Menlu Retno: Filipina Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Jolo Bukan WNI

Bom bunuh diri di Jolo menewaskan 14 orang

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, 2 pelaku bom bunuh diri di Kota Jolo yang terjadi pada Senin, 24 Agustus 2020 bukan seorang WNI. Informasi itu diperoleh Retno dari angkatan militer Filipina, Westmincom. 

"Kedua pelaku menurut informasi tersebut diidentifikasi sebagai warga lokal," ungkap Retno ketika memberikan keterangan pers virtual pada Kamis, 27 Agustus 2020 di kantor Kementerian Luar Negeri. 

Kepala angkatan bersenjata militer Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, menyebut dua pelaku bom bunuh diri merupakan janda dari anggota kelompok militan yang terkait dengan kelompok Abu Sayyaf. Keduanya diketahui bernama Nanah dan Inda Nay. 

"Nanah merupakan janda dari Norman Lasuca yang merupakan warga Filipina pertama yang melakukan aksi bom bunuh diri," kata Cirilito dan dikutip kantor berita AFP pada Rabu, 26 Agustus 2020. 

Apa langkah Filipina untuk tetap menjaga keamanan di bagian selatan wilayah mereka?

1. Angkatan bersenjata Filipina sempat menyerukan agar darurat militer kembali diberlakukan

Menlu Retno: Filipina Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Jolo Bukan WNIIlustrasi militer Filipina (ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez)

Kepala angkatan bersenjata militer Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, sempat menyerukan agar darurat militer kembali diberlakukan di Pulau Sulu untuk mengembalikan kondisi keamanan. Selain itu, militer bisa mengendalikan pergerakan orang di Pulau Sulu. Tetapi, seruan itu ditolak oleh Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana. 

"Tidak akan ada pemberlakuan darurat militer (di Pulau Sulu)," kata Delfin kepada media dan dikutip kantor berita AFP

Informasi yang disampaikan oleh pejabat berwenang di Filipina sempat menyebut salah satu pelaku bom bunuh diri merupakan WNI. Namun, pihak Kementerian Luar Negeri memilih untuk menunggu hasil penyelidikan termasuk uji DNA ke tubuh jenazah. 

Baca Juga: Deretan Fakta Pengeboman di Filipina Selatan yang Tewaskan 14 Orang

2. Serangan bom diprediksi menyasar militer Filipina

Menlu Retno: Filipina Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Jolo Bukan WNIIlustrasi pelaku pemboman (IDN Times/Sukma Shakti)

Akibat insiden pengeboman tersebut, sebanyak 6 personel militer tewas di tempat. Sementara, 8 warga sipil juga meninggal dunia. 

Dua bom meledak pada Senin lalu. Satu bom dirakit khusus dan dipasang di sebuah motor yang tengah diparkir tak jauh dari kerumunan personel militer. Sedangkan, bom lainnya diledakan oleh pelaku bom bunuh diri ketika personel militer tengah memasang garis pembatas di pemboman pertama. 

Juru bicara angkatan militer Filipina, Mayor Jenderal Edgard Arevalo meminta agar warga di Pulau Sulu tidak takut dan tetap waspada. 

"Divisi Infantri 11 dan angkatan gabungan militer di Sulu tengah dalam status waspada tingkat tinggi usai kejadian itu. Kami menyarankan agar warga tetap tenang dan berhati-hati. Laporkan bila ada benda-benda atau individu atau aktivitas yang mencurigakan," ungkap Edgard dan dikutip laman Manila Bulletin pada 24 Agustus 2020 lalu. 

Dua ledakan itu terjadi ketika pasukan militer tengah memburu teroris lokal dan asing. Salah satu yang tengah diburu adalah mereka yang terlibat dalam aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral di Jolo pada Januari 2019 lalu. Akibat insiden pengeboman tersebut, sebanyak 20 orang meninggal dunia dan 100 jemaat mengalami luka-luka. 

3. Menlu Retno sebut tidak ada WNI yang menjadi korban luka akibat ledakan di Kota Jolo

Menlu Retno: Filipina Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri di Jolo Bukan WNIIlustrasi pelaku bom bunuh diri (IDN Times/Arief Rahmat)

Menlu Retno juga sempat menyampaikan ucapan duka cita dan bela sungkawa kepada pemerintah dan rakyat Filipina. Ia menyampaikan berdasarkan informasi yang ia terima, tidak ada WNI yang menjadi korban akibat dua pengeboman tersebut. 

"Pemerintah Indonesia melalui KBRI di Manila dan KJRI di Davao terus berkoordinasi dengan otoritas di Filipina dan memantau perkembangan ini dengan saksama," kata Menlu perempuan pertama di Indonesia itu. 

Aksi teror sering terjadi di Pulau Sulu. Salah satunya lantaran di area tersebut merupakan markas kelompok Abu Sayyaf yang kerap melakukan tindak kriminal termasuk penculikan warga lokal serta asing. 

Baca Juga: Indonesia Akui Ada WNI yang Diculik Lagi oleh Kelompok Abu Sayyaf

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya