Massa Kembali Turun ke Jalan dan Demo Aksi Bela Bendera Tauhid

Mereka akan long march menuju ke Istana Negara

Jakarta, IDN Times - Usai pada pekan lalu, massa menggelar aksi bela Bendera Tauhid di depan Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, kini mereka berencana kembali turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi yang sama pada Jumat (2/11). Namun, mereka tidak puas dengan hasil penyelidikan pihak kepolisian. 

Persaudaraan Alumni 212 akan menuntut pemerintah dan Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama agar mengakui benda yang dibakar oleh Banser NU di Garut adalah Bendera Tauhid dan bukan melambangkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ketua PA Alumni 212, Slamet Ma'arif, Aksi Bela Tauhid rencananya digelar di seberang Istana Kepresidenan. Sama seperti aksi pada pekan lalu, mereka akan mulai long march usai menggelar salat Jumat di Masjid Istiqlal. 

"Sampai saat ini belum ada dari pemerintah atau PBNU yang menyatakan hal itu (itu bendera Tauhid). Kami akan menuntut hal itu, adanya pengakuan dari pemerintah, negara, bahwa betul bendera yang dibakar adalah Bendera Tauhid," ujar Slamet yang ditemui di media centre Prabowo-Sandi pada Kamis malam (1/11). 

Lalu, berapa banyak massa yang rencananya akan ikut berdemonstrasi? Bagaimana antisipasi dari pihak Polda Metro Jaya? 

1. Slamet menyayangkan pemerintah membentuk opini bendera itu melambangkan HTI

Massa Kembali Turun ke Jalan dan Demo Aksi Bela Bendera TauhidIDN Times/Habil Misbacul Amal

Pihak kepolisian memang sudah menetapkan dua anggota Banser sebagai tersangka pembakaran bendera. Namun, PA 212 mengaku tetap tidak puas. Menurut Slamet, polisi tidak langsung bergerak cepat untuk memproses pelaku. 

Polisi sempat melepas keduanya dengan alasan mereka tidak memiliki niat jahat. Malah, polisi menetapkan status tersangka kepada si pembawa bendera dan pengibar bendera berkalimat tauhid ke tengah perayaan Hari Santri Nasional di Limbangan, Garut. 

Pemerintah, kata Slamet, juga tidak beranggapan bendera yang dibakar itu melambangkan kalimat tauhid. Malah, itu dianggap milik ormas tertentu. 

"Nah, ini baik PBNU dan pemerintah sampai saat ini belum ada pengakuan itu. Mereka masih mengalihkan, membuat alibi bahwa itu bendera ormas tertentu," katanya lagi. 

Baca Juga: Datang Sejak Dini Hari, Massa Aksi Bela Kalimat Tauhid Batal Aksi

2. Massa akan menuntut agar pembakar bendera dijerat pasal penodaan agama

Massa Kembali Turun ke Jalan dan Demo Aksi Bela Bendera TauhidAkun Facebook Hillmiy Haye Tamiiy

Sementara, Koordinator Bela Islam, Novel Hasan Bamukmin, mengatakan melalui aksi bela bendera Tauhid jilid II, massa ingin menyuarakan agar pelaku pembakaran segera diproses secara adil. Pelaku, kata Novel seharusnya dijerat dengan pasal penodaan agama 156a KUHP. 

"Bukan malah memakai pasal 174 KUHP. Sebab, sudah jelas itu penistaan agama," kata Novel di pada Kamis malam kemarin. 

Ia beranggapan penggunaan pasal 174 KUHP menjadi bias, karena ancaman hukumannya hanya penjara tiga pekan dan denda Rp900. Selain itu, di dalam tersebut, tertulis pelaku hanya disangka membuat gaduh. 

"Ini berkenaan dengan permasalahan hukum yang tidak adil. Sudah jelas, harusnya dikenakan pasal 156a, karena yang dibakar bendera tauhid," tutur dia. 

3. Polri mempertanyakan makna di balik aksi bela bendera tauhid jilid II

Massa Kembali Turun ke Jalan dan Demo Aksi Bela Bendera Tauhid(Wakapolri Komjen Pol Ari Dono) ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Aksi susulan yang kembali digelar pada hari ini, justru membuat Polri menjadi bertanya-tanya. Sebab, di mata mereka, tidak ada dasar massa kembali berdemonstrasi karena pelaku pembakar bendera sedang diproses secara hukum. 

"Kan, sudah diproses secara hukum. Kalau masih mau demo lagi, kita semua jadi bertanya-tanya siapa mereka ini, kan gitu," ujar Wakapolri, Komjen (Pol) Ari Dono di kantor Kemenkopolhukam pada Kamis kemarin. 

Ari pun mengimbau agar masyarakat yang berada di luar Jakarta tidak turut serta dalam aksi 2 November. Apalagi saat ini Indonesia tengah dalam kondisi dirundung duka. Belum habis diterpa bencana alam, kemudian ada peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Di mata Ari, aksi tersebut justru kurang menunjukkan empati. 

"Kita sedang berkabung, bencana di Lombok, ada bencana di Palu, baru saja lagi ada bencana (Lion Air). Kalau kita harus, ya seperti ini, kok kayaknya kurang berempati, menurut saya sih ya," tutur Ari. 

Baca Juga: Ribuan Personel Polisi Diturunkan Untuk Kawal Aksi Bela Tauhid

Topik:

Berita Terkini Lainnya