Kreator Upin-Ipin Bantah Tudingan Ketua KPI soal Propaganda

Dituding propadanda, kreator Upin-Ipin beri penjelasan ini

Jakarta, IDN Times - Kreator kartun Upin-Ipin membantah animasinya merupakan propaganda Pemerintah Malaysia seperti yang diucapkan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agung Suprio. Melalui akun resmi Instagramnya, kreator Upin-Ipin mengatakan animasi buatannya mengandung banyak nilai moral dan kehidupan. 

"Memang harus diakui bahwa Upin dan Ipin sangat populer di antara anak-anak di Malaysia dan sejumlah negara di kawasan. Tetapi, pada akhirnya (animasi) itu mengajarkan banyak nilai-nilai moral dan pelajaran kehidupan," demikian tulis kreator Upin-Ipin di akun Instagram @upinipinofficial yang dikutip pada Selasa (14/9/2021). 

"Ini bukan propaganda. Animasi ini hanya sekadar acara yang hebat dengan tujuan baik," kata mereka. 

Tudingan kartun Upin-Ipin bentuk propaganda Pemerintah Negeri Jiran disampaikan Ketua KPI Agung Suprio ketika berbicara di program siniar Deddy Corbuzier yang tayang di kanal YouTube Deddy. Video yang tayang pada 9 September 2021 lalu itu ditonton 3,7 juta kali. 

Agung mengatakan Upin-Ipin sebuah propaganda karena animasi tersebut turut didukung secara pendanaan oleh Pemerintah Malaysia. Animasi itu ikut tayang di Indonesia melalui stasiun televisi swasta.

"Lo tahu gak (kartun) Upin-Ipin disubsidi oleh pemerintah (Malaysia)? Film Upin-Ipin itu menjadi propaganda pada akhirnya," kata Agung di video tersebut. 

Lalu, apa maksud Agung dengan mengatakan Upin-Ipin adalah animasi propaganda Pemerintah Malaysia?

1. Ketua KPI menyamakan kata propaganda dengan strategi promosi budaya

Kreator Upin-Ipin Bantah Tudingan Ketua KPI soal PropagandaKetua KPI Pusat, Agung Suprio (Instagram.com/kpipusat)

Pernyataan Agung tersebut akhirnya menjadi polemik. Padahal, KPI tengah dipusingkan dengan adanya dugaan tindak kekerasan seksual di lingkungan kantornya. 

Agung berdalih, pernyataannya di program siniar Deddy Corbuzier mengenai Upin-Ipin propaganda Pemerintah Malaysia banyak disalahartikan publik. Ia ingin menjelaskan Negeri Jiran mengenalkan Malaysia sebagai negara yang beragam dan memiliki budaya yang unik melalui tayangan kartun animasi. Dengan begitu, mendorong orang dari luar Malaysia berkunjung ke sana. 

"Gak ada yang salah dengan itu (penayangan kartun Upin-Ipin) karena propaganda itu bertujuan positif dalam konteks marketing adalah humas. Bukan propaganda dalam konteks psy war. Anda bisa melihat Malaysia dari animasi Upin dan Ipin," ujar Agung kepada media pada 11 September 2021. 

Ia mengaku tidak ingin mengkritik pihak tertentu dengan menyampaikan kalimat tersebut di program siniar bersama Deddy Corbuzier. Agung hanya menyebut Pemerintah Malaysia sukses mempromosikan negaranya melalui Upin-Ipin yang tayang tidak hanya di dalam negeri. 

"Korea Selatan kan juga berhasil (mengenalkan negaranya) melalui drakornya. Lalu,  kemudian Marsha dari Rusia. Mereka akhirnya bisa membuat produk, sehingga bisa membuat orang menoleh ke negara asal pembuat kartun itu," kata Agung.

Baca Juga: Ketua KPI Sebut Kartun Upin-Ipin Propaganda Malaysia

2. Stasiun televisi lokal pilih tayangkan Upin-Ipin karena biayanya lebih murah

Kreator Upin-Ipin Bantah Tudingan Ketua KPI soal PropagandaSerial Upin Ipin produksi studio Les' Copaque

Agung menambahkan pernyataannya menyangkut Upin-Ipin karena ada komentar dari publik yang rindu terhadap tayangan animasi buatan lokal. Ia pun menindaklanjuti komentar itu dengan mengajak bicara petinggi stasiun televisi mengapa tak ada lagi tayangan animasi buatan dalam negeri. 

"Mereka mengatakan biaya untuk memproduksi animasi lokal sangat besar. Lebih mudah kalau langsung impor (film animasi)," ujar Agung. 

Bahkan, film animasi yang diimpor itu sudah ikut dialihsuarakan. Salah satu animasi yang diimpor itu adalah Upin-Ipin. Agung menyadari animator asal Indonesia pun ikut terlibat dalam proses pembuatannya. Tapi, tetap animasi itu adalah produksi Negeri Jiran. 

Mengutip laman Focus Malaysia, animasi Upin-Ipin diluncurkan kali pertama pada 2012. Sejak perdana diluncurkan, respons publik Malaysia ternyata sangat positif. Bahkan, ikut disambut baik oleh negara-negara di luar Negeri Jiran. 

Upin-Ipin adalah animasi buatan LES 'Copaque. Pendirinya adalah pasangan suami istri Burhanuddin Radzi dan Ainon. Meski sukses karena tokoh animasi, Burhanuddin mengaku sama sekali tidak menyukai kartun. Maklum, awalnya, pasangan suami istri tersebut ingin meluncurkan film drama dari perusahaannya.

"Di saat yang sama, kami mendengar anak-anak di Malaysia suka menonton Mickey Mouse dan Tom & Jerry. Maka, istri saya menggagas pembuatan film anak-anak yang mengusung budaya Malaysia," kata Burhanuddin.

Keuntungan yang diraih Upin-Ipin dari penayangan animasinya di luar Malaysia pada 2012 sudah mencapai Rp234 juta. Angka itu terus berlipat karena hingga kini animasinya masih ditayangkan. 

3. Animasi buatan lokal Nussa malah ditunda penayangannya di stasiun televisi

Kreator Upin-Ipin Bantah Tudingan Ketua KPI soal PropagandaYoutube Nussa Official

Di sisi lain, rumah produksi Visinema yang sudah memproduksi animasi lokal dan berkualitas dengan judul Nussa, menarik diri sementara waktu agar kartun itu tidak ditayangkan di televisi. Pendiri Visinema, Angga Dwimas Sasongko, menempuh kebijakan itu sebagai bentuk protes kepada Trans Corp yang memberikan tempat kepada Saipul Jamil untuk tampil di televisi.

Angga tidak ingin berbagi platform dengan mitranya yang memberi tempat bagi predator kekerasan seksual terhadap anak. Ia pun menyadari hal itu kontradiktif dengan keinginan publik yang rindu tayangan kartun buatan lokal. 

Sementara itu, dalam program siniar bersama Deddy, Agung membolehkan Saipul tetap tampil di televisi dalam konteks memberikan edukasi. Pernyataan tersebut turut dipertanyakan sejumlah pihak, bahkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). 

Menurut Agung, Saipul tidak boleh tampil di televisi usai bebas dari penjara. Tetapi, stasiun televisi boleh menampilkan sosok Saipul tidak secara langsung dalam tayangan dan wajahnya diblur. 

"Kan kalau tidak diblur maka korban bisa menjadi semakin trauma ketika melihat wajah dari pelaku. Tetapi, bukan berarti saya mendorong pelaku kejahatan seksual sebagai penyuluh. Itu sangat jauh dari apa yang saya maksud," tutur dia. 

Ia menegaskan pelaku tindak kekerasan seksual tidak lagi memiliki tempat di televisi. Pelaku tindak kekerasan seksual berbeda dari individu yang dibui karena kasus narkotika. 

Pernyataannya ini berbeda dengan yang disampaikan dalam program siniar dengan Deddy Corbuzier. Ia mengatakan, KPI sudah melayangkan surat ke stasiun televisi. Salah satu isi suratnya, stasiun televisi hanya boleh menampilkan Saipul Jamil dalam konteks edukasi. 

"Wawancara (Saipul) juga boleh. Jadi, gue gak melarang (Saipul di televisi) hanya membatasi," ujar Agung di program Deddy.

Baca Juga: 11 Potret Lucu Upin Ipin jika Punya Rambut, Mirip Oppa Korea!

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya