Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 Miliar

Indonesia jadi negara kedua di Asia yang bakal punya Rafale

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan usai meneken kontrak untuk membeli enam unit jet tempur Rafale, maka tahap selanjutnya tinggal menunggu pembayaran uang muka ke Prancis.

Pembayaran uang muka, kata Dahnil, bakal dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Ia menyebut nilai kontrak untuk pembelian enam unit jet tempur Rafale mencapai US$1,1 miliar atau setara Rp15,7 triliun. 

"Jadi, yang sudah kontrak itu ada 6 unit jet tempur Rafale. Untuk yang enam unit ini butuh diaktifkan kontraknya oleh Kementerian Keuangan. Jadi, bahasa sederhananya setelah kontrak harus dibayar DP (uang muka) nya," ujar Dahnil kepada media pada Sabtu, 12 Februari 2022. 

Sementara, sisa 36 unit jet tempur lainnya belum dilakukan pemesanan dan tanda tangan kontrak. Dahnil memastikan proses pembeliannya dilakukan secara bertahap. 

Pria yang sudah menjadi jubir Prabowo Subianto sejak di Partai Gerindra itu menyebut usai dilakukan pembayaran uang muka, proses produksi baru dilakukan. Ia menekankan pembelian alutsista tidak sama dengan membeli kendaraan ke dealer yang setelah terjadi transaksi, maka barangnya langsung dikirim ke rumah. 

"Kami prediksi hingga ke tahap delivery, butuh waktu hampir 56 bulan atau hampir lima tahun," kata dia. 

Lalu, mengapa Prabowo akhirnya menjatuhkan pilihan untuk membeli jet tempur buatan Prancis itu?

Baca Juga: Makin Mesra, RI Beli 42 Jet Tempur Tercanggih Rafale dari Prancis

1. Rafale jet tempur canggih di dunia dan tidak bakal dikenai embargo oleh AS

Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 MiliarMenteri Pertahanan Prabowo Subianto ketika menerima Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly (kanan) di kantor Kemenhan pada Kamis, 11 Februari 2022. (www.instagram.com/@kemhanri)

Dahnil menjelaskan Prabowo sempat berkunjung ke sejumlah negara sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan membeli jet tempur Rafale. Selain ke Amerika Serikat, Prabowo juga sempat ke Turki, hingga ke Prancis. Khusus ke Prancis, Prabowo datang ke sana hingga tiga kali. 

Selain itu, Dahnil menyebut ada empat alasan mengapa Prabowo memilih Rafale. Pertama, efektivitas atau tepat guna. Menurut Dahnil, Prabowo selalu ingat pesan Presiden Joko "Jokowi" Widodo bahwa belanja alutsista itu didasari kebutuhan bukan keinginan. 

"Sementara, kita butuh alutsista terbaik untuk menjaga 81 ribu kilometer garis pantai Indonesia dan lebih dari 7,7 juta kilometer persegi luas wilayah Indonesia. Pemerintah harus pastikan jet tempur atau alutsista yang dipilih tepat guna dan bisa digunakan untuk menjaga kepentingan NKRI," kata dia. 

Alasan kedua, menyangkut geopolitik dan geo strategis. Dahnil menjelaskan setiap kali dilakukan belanja alutsista, maka hal tersebut berkaitan erat dengan dimensi diplomasi pertahanan. 

Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), ada 67 negara di dunia yang menjadi produsen alutsista. Namun, hanya lima negara yang jadi produsen terbesar yakni Amerika Serikat, Prancis, Rusia, Jerman dan China. 

"Maka, setiap Menhan mengambil keputusan maka harus dipastikan bersamaan dengan kepentingan Indonesia melakukan diplomasi pertahanan," ujarnya. 

Dahnil seolah merujuk bahwa jangan sampai pembelian alutsista dari negara tertentu kemudian memicu embargo suku cadang dari negara lain. 

Alasan ketiga, yakni efisiensi. Ia mengatakan keinginan Kemhan untuk membeli alutsista harus disesuaikan dengan ruang dan kapasitas fiskal. "Jadi, harus dipastikan apakah APBN memiliki kemampuan untuk membeli alutsista," tutur dia.  

Alasan keempat, harus ada alih teknologi dan konten lokal. Hal tersebut berangkat dari visi Jokowi yang ingin ke depan harus ada kemandirian industri pertahanan. 

"Oleh sebab itu, ketika belanja alutsista, kita harus mendorong adanya alih teknologi sehingga industri pertahanan domestik bisa berkembang secara maksimal," ungkapnya. 

Maka, tak mengherankan, kata Dahnil, saat dilakukan penandatanganan kontrak untuk pembelian Rafale, ada deretan MoU lainnya yang diteken. Kesepakatan itu merupakan bagian dari perjanjian untuk mendukung perkembangan industri pertahanan di dalam negeri. 

"Dari empat kriteria itu, yang menurut kami paling memenuhi secara maksimal adalah Prancis. Sehingga, kami menjatuhkan pilihan ke Dassault Rafale," katanya. 

Baca Juga: Yes! Indonesia Sepakat Beli 6 Jet Tempur Prancis Rafale

2. Indonesia bakal jadi negara kedua di Asia yang punya jet tempur Rafale

Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 MiliarIlustrasi jet Rafale buatan Prancis (www.aa.com.tr)

Kesepakatan pembelian enam unit Rafale ini, kata Dahnil, menjadikan Indonesia menjadi negara kedua di Benua Asia yang bakal memiliki jet tempur canggih tersebut. Negara lainnya yang telah memiliki Rafale adalah India. 

Dikutip dari laman RFI, India telah memiliki 33 jet tempur Rafale. Sementara, dalam kesepakatan yang diteken pada 2016 lalu, India masih menunggu tiga jet tempur lainnya.

Padahal, pada 2007, India berkeinginan untuk membeli 126 jet tempur baru. Namun, kemudian diralat menjadi 36 jet tempur unit. 

Semula, Malaysia ingin mendahului Indonesia untuk membeli jet tempur Rafale. Tetapi, pada 2017 lalu, Perdana Menteri Najib Razak mengatakan Negeri Jiran belum siap untuk membeli jet tempur canggih itu. 

Semula, Malaysia ingin membeli 18 jet tempur Rafale dengan nilai kontrak mencapai US$2 miliar atau setara Rp28,6 triliun. Sementara, negara lain yang sudah lebih dulu mengoperasikan Rafale antara lain Mesir, Qatar dan Prancis sendiri. 

Daftar itu akan bertambah, lantaran pada akhir Desember 2021 lalu, Uni Emirat Arab berencana memborong 80 unit jet tempur Rafale dari Prancis. Ini menjadi kontrak terbesar dalam sejarah pembelian alutsista Prancis. 

Selain jet tempur, UEA juga membeli 12 unit helikopter taktis militer Caracal. Dikutip dari laman France24, nilai kontrak yang diteken antara Prancis dengan UEA tahun 2021 mencapai 17 miliar Euro.

3. Indonesia juga bakal mengembangkan kapal selam bersama Prancis

Kemenhan: Harga Kontrak 6 Jet Tempur Rafale Mencapai US$1,1 MiliarKapal selam tenaga diesel Scorpene buatan Prancis yang akan diboyong oleh Menhan Prabowo Subianto (www.naval-group.com)

Selain, memesan jet tempur Rafale, Indonesia dan Prancis juga sepakat untuk mengembangkan bersama kapal selam. Kesepakatan itu diteken antara PT PAL dengan Naval Group.

PT PAL nantinya diharapkan bisa memproduksi kapal selam tenaga diesel Scorpene sebanyak dua unit. Kapal selam itu direncanakan untuk menggantikan KRI Nanggala-402 yang tenggelam di Perairan Bali pada April 2021 lalu. 

"Jadi, MoU yang diteken oleh Naval Group dengan PT PAL itu bertujuan ke depan PT PAL punya kemampuan yang sama dengan Naval Group untuk memproduksi kapal selam yang canggih seperti Scorpene," kata Dahnil. 

Ia pun memastikan tidak akan ada gap teknologi ketika Indonesia mulai menggunakan alutsista buatan Prancis. Sebab, sambil menunggu produk tersebut selesai diproduksi, juga dilakukan transfer teknologi dan pelatihan SDM. 

"Jadi, ketika pesawat delivery (sudah jadi), semua kesiapan sudah ada. Tinggal digunakan dan dioperasikan," tutur dia lagi. 

Pembelian jet tempur dan kapal selam ini, kata Dahnil merupakan wujud dari komitmen Menhan Prabowo untuk memperkuat TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara. Sebab, Prabowo ingin memastikan kedaulatan di wilayah udara dan laut tetap terjaga. 

Baca Juga: Spesifikasi Rafale, Jet Tempur Prancis yang Diboyong Prabowo

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya