Kehilangan 53 ABK Nanggala-402, TNI AL Kibarkan Bendera Setengah Tiang

TNI AL upayakan evakuasi jenazah 53 ABK dari dasar laut

Jakarta, IDN Times - TNI Angkatan Laut sejak Senin, 26 April 2021 lalu mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung atas gugurnya 53 ABK KRI Nanggala-402 dalam latihan perang di perairan utara Bali. Pengibaran bendera setengah tiang itu akan berlangsung selama seminggu hingga 1 Mei 2021 mendatang. 

Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Kolonel Julius Widjojono mengatakan instruksi pengibaran bendera setengah tiang itu disampaikan langsung oleh Kepala Staf TNI AL, Laksamana Yudo Margono melalui surat ST KSAL nomor 466/SOPS/0421 TWU 0425.1840.

"Betul, selama tujuh hari berturut-turut (akan dikibarkan) setengah tiang di semua markas TNI AL," kata Julius kepada IDN Times pada Senin kemarin melalui telepon. 

Namun, ia mengaku tidak bisa memastikan apakah matra lainnya di TNI turut melakukan hal serupa. Selain itu, personel TNI AL juga melakukan salat gaib dan tahlil. Sedangkan, personel yang bukan beragama Islam ikut mendoakan 53 prajurit yang gugur di tempat ibadah mereka masing-masing. 

Julius juga menyebut Komando II Armada Surabaya, Dinas Psikologi Angkatan Laut, Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut dan pangkalan-pangkalan AL yang berada dekat dengan lokasi keluarga ABK tinggal turut memberikan dukungan moril. Selain itu, mereka juga mendata permasalahan yang dialami oleh keluarga ABK dan membantunya. 

Apa bentuk dukungan yang diberikan oleh negara bagi keluarga ABK yang ditinggalkan? Bagaimana cara TNI AL melakukan evakuasi terhadap jenazah 53 ABK dari dasar laut?

1. Pemerintah jamin biaya pendidikan anak-anak dari ABK Nanggala 402 hingga jenjang universitas

Kehilangan 53 ABK Nanggala-402, TNI AL Kibarkan Bendera Setengah TiangKeluarga prajurit TNI Angkatan Laut menangis berpelukan saat kunjungan Menko PMK dan Mensos pada Minggu, 25 April 2021. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab negara, pemerintah akan menanggung biaya pendidikan semua anak ABK KRI Nanggala 402. Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam keterangan pers pada Senin kemarin menyebut semua anak dari ABK KRI Nanggala akan dijamin bisa menempuh pendidikan hingga ke jenjang universitas. 

Selain itu, bagi prajurit yang gugur dalam latihan perang pada Rabu, 21 April 2021 lalu akan memperoleh kenaikan kenaikan pangkat. Hal itu atas dedikasi dan pengabdian yang sudah diberikan selama ini. 

"Negara akan memberikan penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi serta Bintang Jasa Jalasena atas pengabdian dan pengorbanan para prajurit terbaik tersebut," kata Jokowi seperti dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden. 

Sedangkan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah menginstruksikan kepada lembaga pendidikan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan agar memberikan tempat bagi anak dari ABK KRI Nanggala 402. "(Instruksi dari Menhan) lembaga pendidikan di bawah Kementerian Pertahanan yaitu SMA Taruna Nusantara Magelang dan Universitas Pertahanan Republik Indonesia, agar mengalokasikan tempat bagi putra-putri ABK KRI Nanggala 402 dan personel TNI AL yang telah gugur dalam tugas menjaga negeri sebagai pahlawan bangsa," ungkap juru bicara Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak melalui keterangan tertulis pada Senin kemarin. 

Bagi anak yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar dan SMP, ia melanjutkan, proses pemberian beasiswa akan diberikan melalui Yayasan Pengembangan Potensi Sumber Daya Pertahanan. Sedangkan, bagi yang hendak menempuh pendidikan di kampus maka bisa memperoleh beasiswa penuh dari Universitas Pertahanan. 

Baca Juga: Menhan Prabowo Berduka, Ikut Kehilangan Keluarga di KRI Nanggala 402

2. TNI AL masih menganalisa metode yang tepat untuk evakuasi jenazah ABK KRI Nanggala 402

Kehilangan 53 ABK Nanggala-402, TNI AL Kibarkan Bendera Setengah TiangBagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Sementara, menurut Kadispenal, Kolonel Julius Widjojono, pihaknya masih melakukan investigasi mengenai penyebab kapal selam buatan Jerman itu tenggelam.

"Selain itu, kami tengah menganalisa metode terbaik apa yang bisa digunakan untuk mengangkat (jenazah ABK)," kata Julius kepada IDN Times melalui telepon pada Senin (26/4/2021) malam. 

"Tentu kami akan memprioritaskan lebih dulu untuk mengevakuasi jenazah. Tapi, kan gak bisa memindahkan dengan mudah, butuh teknologi khusus," katanya lagi. 

Ia menambahkan data yang diperoleh dari ROV (Remotely Operated Underwater Vehicle) MV Swift milik Angkatan Laut Singapura mengenai citra posisi badan KRI Nanggala 402, kini tengah dipelajari para ahli.

"Supaya nanti bisa mengapung (badan kapalnya), detailnya nanti dijelaskan oleh para ahli tersebut," tutur Julius. 

Sedangkan, dalam catatan pakar kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Wisnu Wardhana, untuk bisa mengevakuasi ABK maka dibutuhkan kapal selam darurat berukuran kecil. Kapal selam darurat yang dikerahkan harus memiliki kemampuan menyelam hingga kedalaman lebih dari 850 meter.

Caranya, kata dia, kapal selam darurat diluncurkan ke bawah laut dan mendekati titik tenggelamnya kapal selam buatan Jerman tersebut.

"Kapal selam darurat itu harus stand by di atas kapal Nanggala-402 itu. Di kapal Nanggala-402 ada pintu keluar darurat yang berlokasi di geladak. ABK itu bisa dievakuasi ke kapal selam emergency melalui pintu keluar darurat tersebut," ungkap Wisnu ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Sabtu malam, 24 April 2021. 

Permasalahannya, kata Wisnu, Indonesia tidak punya teknologi kapal selam darurat. Menurut dia, tak lazim apabila mengoperasikan kapal selam, namun tak memiliki kapal selam darurat untuk mengatasi kecelakaan di bawah laut. 

Itu sebabnya, kata Wisnu, Indonesia bergantung kepada bantuan dari negara tetangga dalam proses evakuasi.

3. KSAL sebut KRI Nanggala 402 tenggelam karena faktor alam

Kehilangan 53 ABK Nanggala-402, TNI AL Kibarkan Bendera Setengah TiangKapal Selam KRI Nanggala-402 saat melakukan sailing pass di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur pada 25 September 2014. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Sementara, dalam pemberian keterangan pers pada Minggu, 25 April 2021 lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, mengatakan tenggelamnya KRI Nanggala 402 disebabkan bukan karena kesalahan manusia atau human error.

"Sebenarnya sudah kita evaluasi dari awal kejadian ini. Saya berkeyakinan bukan human error, tapi lebih pada faktor alam," kata Yudo di Bandara Ops Ngurah Rai, Bali. 

Ia juga menegaskan sebelum KRI Nanggala 402 menyelam, proses operasionalisasinya sudah sesuai prosedur. Hal itu ditandai saat awal melakukan penyelaman semua lampu kapal menyala dengan baik.

"Artinya tak black out. Saat menyelam langsung hilang. Ini nanti diinvestigasi," ujarnya lagi. 

Baca Juga: Pesan Haru Prajurit KRI Nanggala-402: Anggap Suamimu Sudah Mati 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya