KPAI: Ironis Bila Predator Boleh Jadi Penyuluh Kekerasan Seksual

Awareness soal kekerasan seksual malah dibangun oleh pelaku

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai ironis bila Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) malah membolehkan predator anak seperti Saipul Jamil, tampil di televisi dan memberikan edukasi tentang kekerasan seksual. Hal ini dinilai fatal, karena kesadaran publik mengenai isu kekerasan seksual akan dibentuk berdasarkan sudut pandang pelaku, bukan korban. 

"Apakah tepat seorang pelaku memberikan penyuluhan mengenai bahaya kekerasan seksual?" tanya salah satu komisioner KPAI Retno Listyarti, dalam akun YouTubenya yang dikutip, Minggu (12/9/2021). 

Retno juga menyebut, Saipul tidak hanya terbukti melakukan kekerasan seksual kepada anak, tetapi juga korupsi karena menyuap panitera di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tujuannya, agar hukumannya bisa dibuat menjadi lebih ringan.

"SJ (Saipul Jamil) sudah terbukti bersalah melakukan kekerasan seksual dari pengadilan di tingkat pertama hingga Mahkamah Agung," tutur dia. 

Karena itu, kata Retno, sangat tidak tepat usai keluar dari penjara Saipul langsung tampil di televisi. Sebab, bisa jadi korban kekerasan seksual Saipul hingga kini belum pulih dan trauma. 

"Sekarang, ia melihat pelaku wara-wiri dan ketawa-ketiwi di televisi. Padahal, dampak kekerasan seksual pada anak sangat berat, bahkan bisa seumur hidup," ungkapnya. 

Lalu, siapa sosok yang pantas untuk bisa memberikan edukasi mengenai bahaya tindak kekerasan seksual kepada masyarakat?

1. Korban akan semakin trauma bila melihat Saipul Jamil di televisi

KPAI: Ironis Bila Predator Boleh Jadi Penyuluh Kekerasan SeksualSaipul Jamil (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Retno mengutip pernyataan seorang psikolog, Gisella Tani Pratiwi, yang menyebut efek kekerasan seksual yang dialami oleh anak bisa berlangsung lama. Trauma itu akan kembali muncul bila korban melihat pelaku. 

"Korban bisa kembali trauma ketika bertemu secara langsung dan tatap muka serta tidak langsung, misalnya ketika melihat pelaku di televisi. Ini merupakan hasil penelitian dengan pendampingan banyak korban (kekerasan seksual)," ujar Retno. 

Ia menambahkan, sangat tidak adil bila pelaku masih diberikan tempat di televisi. Sebab, setiap kali pelaku muncul hal itu bisa memicu rasa sakit bagi korban. 

"Bila korban sudah mulai pulih, maka ia bisa trauma kembali. Sedangkan, bila ia belum pulih maka trauma itu akan semakin sulit disembuhkan," tutur dia lagi. 

Dampak buruk lainnya yakni korban kekerasan seksual lainnya semakin takut untuk berbicara dan melapor. Retno mengutip data, selama ini hanya 12 persen korban kekerasan seksual yang berani melapor. 

"Sisanya merasa takut karena berpotensi akan dicap dengan stigma negatif oleh lingkungan sekitarnya," kata Retno. 

Baca Juga: Ketua KPI: Saipul Jamil Boleh Tampil di TV untuk Kepentingan Edukasi

2. Penyuluh sebaiknya dipilih berdasarkan rekam jejak dan berempati pada isu kekerasan seksual

KPAI: Ironis Bila Predator Boleh Jadi Penyuluh Kekerasan SeksualKomisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti di gedung KPAI (IDN Times/Indiana Malia)

Di dalam akun YouTube-nya, Retno menolak mentah-mentah ide dari KPI untuk menjadikan Saipul tokoh yang memberikan edukasi mengenai isu kekerasan seksual. Ide tersebut, kata dia, sudah melecehkan akal sehat masyarakat. 

"Penyuluh itu seharusnya adalah orang-orang yang punya kredibilitas, rekam jejak baik, orang yang memang anti terhadap kekerasan, dan mereka memiliki perspektif keberpihakan pada korban ketika berbicara mengenai isu kekerasan seksual," kata Retno. 

Dia mengusulkan, sebaiknya penyuluh isu kekerasan seksual adalah psikolog yang pernah mendampingi korban, ahli hukum, atau petugas kepolisian. "Yang pasti, penyuluh bukan predator yang pernah melakukan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur," tutur dia. 

Selain itu, sebagai penyuluh maka individu tersebut harus yakin bahwa kekerasan seksual adalah tindak kejahatan yang keji dan harus diakhiri. 

3. KPI membolehkan Saipul Jamil tampil di televisi untuk kepentingan edukasi

KPAI: Ironis Bila Predator Boleh Jadi Penyuluh Kekerasan SeksualKetua KPI Pusat, Agung Suprio (Instagram.com/kpipusat)

Sebelumnya, Ketua KPI Agung Suprio kembali melemparkan pernyataan blunder dan kontroversial. Ketika berbicara di program siniar dengan Deddy Corbuzier, Agung mengatakan instansinya telah mengeluarkan surat yang mengecam glorifikasi keluarnya Saipul dari Lapas Cipinang, Jakarta Timur. 

Di dalam surat itu, KPI juga membolehkan stasiun televisi untuk menampilkan Saipul asal dalam konteks memberikan edukasi soal kekerasan seksual kepada masyarakat.

"Jadi, misalnya ya dia hadir (untuk menyampaikan) bahaya predator (anak). Kalau untuk kepentingan hiburan, dia (Saipul) belum bisa untuk itu," kata Agung yang dikutip dari video siniar Deddy Corbuzier, Minggu (12/9/2021). 

Keputusan melarang Saipul tampil di televisi sempat menjadi perdebatan di kalangan internal KPI karena ada persoalan hak asasi manusia (HAM), etika, dan hukum yang harus diperhatikan. Namun, Agung mengatakan pihaknya mengakomodasi kepentingan mayoritas.

"Ini lawannya adalah etika, kepatutan itu, dan kita singkirkan HAM sementara. Toh dia tetep boleh tampil, bukan gak boleh tampil sama sekali, boleh tampil tapi dalam konteks edukasi," kata dia lagi. 

Baca Juga: PAN soal Saipul Jamil: Tak Pantas Eks Napi Cabul Diberi Panggung Lagi

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya