KSAL Minta Nelayan Natuna Lapor ke Pangkalan Bila Diadang Kapal Asing

Kapal China Coast Guard diduga coba intimidasi nelayan

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono meminta nelayan di perairan Natuna untuk melapor ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) atau ranai bila kapal mereka diadang kapal asing.

Hal itu merupakan respons Yudo terkait testimonial seorang nelayan tradisional bernama Dedi yang pada 8 September 2022 lalu diadang oleh kapal penjaga perbatasan pantai China (CCG). Dedi sempat mengabadikan momen ketika kapal dengan nomor lambung 5403 itu melaju perlahan di depan kapal penangkap ikannya. 

"Tentunya kami sudah sampaikan kalau ada hal seperti itu (diadang), segera sampaikan kepada kapal kami (TNI AL) atau ke lanal ranai. Guspurla (Gugus Tempur Laut) selalu berada di sana," ujar Yudo kepada media di Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Kamis, (22/9/2022). 

Ia menambahkan, di area tersebut ada empat KRI (Kapal Perang Republik Indonesia) yang setiap saat berjaga di perairan Natuna. Apalagi, kata Yudo, perairan Natuna masuk ke dalam wilayah operasi prioritas Komando Armada I TNI AL. 

Yudo pun tak ingin cepat-cepat berburuk sangka dengan kehadiran kapal asing itu. Sebab, sesuai aturan, kapal asing memang dibolehkan melintasi ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia. Namun, mereka tak diperkenankan melego jangkar, berhenti atau mengusir nelayan Indonesia. 

Di sisi lain, Yudo mengaku belum mendapatkan laporan terkait peristiwa pengadangan nelayan lokal Natuna oleh kapal CCG. Lalu, apa langkah yang bakal disiapkan oleh TNI AL seandainya peristiwa pengadangan kapal nelayan lokal di Natuna kembali terulang?

Baca Juga: Rebut Ruang Udara Kepri dan Natuna, Ini Keuntungannya bagi Indonesia  

1. TNI AL akan respons secara diplomatik bila ada kapal asing yang usir nelayan RI

KSAL Minta Nelayan Natuna Lapor ke Pangkalan Bila Diadang Kapal AsingBakamla RI mengusir kapal coast guard Tiongkok di Laut Natuna Utara (Dokumentasi Bakamla)

Lebih lanjut, Yudo menyebut bila peristiwa pengadangan kapal nelayan lokal oleh kapal asing kembali terulang, maka pihaknya akan memprotes hal tersebut.

"Secara diplomatik akan saya protes. Secara nyata pasti akan kami hadapi dengan kapal kami, karena gak boleh mereka (kapal asing) mengusir kapal nelayan kita di wilayah ZEE," ujar Yudo. 

Sementara, nelayan lokal Natuna, Dedi turut mengabadikan posisi koordinat kapal CCG 06 15 393 N, 109 37 324 E. Lokasi itu tepat berada di kawasan ZEE Indonesia.

Dedi mengisahkan, kapal CCG itu tidak hanya melintas tetapi juga mengadang. Kapal CCG kemudian mengitari kapalnya selama 15 menit.

"Saya mau melintas menuju koordinat satu lagi. Dia datang dari depan mengadang saya, kemudian mengelilingi saya. Ibarat kita bawa motor, dikelilingi orang, bagaimana rasanya," ungkap Dedi seperti dikutip dari laman Mongabay pada Kamis, (22/9/2022). 

Ia pun mengaku siap mati lantaran yakin masih berada di perairan Indonesia. Dedi merupakan nelayan lokal Natuna yang memiliki kapal berukuran di bawah 30 gross tonnage.

"Bagi saya kalau masih (di perairan) Indonesia, saya berani mati!" katanya. 

Baca Juga: Pengamat: Abaikan Saja Protes China soal Pengeboran Laut Natuna Utara

2. Kapal penjaga perbatasan pantai China diduga ingin intimidasi nelayan Natuna

KSAL Minta Nelayan Natuna Lapor ke Pangkalan Bila Diadang Kapal AsingKapal nelayan di Selat Lampa, Natuna (ANTARA News/Natisha Andarningtyas)

Sementara, Ketua Aliansi Nelayan Natuna (ANN), Hendri, mengatakan, tindakan kapal CCG kepada nelayan lokal merupakan intimidasi. Pasalnya, kapal CCG itu tidak hanya melintas damai tetapi sudah melakukan manuver dengan cara memutari kapal nelayan.

"Ini intimidasi agar kapal (nelayan) Natuna bergeser," kata Hendri, pada 12 September 2022 lalu. 

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri mengaku sudah meminta klarifikasi kepada Kedutaan China di Jakarta terkait peristiwa pengadangan kapal nelayan tradisional di Natuna pada 8 September 2022 lalu.

"Kami sudah meminta klarifikasi kepada Kedutaan China di Jakarta pada pekan lalu," ujar juru bicara Kemlu, Teuku Faizasyah kepada IDN Times melalui pesan pendek, Kamis.

Baca Juga: TNI AL Tangkap 2 Kapal Vietnam di Natuna Utara, Curi 15 Ton Ikan

3. Pemerintah disentil anggota Komisi I DPR takut terhadap China

KSAL Minta Nelayan Natuna Lapor ke Pangkalan Bila Diadang Kapal AsingAnggota Komisi I DPR RI Fraksi PKS Sukamta (Dok. pks.id)

Peristiwa yang berulang di perairan Natuna ini kembali menuai komentar dari anggota Komisi I DPR. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sukamta, menilai, sikap yang selama ini ditunjukkan pemerintah terkesan setengah hati. Bahkan, pemerintah terkesan takut kepada China. 

"Kasus masuknya kapal penjaga (coast guard) China ini sudah sering terjadi. Banyak dikeluhkan nelayan dan rakyat ingin penegakan kedaulatan di Laut Natuna Utara. Namun, kebijakan pemerintah melalui PP Nomor 13 Tahun 2022 tidak tepat sasaran sumber masalah," ujar Sukamta melalui keterangan tertulis pada 21 September 2022 lalu. 

Isi PP itu, kata Sukamta, yaitu Bakamla menjadi koordinator pelaksanaan dan penyusunan kebijakan keamanan laut, penyusunan rencana patroli nasional dan pembentukan tim kerja pemantauan keamanan dan keselamatan laut. Bakamla kemudian diminta mengkoordinir patroli bersama keamanan dan keselamatan laut nasional pada 2022. 

"Pemerintah ini sengaja membuat kebijakan yang salah sasaran. Patroli bersama yang dilakukan oleh Bakamla sengaja dipusatkan hanya di Perairan Selat Malaka, Selat Singapura, dan Kalimantan bagian Utara. Alasannya, Laut Natuna Utara adalah persoalan kedaulatan. Ini kan aneh," kata dia. 

Bila alasan Bakamla kedaulatan menjadi wewenang TNI, maka TNI AL harus memimpin lembaga atau kementerian untuk bersama-sama menjaga kedaulatan. TNI AL, kata Sukamta, bisa mengkoordinasikan tiga kapal milik KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Bakamla, Kemenhub, Bea Cukai, dan kapal dari kepolisian. 

"Jika hanya TNI AL yang turun sendirian bisa dipastikan tak akan sanggup menjaga wilayah Laut Natuna Utara setiap saat," kata dia. 

Ia mengingatkan nelayan Natuna saja berani mati demi NKRI ketika menghadapi kapal asing, maka sebaiknya koordinasi patroli tidak dipersulit. 

Baca Juga: Bakamla Prediksi Kapal Militer Asing Makin Wara-wiri di Natuna Utara

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya