassus tahun 2022. 

Herindra mengatakan Kementerian Pertahanan bakal mencari alat utama sistem senjata (alutsista) terbaik untuk membangun pertahanan yang kuat.

"Kemhan dan TNI Angkatan Udara akan melihat beberapa pesawat yang sebentar lagi akan menjadi milik kita, di antaranya pesawat A400 M dan Rafale," ungkap Herindra dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa (13/9/2022). 

Ia mengatakan sudah sepatutnya Indonesia memiliki alutsista canggih. Apalagi kondisi situasi yang berkembang saat ini di sekitar Indonesia. 

"Inilah alasan mengapa Menhan selalu mencari solusi bagaimana memperkuat pertahanan kita. Intinya, kita akan mencari alutsista yang terbaik untuk memperkuat pertahanan," tutur dia. 

Herindra menambahkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis terus berkembang. Hal tersebut terlihat dengan adanya berbagai kerja sama yang disepakati kedua negara, di antaranya Joint Declaration on Strategic Partnerships pada 2011, Defence Cooperation Agreement (DCA) yang diteken pada 28 Juni 2021, dan nota kesepahaman kerja sama industri pertahanan pada 10 Februari 2022. 

Menurut informasi, pesawat 330 MRTT masuk daftar pesawat tanker yang diinginkan TNI AU. Namun, pemerintah akhirnya memutuskan membeli A400M yang juga memiliki kemampuan untuk mengisi bahan bakar di udara. 

Lalu, kapan jet tempur Rafale itu tiba di Indonesia?

1. Jet tempur Rafale pesanan Indonesia akan tiba 56 bulan lagi

Jet Tempur Rafale Mampir ke RI, Wamenhan: Sebentar Lagi Milik KitaIlustrasi jet Rafale buatan Prancis (www.aa.com.tr)

Juru bicara Kemenhan, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan enam jet tempur Dassault Rafale yang dipesan Indonesia dari Prancis akan tiba 56 bulan lagi. Proses produksi dan pengiriman sudah dilakukan seiring dengan Kementerian Keuangan mengefektifkan kontrak kesepakatan melalui pembayaran uang muka.

“Prosesnya memang panjang, artinya ketika Prabowo sudah tidak menjadi Menteri Pertahanan, pesawat ini sudah menjadi kekuatan pertahanan kita," ujar Dahnil pada 11 Februari 2022 di Jakarta.

Menurut Dahnil, pembelian pesawat tempur ini sebagai lompatan jauh yang dilakukan Prabowo untuk menunjukkan komitmennya menjadi Menteri Pertahanan. Apalagi, Prabowo berjanji memperkuat pertahanan di dalam negeri secara maksimal, saat diminta jadi Menhan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada 2019.

Ia menambahkan, saat ini kekuatan TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Laut perlu didorong menjadi kekuatan yang modern. "Kekuatan modern itu termasuk radar dan satelit. Sementara, untuk AL mendorong alutsista yang juga modern. Ini semua jadi prioritas dan perhatian Prabowo," katanya. 

Bila pembelian enam jet tempur sesuai agenda, maka pemesanan 36 jet tempur Rafale lainnya bisa ikut direalisasikan. 

Baca Juga: Yes! Indonesia Sepakat Beli 6 Jet Tempur Prancis Rafale

2. Pembelian 6 jet tempur Rafale mencapai Rp15,7 triliun

Jet Tempur Rafale Mampir ke RI, Wamenhan: Sebentar Lagi Milik Kitajet tempur Rafale (dassault-aviation.com)

Sebelumnya, Dahnil juga membocorkan nilai kontrak untuk pembelian enam jet tempur Rafale tersebut. Ia menyebut nilai kontrak untuk pembelian enam unit jet tempur Rafale mencapai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,7 triliun. 

Sementara, sisa 36 unit jet tempur lainnya belum dilakukan pemesanan dan tanda tangan kontrak. Dahnil memastikan proses pembeliannya dilakukan secara bertahap. 

Pria yang sudah menjadi jubir Prabowo Subianto sejak di Partai Gerindra itu menyebut, usai dilakukan pembayaran uang muka, proses produksi baru dilakukan. Ia menekankan pembelian alutsista tidak sama dengan membeli kendaraan ke dealer yang setelah terjadi transaksi, barangnya langsung dikirim ke rumah. 

"Kami prediksi hingga ke tahap delivery, butuh waktu hampir 56 bulan atau hampir lima tahun," kata dia. 

3. Rafale, jet tempur canggih di dunia dan tidak bakal dikenai embargo oleh AS

Jet Tempur Rafale Mampir ke RI, Wamenhan: Sebentar Lagi Milik Kitajet tempur Rafale (dassault-aviation.com)

Dahnil menjelaskan Prabowo sempat berkunjung ke sejumlah negara sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan membeli jet tempur Rafale. Selain ke Amerika Serikat, Prabowo juga sempat ke Turki, hingga ke Prancis. Khusus ke Prancis, Prabowo datang ke sana hingga tiga kali. 

Selain itu, Dahnil menyebut ada empat alasan mengapa Prabowo memilih Rafale. Pertama, efektivitas atau tepat guna. Menurut Dahnil, Prabowo selalu ingat pesan Presiden Jokowi bahwa belanja alutsista itu didasari kebutuhan, bukan keinginan. 

"Sementara, kita butuh alutsista terbaik untuk menjaga 81 ribu kilometer garis pantai Indonesia dan lebih dari 7,7 juta kilometer persegi luas wilayah Indonesia. Pemerintah harus pastikan jet tempur atau alutsista yang dipilih tepat guna dan bisa digunakan untuk menjaga kepentingan NKRI," kata dia. 

Alasan kedua, menyangkut geopolitik dan geo strategis. Dahnil menjelaskan setiap kali dilakukan belanja alutsista, maka hal tersebut berkaitan erat dengan dimensi diplomasi pertahanan. 

Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), ada 67 negara di dunia yang menjadi produsen alutsista. Namun, hanya lima negara yang jadi produsen terbesar yakni Amerika Serikat, Prancis, Rusia, Jerman, dan China. 

"Maka, setiap Menhan mengambil keputusan maka harus dipastikan bersamaan dengan kepentingan Indonesia melakukan diplomasi pertahanan," ujarnya. 

Dahnil seolah merujuk bahwa jangan sampai pembelian alutsista dari negara tertentu, kemudian memicu embargo suku cadang dari negara lain. 

Alasan ketiga, yakni efisiensi. Ia mengatakan keinginan Kemhan untuk membeli alutsista harus disesuaikan dengan ruang dan kapasitas fiskal.

"Jadi, harus dipastikan apakah APBN memiliki kemampuan untuk membeli alutsista," tutur dia.  

Alasan keempat, harus ada alih teknologi dan konten lokal. Hal tersebut berangkat dari visi Jokowi yang ingin ke depan harus ada kemandirian industri pertahanan. 

"Oleh sebab itu, ketika belanja alutsista, kita harus mendorong adanya alih teknologi sehingga industri pertahanan domestik bisa berkembang secara maksimal," ungkapnya.

Maka tak mengherankan, kata Dahnil, saat dilakukan penandatanganan kontrak untuk pembelian Rafale, ada deretan MoU lainnya yang diteken. Kesepakatan itu merupakan bagian dari perjanjian untuk mendukung perkembangan industri pertahanan di dalam negeri. 

"Dari empat kriteria itu, yang menurut kami paling memenuhi secara maksimal adalah Prancis. Sehingga, kami menjatuhkan pilihan ke Dassault Rafale," katanya. 

Baca Juga: Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 Miliar

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya