Komnas HAM: Banyak Korban Kanjuruhan Kurang Oksigen Kena Gas Air Mata

Total korban tewas telah bertambah menjadi 131 jiwa

Jakarta, IDN Times - Komisioner Komnas HAM, Mohammad Choirul Anam, mengungkap kondisi jenazah korban dalam tragedi Kanjuruhan mengenaskan.

Ia menerima laporan dari para pendukung Arema FC bahwa banyak korban meninggal dengan wajah berwarna biru. Mereka pun turut  menangani jenazah ketika tragedi mematikan itu terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu. 

"Ini menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen dan gas air mata. Ada juga yang matanya merah dan keluar busa (dari mulut)," ungkap Anam ketika memberikan keterangan kepada media seperti dikutip dari YouTube Komnas HAM pada Kamis, (6/10/2022). 

Anam mengatakan, kondisi luka di tubuh jenazah juga beragam. Ia mendapat laporan bahwa ada jenazah dalam kondisi kaki dan rahang patah hingga memar. 

"Bahkan, ada yang kondisi (jenazah)-nya sangat memprihatinkan karena matanya sangat merah. Kami sempat bertemu dengan korban yang sejak Sabtu lalu, matanya tidak bisa melihat. Ia baru bisa melihat lagi pada hari Senin. Matanya sakit kalau dibuka dan dadanya mengalami sesak napas, tenggorokannya juga perih," tutur dia. 

Informasi tersebut diperoleh Anam ketika dia turun ke Malang sejak 3 Oktober 2022 lalu.

Lalu, apa temuan Komnas HAM terkait informasi yang sempat menyebut suporter Arema FC merangsek ke tengah lapangan dan akan membayahakan para pemain?

Baca Juga: Komnas Perempuan dan Komnas HAM Koordinasi soal Tragedi Kanjuruhan

1. Aremania merangsek masuk ke lapangan untuk semangati pemain yang kalah lawan Persebaya

Komnas HAM: Banyak Korban Kanjuruhan Kurang Oksigen Kena Gas Air MataPendukung Aremania merangsek masuk ke dalam lapangan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022. (Dokumentasi Twitter)

Temuan penting lainnya dari hasil penelusuran Komnas HAM di lapangan, yakni soal penggemar Arema FC, Aremania yang dituding menjadi pemicu terjadi kerusuhan. Hal itu lantaran aksi sejumlah Aremania yang merangsek masuk ke lapangan usai laga Arema FC VS Persebaya berakhir dengan kekalahan skor 2-3. 

Anam mengatakan, pihaknya mendapat pengakuan bahwa Aremania masuk ke tengah lapangan bukan untuk menyakiti pemain Arema. Mereka justru ingin memberikan semangat kepada pemain Arema FC usai kalah di kandang sendiri. 

"Sempat muncul di awal-awal (peristiwa) bahwa kericuhan dipicu suporter merangsek ke tengah lapangan. Mereka disebut ingin menyerang pemain (Arema FC). Kami telusuri klaim ini. Kami temui beberapa Aremania, termasuk meng-cross check para pemain. Mereka merangsek (ke lapangan) itu karena ingin memberikan semangat dan berkomunikasi dengan para pemain," ujar Anam.

Anam mendapat pengakua bahwa Aremania tetap berbesar hati dan satu jiwa, meski tim kesayangannya kalah.

"Mereka mengatakan agar Arema FC jangan menyerah," tutur dia. 

Komnas HAM kemudian melakukan cek silang kepada pemain Arema FC tentang kebenaran atas pengakuan tersebut.

"Kami berdialog dengan para pemain Arema, termasuk pemain yang terakhir berada di lapangan. Mereka menyampaikan hal yang sama. Mereka bahkan menunjukkan video yang diambil oleh orang lain. Isinya, pemain dan suporter saling berpelukan dan merangkul satu sama lain," kata Anam. 

Dia juga menyebut, tidak ada satu pun pemain Arema FC yang luka karena dikeroyok Aremania yang kecewa timnya kalah.

"Jadi para pemainnya mengatakan tidak seperti itu (ada penyerangan dari Aremania)," ujarnya.

Baca Juga: TGIPF Ajak Masyarakat Ikut Kirim Informasi soal Tragedi Kanjuruhan

2. Komnas HAM sebut kondisi di stadion Kanjuruhan sempat terkendali

Komnas HAM: Banyak Korban Kanjuruhan Kurang Oksigen Kena Gas Air MataAparat keamanan berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Anam menyebut, meski mendapatkan pengakuan yang sinkron antara pemain dan pendukung Arema FC, tetapi Komnas HAM bakal terus mendalami. Sebab, bila dilihat dari sejumlah video yang beredar di media sosial, ada jeda waktu dari wasit membunyikan peluit panjang hingga terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan. 

"Di lapangan itu kondisinya sebenarnya cukup terkendali. Itu bila kita lihat video, lalu mendengarkan dari pihak suporter, perangkat pertandingan hingga pemain, terungkap bahwa kondisi lapangan sempat terkendali selama beberapa menit," kata Anam. 

Namun, ia menyayangkan, kondisi yang sempat kondusif itu malah berakhir ricuh. Menurut Anam, sejumlah pihak menyampaikan ke Komnas HAM bahwa kericuhan dipicu adanya penembakan gas air mata. 

"Ada sejumlah pihak mengatakan ke kami karena ditembak gas air mata menyebabkan kepanikan dan menyebabkan ada konsentrasi (penonton) di sana. Di beberapa pintu, ada yang pintunya terbuka meski sempit, tetapi ada juga pintu (akses ke luar) yang masih tertutup. Itu yang membuat banyak jatuhnya korban," tutur dia. 

Baca Juga: Komnas HAM Akan Turunkan Tim Pantau Tragedi Kanjuruhan

3. Komnas HAM akan mendalami perencanaan pengamanan laga Arema FC vs Persebaya

Komnas HAM: Banyak Korban Kanjuruhan Kurang Oksigen Kena Gas Air MataKomisioner Komnas HAM Choirul Anam (kanan) memimpin investigasi di depan pintu tribun Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu (5/10/2022). Investigasi tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi dan bukti tentang dugaan pintu keluar stadion yang terkunci saat tragedi Kanjuruhan terjadi. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Lebih lanjut, Anam mengatakan, poin lain yang sedang didalami Komnas HAM yakni menyangkut perencanaan untuk mengamankan laga Arema FC melawan Persebaya yang digelar Sabtu malam itu. Pertandingan tersebut bisa dikatakan memiliki risiko tinggi untuk berakhir ricuh. Selain itu, stadion pun padat dipenuhi penonton. 

"Apakah perencanaan pengamanannya dilakukan dengan matang. Ada briefing, ada simulasi gladi bersih sehingga masing-masing orang, khususnya petugas keamanan yang di-BKO (Bawah Kendali Operasi) itu mengetahui titik-titik krusial atau titik-titik budaya suporter, khususnya Aremania," tutur Anam. 

Ia mengatakan, aksi Aremania merangsek ke lapangan bukan untuk membahayakan pemain Arema. Tetapi hal itu malah berujung ricuh hingga terjadi penembakan gas air mata. 

"Itu persiapan pengamanan sedang kami dalami. Termasuk korelasinya dengan jam pertandingan, di mana diusulkan laga diadakan sore hari tetapi ditolak. Akhirnya pertandingan digelar malam hari," katanya. 

Ia juga mengucapkan apresiasi kepada warga Malang dan keluarga besar Aremania. Sebab, mereka memiliki solidaritas untuk mengelola data dan memasok informasi kepada Komnas HAM. Bahkan, sesama Aremania turut membantu dalam penanganan korban. 

"Ini tindakan yang menurut saya sangat baik dalam proses tragedi kemanusiaan ini," kata Anam. 

Baca Juga: Komnas HAM: Arema FC Sebut Penonton ke Lapangan untuk Semangati Pemain

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya