Mahfud MD: Jangan Pilih Pemimpin yang Menjual Ayat Agama

Mahfud merasa jengah dengan meningkatnya politik identitas

Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD mengajak publik Indonesia untuk berpikir jernih ketika masuk ke bilik suara dan memilih calon pemimpin dalam pemilu pada (17/4). Ia mendorong publik agar tidak memilih calon pemimpin yang kerap menjual ayat agama. 

"Sebab oleh Tuhan itu dilarang menjual ayat agama untuk kepentingan tertentu. Di dalam Al-Quran itu sudah tertulis: 'jangan kau jual ayat-ayat itu untuk politik murahan, itu peringatan dari Allah'," ujar Mahfud ketika berbicara dalam diskusi yang digelar di area Cikini, Jakarta Pusat pada Selasa (16/4). 

Pernyataan itu disampaikan oleh Mahfud karena ia sudah jengah melihat penggunaan politik identitas di pemilu 2019 sudah kelewat batas. Hal itu semata-mata agar bisa memenangkan pesta demokrasi yang digelar pada Rabu esok. 

Lalu, apa maksud Mahfud soal menjual ayat agama demi kepentingan politik? Kubu mana yang dimaksud oleh Mahfud? 

1. Kedua kubu sama-sama merasa yang paling Islami

Mahfud MD: Jangan Pilih Pemimpin yang Menjual Ayat Agama(Diskusi caleg bersih) IDN Times/Santi Dewi

Kepada media, Mahfud tegas menyatakan kedua kubu sama-sama menggunakan strategi untuk menjual ayat agama. Kedua kubu juga, kata Mahfud, menggunakan ulama yang diklaim paling Islami. 

"Jadi, ada kalimat pemimpin ini sudah didukung oleh ulama yang mahzabnya paling ini. Sementara, kubu yang itu sudah didoakan oleh ulama tertentu dan telah melakukan salat tahajud. Itu kan sama saja menjual belikan agama," tutur Mahfud. 

Menurut pria yang nyaris menjadi cawapres Joko Widodo itu, dalam pemilu esok yang dipilih adalah sosok pemimpin satu negara, bukan pemimpin agama. 

"Kalau Anda ingin melihat dari aspirasi agama ya silakan saja dinilai dari kedua pemimpin itu, mana yang bisa membawa aspirasi agama saya. Itu saja yang dinilai pada Rabu esok," kata dia lagi. 

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Fakta-Fakta Pemilu 2019 dari A Sampai Z

2. Saat berkampanye sudah ada yang mengklaim saat pencoblosan nanti pasti menang

Mahfud MD: Jangan Pilih Pemimpin yang Menjual Ayat AgamaANTARA FOTO/Dziki Oktomauliyadi

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan politik identitas ini semakin meresahkan karena selain menggunakan ulama, mereka bahkan sudah mengklaim akan menang ketika pencoblosan digelar. Padahal, pemungutan suara pun belum dimulai. 

"Jadi, ulama itu mengklaim sudah bisa menembus sesuatu yang orang lain belum tahu dan menyebut kubu tertentu sudah pasti menang. Itulah yang akan terjadi pada Rabu esok," kata dia. 

Ia pun mempertanyakan seandainya kubu tersebut pada akhirnya kalah, lalu bagaimana nasib ulama itu. Oleh sebab itu, Mahfud mengajak publik untuk memilih pemimpin yang baik dan bukan pemimpin agama. 

"Karena kan menjual ayat agama itu dilarang oleh Tuhan. Itu sudah diperingatkan oleh Allah, karena kamu akan ambruk sendiri apabila mengait-ngaitkan dengan ayat tertentu," ujarnya. 

Ia menegaskan siapa pun nanti yang terpilih sebagai pemimpin, maka agama apa pun harus dibina dan diberikan perlindungan. 

3. Mahfud MD turut mengajak publik untuk memeriksa rekam jejak calon pemimpin

Mahfud MD: Jangan Pilih Pemimpin yang Menjual Ayat AgamaANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Selain itu, Mahfud MD turut mengajak publik untuk tidak asal-asalan memilih calon anggota legislatif dalam pemilu esok. Publik bisa memilih berdasarkan rekam jejak dari calon yang bersangkutan. Mahfud mengaku tidak percaya terhadap visi-misi yang sudah ditulis oleh masing-masing capres atau caleg di akun media sosial maupun situs resmi. 

"Karena pasti yang ditampilkan yang baik-baik. Padahal, bisa saja itu bohong," kata Mahfud. 

Rekam jejak, menurut Mahfud tidak bisa berbohong, karena itu merupakan perjalanan hidup dari si calon pemimpin. Bisa saja rekam jejak ditulis oleh mereka sendiri atau ditulis orang lain. 

4. Memilih caleg yang baik bisa mengurangi anggota DPR yang melakukan praktik jual beli RUU

Mahfud MD: Jangan Pilih Pemimpin yang Menjual Ayat AgamaIlustrasi gedung DPR. (IDN Times/Kevin Handoko)

Manfaat lainnya dari memilih calon anggota legislatif melalui rekam jejak yakni bisa mengurangi anggota parlemen yang kerap terlibat jual beli Rancangan Undang-Undang (RUU). Berdasarkan pengalaman Mahfud ketika masih menjadi Ketua MK dulu, ada sebagian anggota DPR yang berpura-pura bertengkar di ruang sidang ketika membahas suatu RUU. 

"Tapi, malamnya mereka ketemu dengan bandarnya di sebuah hotel, lalu bernegosiasi mengenai pasalnya. Tolong pasal ini dibuat begini dan dibuat begitu kemudian disepakati," kata Mahfud. 

Kemudian, saat sidang, ia melanjutkan, skenarionya pasal itu disanggah oleh partai tertentu. Tapi, ujung-ujungnya si ketua partai sudah mengambil keputusan. Jadi, kata Mahfud, semuanya sudah diatur. 

Nah, kalian mau pemimpin dengan kualitas seperti itu kembali terpilih, guys

Baca Juga: KPK Tetapkan Anggota DPR Bowo Sidik Pangarso Tersangka Korupsi

Topik:

Berita Terkini Lainnya