Kasus Air Keras Belum Terungkap, Novel Masih Terus Dihantam Info Hoaks

KPK mengklarifikasi informasi hoaks di medsos

Jakarta, IDN Times - Di tengah kasus penyiraman air keras yang tidak juga menemui titik terang, penyidik senior KPK, Novel Baswedan terus dihantam dengan berbagai disinformasi. Ada tiga informasi berbeda yang sengaja digaungkan di media sosial menyangkut Novel dan komisi antirasuah. 

Informasi pertama, sebuah foto hitam putih yang menggambarkan Novel tengah duduk bersama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di sebuah masjid. Hubungan keluarga yang dimiliki oleh Novel dan Anies memang kerap dijadikan sasaran empuk ada konflik kepentingan terkait penanganan kasus korupsi. 

Foto hitam putih itu kemudian disandingkan dengan dokumentasi kedua, berupa tanda pelaporan adanya dugaan perbuatan korupsi yang dilakukan oleh Anies ketika ia masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam laporan itu, terpampang pula identitas pelapor yakni berinisial AMS. 

Ia melaporkan Anies diduga telah melakukan tindak pidana korupsi pada biaya proyek dana Frankfurt Book Fair tahun 2015 lalu sebesar Rp146 miliar dengan modus operandi kejahatan jabatan pada pameran kebudayaan Indonesia dan buku "Laskar Pelangi". Selain itu menyusupkan kegiatan pameran buku "AMBA" dan "Pulang" yang membahas mengenai pembasmian PKI tahun 1965. 

Informasi itu diunggah di akun media sosial oleh akun @YohanesPatty2 pada Kamis (3/10). Ia seolah ingin menyampaikan ke publik kasus dugaan korupsi Anies yang dilaporkan oleh AMS tidak pernah ditindak lanjuti gara-gara mantan Mendikbud itu masih memiliki hubungan keluarga dengan Novel. 

Juru bicara KPK, Febri Diansyah membantah dengan tegas bahwa kedua hal tersebut tidak tidak ada kaitannya satu dengan yang lain. Menurut Febri, informasi pengaduan adanya dugaan tindak korupsi bersifat tertutup. KPK tidak akan pernah mempublikasikan informasi itu. 

"Pengaduan masyarakat diproses di Direktorat Pengaduan Masyarakat yang berada di bawah Kedeputian PIPM. Ini merupakan kedeputian yang terpisah dengan tempat Novel bertugas yaitu Direktorat Penyidikan pada kedeputian bidang penindakan," kata Febri pada Kamis malam (3/10) melalui keterangan tertulis. 

Artinya, walau Anies dan Novel memiliki hubungan keluarga, hal itu tidak akan mempengaruhi proses penanganan perkara di komisi antirasuah. Lalu, apa lagi disinformasi lainnya yang beredar luas di media sosial mengenai Novel dan KPK? 

1. Foto Novel dan Anies di sebuah masjid diabadikan pada Juni 2017

Kasus Air Keras Belum Terungkap, Novel Masih Terus Dihantam Info Hoaks(Novel Baswedan bersama Anies Baswedan) www.twitter.com/@YohanesPatty2

Febri menjelaskan foto hitam putih tersebut diabadikan pada Juni 2017, dua bulan usai Novel mengalami teror air keras yang nyaris merenggut dua indera penglihatannya. Di foto itu, Novel diketahui masih berada di Singapura untuk memulihkan kondisi penglihatannya. 

"Saat itu Novel masih dalam proses perawatan mata setelah dioperasi di Singapura. Ada banyak pihak yang mengunjungi atau membesuk Novel di Singapura, termasuk Anies Baswedan yang masih memiliki hubungan saudara dengan Novel," kata mantan aktivis antikorupsi itu. 

Ia pun tegas menggaris bawahi walaupun Novel dan Anies memiliki hubungan keluarga, namun relasi itu tak akan bisa mempengaruhi penanganan kasus di komisi antirasuah. 

"Karena di KPK terdapat aturan yang tegas tentang antikonflik kepentingan. Hal itu tercantum di dalam Undang-Undang hingga aturan kode etik KPK," tutur dia. 

Apabila ditemukan situasi dalam penanganan perkara memiliki hubungan keluarga dengan pegawai KPK yang menangani kasus, maka pegawai tersebut, kata Febri, wajib menyatakan mundur dari tugas itu. 

Baca Juga: Sudah Berjalan Dua Bulan, Apa Perkembangan Tim Teknis Novel Baswedan?

2. Informasi ketiga soal tuduhan ada praktik tukar guling kasus di KPK

Kasus Air Keras Belum Terungkap, Novel Masih Terus Dihantam Info Hoaks(Ilustrasi gedung KPK) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

Informasi ketiga yang diunggah oleh akun @YohanesPatty2 yakni pemberitaan mengenai pansus KPK yang terjadi pada 2017 lalu. Foto yang mengutip pernyataan Muchtar Effendi, terpidana pemberi keterangan palsu dalam perkara suap sengketa pemilihan kepala daerah. Ketika itu, ia menuding Novel mendapat imbalan rumah kost 50 pintu di daerah Bandung dari seorang koruptor.

Menurut pengakuan Muchtar, koruptor itu ditakut-takuti Novel hendak ditahan. Maka, sebagai imbalannya diberikanlah rumah kost tersebut. Uniknya, Muchtar yang sempat dipidana karena memberikan keterangan palsu, pada 2018 lalu juga dijerat KPK sebagai tersangka kasus pencucian uang. 

Menurut Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan, Muchtar diduga menyamarkan harta yang diperoleh dari kasus korupsi yang melibatkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Muchtar. Dalam keterangan persnya tahun lalu, Basaria menyebut Muchtar mendapatkan titipan duit senilai Rp10 miliar dan USD$500 ribu dari Bupati Empat Lawang, Antoni Aljufri. Duit itu diserahkan ke Muchtar melalui istri Antoni, Suzana. 

"Informasi itu juga sudah kami klarifikasi, sebelumnya bersamaan dengan sejumlah informasi bohong yang diedarkan saat itu," ujar Febri. 

3. Informasi keempat yang berisi hoaks menggambarkan Novel hendak kabur ke Singapura

Kasus Air Keras Belum Terungkap, Novel Masih Terus Dihantam Info Hoaks(Penyidik senior KPK Novel Baswedan ketika diwawancarai khusus) IDN Times/Ashari Arief

Selain tiga informasi tadi, ada pula foto keempat yang diunggah oleh akun lainnya @TBackHoaks pada (26/9) lalu. Di foto itu, Novel, sang istri dan putra bungsunya tengah berada di Bandara Soekarno-Hatta. Narasi yang dibangun, Novel dan keluarga hendak kabur ke Singapura. 

Padahal, menurut Febri, Novel dan keluarga hendak ke Negeri Singa untuk melanjutkan proses pengobatan matanya. Febri mengatakan sejak (19/9) lalu, Novel rutin bolak-balik Jakarta-Singapura untuk melakukan CT Scan terhadap matanya. 

"Sebab ditemukan pendarahan di dalam retina, sehingga perlu dilakukan beberapa tindakan. Hal itu berpengaruh terhadap penglihatan Novel," kata dia. 

KPK yakin masyarakat tidak akan mudah terpengaruh dengan berbagai informasi yang beredar di media sosial. Apalagi, kata Febri, informasi palsu tersebut diproduksi dengan berbagai tujuan yang tidak benar. 

4. Sudah 905 hari kasus teror air keras Novel Baswedan belum terungkap

Kasus Air Keras Belum Terungkap, Novel Masih Terus Dihantam Info Hoaks(Teror terhadap berbagai pegawai KPK) IDN Times/Sukma Shakti

Disinformasi mengenai Novel itu sayangnya menutupi fakta bahwa kasus teror air keras yang dialaminya masih belum terungkap. Tim pencari fakta yang dibentuk Polri pun juga tidak berhasil mengungkap siapa pelaku lapangan yang menyiramkan air keras ke wajah Novel pada 11 April 2017 lalu. Kini, sudah 905 hari berlalu, tapi pengungkapan kasusnya masih gelap. 

"KPK tentu berharap Polri yang telah diberikan tugas oleh Presiden dapat memproses pelaku teror atau penyerangan tersebut dan segera menemukan pelakunya," kata Febri. 

KPK berharap yang diungkap oleh pihak kepolisian bukan hanya pelaku lapangan, namun juga aktor intelektual yang menyusun hingga memerintahkan tindakan penyiraman air keras kepada Novel. 

Komisi antirasuah, kata Febri, juga memandang serangan yang dialami Novel bukan serangan terhadap individu semata. Namun, sudah menyerang upaya pemberantasan korupsi. 

"KPK juga sangat menyesalkan pihak-pihak yang menyebarkan informasi bohong apalagi dalam konteks Novel yang sedang terus dalam proses perawatan dan pelaku penyerangan juga belum ditemukan," katanya lagi. 

https://www.youtube.com/embed/hf-qy7y4XVg

Baca Juga: [BREAKING] Novel Baswedan: Saya Tak Terkejut Hasil TGPF Polri

Topik:

Berita Terkini Lainnya