Menkopolhukam Sebut Ada Penunggang Dalam Aksi Unjuk Rasa di Papua

"Saya minta dihentikan karena rugikan kepentingan nasional"

Jakarta, IDN Times - Menkopolhukam Wiranto mengatakan pemerintah sudah mengetahui ada penunggang dari aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Deiyai pada Rabu (28/8). Aksi unjuk rasa yang terjadi tiga hari lalu itu berujung ricuh sampai jatuh korban jiwa. Berdasarkan data yang dirilis oleh Humas Polda Papua pada (28/8), korban jiwa jatuh baik dari aparat keamanan dan demonstran. 

Satu personel TNI dikonfirmasi telah meninggal. Sedangkan, satu personel lainnya terkena panah. 

Personel pengamanan dari Polri juga terkena panah. Total ada empat orang. Sementara, ada dua korban tewas dari pihak demonstran. Satu di antaranya terkena tembakan di bagian kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali. 

Satu korban lainnya meninggal dunia karena terkena panah di bagian perut ketika ia tengah berada di halaman kantor Bupati Deiyai. 

"Semua korban telah dievakauasi ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan," demikian kata Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda Papua, Kompol Anton Ampang melalui keterangan tertulis pada hari itu. 

Kericuhan itu kemudian meluas ke wilayah lain di Papua yaitu Jayapura. Lalu, siapa penunggang yang dimaksud oleh Wiranto?

1. Menkopolhukam enggan menyebut pihak yang dituding sebagai penunggang aksi unjuk rasa

Menkopolhukam Sebut Ada Penunggang Dalam Aksi Unjuk Rasa di PapuaIDN Times/Irfan fathurohman

Ketika dikonfirmasi oleh media soal siapa penunggang yang dimaksud, ia enggan mengungkapnya. Namun, ia bertekad akan menghentikan penunggang itu karena dinilai merugikan kepentingan nasional. 

Sementara, agar suasana tidak semakin keruh, pemerintah, kata Wiranto, akan menemui tokoh Papua baik tokoh nasional, pemuda dan anggota DPR serta DPD. 

"Kami akan berbicara mengenai apa yang terjadi di sana," kata dia usai mengikuti rapat terbatas di Istana Negara pada Jumat malam. 

Menurut Wiranto, dalam dialog itu pemerintah tidak akan mencari siapa yang benar dan salah. Tapi, mereka fokus untuk mencari solusi sehingga bisa memulihkan situasi. Namun, sebelum dialog itu bisa terealisasi, kondisi di Papua harus kondusif lebih dulu. 

Baca Juga: Bendera Bintang Kejora di Depan Istana, Menkunham: Papua Bagian NKRI

2. Presiden meminta agar masyarakat di Papua dilindungi

Menkopolhukam Sebut Ada Penunggang Dalam Aksi Unjuk Rasa di PapuaANTARA FOTO/Indrayadi TH

Di dalam ratas tertutup pada Jumat malam itu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo juga meminta agar masyarakat Papua dan yang bermukim di sana dilindungi. Jokowi meminta agar masyarakat yang tidak ikut dalam aksi unjuk rasa agar jangan ikut menjadi korban. 

"Kepada aparat keamanan Beliau sampaikan agar tidak melakukan tindakan represif. Namun lebih mengedepankan persuasif, kompromis, dan edukatif. Pentingkan untuk melindungi masyarakat dan obyek penting, fasilitas negara dan publik," tutur Wiranto mengulangi kembali pernyataan Jokowi semalam. 

Presiden juga memerintahkan agar bangunan dan instalasi yang rusak segera diperbaiki agar tidak menganggu jalannya pemerintahan dan kegiatan umum. 

3. Badan intelijen mendapatkan informasi kericuhan di Deiyai diprovokasi

Menkopolhukam Sebut Ada Penunggang Dalam Aksi Unjuk Rasa di PapuaANTARA FOTO/Gusti Tanati

Wiranto mengaku mendapatkan laporan dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kapolri, kericuhan di Papua ada yang sengaja memicu sehingga ingin suasana di sana tidak kondusif. Pemerintah, kata Wiranto, mengklaim sudah tahu siapa pihak yang ingin mengambil keuntungan dari situasi tersebut. 

"Memang kerusuhan ini ada yang ngomporin dan provokasi. Ada yang mendorong terjadi kekacauan. Kami ingatkan dia, siapa pun itu, agar menghentikan hal tersebut, karena itu hanya membuat situasi tidak stabil," tutur Wiranto mewanti-wanti pihak yang diduga sengaja jadi provokator. 

Baca Juga: Dugaan Rasisme Asrama Papua, Polisi Tetapkan Satu Tersangka Baru

Topik:

Berita Terkini Lainnya