Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di Jakarta

Jatim miliki tingkat kematian tertinggi selam tujuh bulan

Jakarta, IDN Times - Kondisi pandemik COVID-19 di Tanah Air masih jauh dari kata membaik. Bahkan, mutasi virus corona yang dianggap mengkhawatirkan sudah ditemukan di Indonesia dan merata di semua provinsi.

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan menunjukan, per 30 Juli 2021, sudah ada 1.027 kasus COVID-19 jenis varian B.1617.2 alias Delta di Indonesia. Varian ini dianggap mengkhawatirkan karena bisa enam kali lebih cepat menular dibandingkan virus corona yang kali pertama ditemukan di Wuhan, Tiongkok.

Data yang diperoleh Pusat Data dan Informasi Kemenkes menunjukkan varian Delta paling banyak ditemukan di Jakarta, yakni 323 kasus. Selain itu, ada 277 kasus varian Delta di Jawa Barat dan 170 kasus varian Delta di Jawa Timur. Namun, yang membuat gusar, varian Delta ini sudah ditemukan di wilayah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 41 kasus dan Papua sebanyak 10 kasus. 

Selain varian Delta, ada pula mutasi lain yang juga mengkhawatirkan ditemukan di Tanah Air. Dua varian lain itu yakni B.1.1.7 alias Alfa dan B.1351 alias Beta. Sama seperti varian Delta, varian Alfa dan Beta paling banyak ditemukan kasusnya di DKI Jakarta.

Pusdatin Kemenkes menunjukkan 37 kasus Alfa ditemukan di Ibu Kota. Sementara, 12 kasus Beta dikonfirmasi sudah ada di Jakarta.

Salah satu penyebab ditemukan kasus Delta lantaran pintu perbatasan menuju ke Indonesia masih dibuka. Berapa banyak warga asing yang dibolehkan masuk ke Tanah Air?

1. Sebanyak 298.604 warga asing masuk ke RI pada periode Desember 2020 hingga Juli 2021

Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di JakartaJumlah warga asing yang masuk ke Indonesia dari periode Desember 2020 hingga Juli 2021 (Dokumentasi Kementerian Kesehatan)
Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di JakartaNegara asal warga asing yang masuk ke Indonesia periode April 2021 hingga Juli 2021 (Dokumentasi Kementerian Kesehatan)

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Brisbane, Australia, Dicky Budiman, pernah mewanti-wanti agar pemerintah menutup sementara pintu perbatasan. Pemerintah memang telah melarang warga asing masuk Tanah Air sejak April 2020 sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020. Namun, sesuai dengan aturan itu pula, ada sejumlah pengecualian bagi warga asing dan tetap dapat masuk ke Indonesia. Mereka yang dikecualikan pada aturan itu yakni:

  1. Orang asing pemegang izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap;
  2. Orang asing pemegang visa diplomatik dan visa dinas;
  3. Orang asing pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas;
  4. Tenaga bantuan dan dukungan medis, pangan;
  5. Awak alat angkut baik laut, udara maupun darat;
  6. Orang asing yang akan bekerja pada proyek-proyek strategis nasional.

Maka, tenaga kerja asing (TKA) dari sejumlah negara termasuk dari Tiongkok tetap dibolehkan masuk. Ketika varian Delta merebak di India, pemerintah belum melarang masuk warga atau penerbangan dari negara Bollywood.

Kepala Sub Direktorat Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Bengat pada April 2021 sempat menyinggung banyaknya warga India yang justru tetap bisa ke Tanah Air menggunakan kartu izin tinggal terbatas (KITAS) dan visa. 

"Saat ini ada kedatangan WNI dan WNA. Kemarin sudah banyak warga India masuk ke Indonesia, banyak sekali," ujar Bengat dalam rapat yang turut dihadiri oleh Kepala BNPB ketika itu, Doni Monardo, dan Gubernur Riau, Syamsuar, di Kota Pekanbaru. 

Maka, tak heran bila jumlah kedatangan warga asing ke Indonesia masih tergolong tinggi di saat pemberlakuan pergerakan masyarakat diterapkan. Berdasarkan data yang dimiliki Kemenkes, ada 252.220 warga asing yang masuk ke Indonesia pada rentang 1 April 2021 hingga 30 Juli 2021.

Sebagian besar dari warga asing itu masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta atau Halim Perdanakusuma, Jakarta. Ada pula yang tercatat masuk melalui Bali, yakni sebanyak 314 individu. 

Sikap pemerintah yang mendua tetap membuka akses masuk bagi warga asing di tengah lonjakan COVID-19 sempat menuai kritik dari pengamat penerbangan dan mantan anggota Ombudsman, Alvin Lie. Dalam pandangan Alvin, tak ada manfaatnya menerapkan PPKM Darurat, sementara warga asing tetap boleh masuk. 

"Pola yang sama terulang, ketika varian Delta muncul kali pertama di India, kita juga terlambat melakukan penutupan penerbangan dari India," ujar Alvin kepada IDN Times melalui pesan pendek pada 5 Juli 2021. 

Pemerintah, kata Alvin, memang akhirnya menutup penerbangan reguler dari dan menuju ke India, tetapi penerbangan charter masih diberikan akses masuk. "Saya menyayangkan kebijakan setengah hati ini. Padahal, negara-negara lain begitu sigap melindungi negara dan rakyatnya dari virus impor," tutur dia. 

Bila melihat data yang disampaikan oleh Kemenkes hingga 30 Juli 2021 lalu, India tidak termasuk lima besar negara asal warga asing masuk ke Tanah Air. Sebagian besar warga asing masuk dari Arab Saudi (19.278), Malaysia (18.602), Uni Emirat Arab (17.278), Singapura (11.861), dan Tiongkok (10.568).

Baca Juga: Alvin Lie: Percuma PPKM Bila Penerbangan Internasional Masih Dibuka

2. Tingkat kematian tertinggi selama tujuh bulan terakhir ada di Jawa Timur

Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di JakartaTingkat kematian di masing-masing provinsi akibat COVID-19 (Dokumen Kemenkes)

Sementara, berdasarkan data dari Kemenkes yang menunjukkan tingkat kematian tertinggi (CFR) dalam tujuh bulan terakhir pada periode 2021 ditemukan di Provinsi Jawa Timur. Angkanya mencapai 6,6 persen. 

Di bawah Jatim, CFR tertinggi selanjutnya ditemukan di Lampung (6,1 persen),  Jawa Tengah (5,3 persen), Aceh (4,4 persen) dan Sumatera Selatan (4,1 persen).

Sementara, data keterisian tempat tidur di rumah sakit untuk rawat inap masih terlihat tinggi di beberapa provinsi. Setidaknya ada tujuh provinsi yang ditandai Kemenkes dengan warna merah terkait tingkat rawat inap rumah sakit yang berarti terjadi peningkatan. 

Tujuh provinsi itu yakni Papua Barat, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Bali.  

3. Capaian vaksinasi di Indonesia masih sangat rendah yakni 22,68 persen

Kemenkes Temukan 1.027 Varian COVID-19 Delta, Terbanyak di Jakartailustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Data lain yang dipaparkan dari dokumentasi Kemenkes yakni mengenai capaian vaksinasi COVID-19. Presiden Joko "Jokowi" Widodo pernah mengurai harapan kekebalan kelompok sudah dicapai di Jawa dan Bali saat perayaan 17 Agustus 2021. Namun, berdasarkan data dari Kemenkes, harapan tersebut masih jauh. 

Baru DKI Jakarta dan Bali saja yang cakupan vaksinasi dosis pertamanya mencapai 90 persen. Wilayah lain di Jawa seperti Jateng masih kurang dari 20 persen. Kondisi serupa juga terlihat di Provinsi Jabar dan Banten. 

Sedangkan, di Jatim, tingkat ketercapaian vaksinasi masih kurang dari 30 persen. Provinsi DI Yogyakarta capaian vaksinasi dosis pertama belum mencapai 50 persen. Hal ini lantaran di sejumlah provinsi, stok vaksin sudah habis. Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji sudah meminta stok tambahan vaksin kepada Kemenkes namun belum direspons. 

Baca Juga: Daftar Penyebaran Varian COVID-19 yang Mengkhawatirkan di RI

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya