Nama Tol Layang Japek Diganti, Fadli Zon: Apa Jasa Mohammed bin Zayed?

Apa tak ada nama pahlawan RI yang berjasa?

Jakarta, IDN Times - Perubahan nama Tol Jakarta-Cikampek II Eleveted atau Jalan Layang Japek menjadi Tol Sheikh Mohammed Bin Zayed (Tol MBZ), dikritisi politikus Partai Gerindra Fadli Zon.

Ia mempertanyakan jasa putra mahkota Abu Dhabi itu kepada Indonesia hingga namanya layak disematkan sebagai jalan Tol Japek. Menurut Fadli, masih ada banyak pahlawan Indonesia yang bisa diabadikan namanya di jalan besar. 

"Apa jasa Mohammed bin Zayed (MBZ) bagi Indonesia? Apa tak ada nama pahlawan kita yang berjasa bagi bangsa ini yang bisa kita hargai dan hormati untuk menjadi nama jalan?" tanya Fadli melalui akun Twitternya @fadlizon, Senin, 12 April 2021. 

Fadli pun kemudian mengusulkan agar nama itu ditinjau ulang. Cuitan itu menuai beragam respons warganet di media sosial dan dicuit ulang 225 kali. 

Apa alasan pemerintah menyematkan nama putra mahkota Uni Emirat Arab (UEA) ke jalan tol utama?

1. Pemerintah pakai nama Putra Mahkota MBZ karena UEA investor terbesar program SWF

Nama Tol Layang Japek Diganti, Fadli Zon: Apa Jasa Mohammed bin Zayed?Menteri Sekretariat Negara, Pratikno (kedua dari kanan) meresmikan perubahan jalan tol Jakarta-Cikampek menjadi jalan tol MBZ (www.twitter.com/@KemensetnegRI)

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan dalam sambutannya pengubahan nama Tol Layang Japek dilatar belakangi hubungan diplomatik yang terjalin antara Indonesia dengan UEA selama 45 tahun.

"Hubungan diplomatik RI-UEA sudah terjalin sejak 1976," kata Pratikno ketika memberikan sambutan di akses masuk Tol Layang Japek Km 10A pada Senin, 12 April 2021. 

Hubungan bilateral, kata Pratikno, semakin erat di bidang sosial, kebudayaan dan ekonomi. Di bidang ekonomi, EUA diketahui menjadi salah satu investor terbesar, baik dalam pembangunan infrastruktur maupun Indonesian Investment Authority (INA).

"Ini (INA) merupakan lembaga Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia yang dibentuk beberapa waktu lalu," tutur dia. 

Menurut juru bicara INA, Masyita Crystallin, INA adalah suatu lembaga investasi sui generis dan melakukan investasi dengan ko-investasi dengan mitra investor, baik dalam maupun luar negeri. Lembaga ini beroperasi pada April 2021. 

Baca Juga: Ganti Nama, Tol Layang Jakarta-Cikampek Tutup Sementara

2. Nama Jokowi juga sudah digunakan sebagai jalan sepanjang 4 kilometer di Abu Dhabi

Nama Tol Layang Japek Diganti, Fadli Zon: Apa Jasa Mohammed bin Zayed?Jalan Presiden Joko Widodo di Abu Dhabi (Tangkapan layar Twitter @kbriabudhabi)

Sebelum Indonesia mengganti nama jalan tol utama menjadi tol MBZ, otoritas UEA sudah lebih dulu menggunakan nama Jokowi sebagai nama jalan di Abu Dhabi. Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis mengatakan penamaan jalan Jokowi merupakan inisiatif dari otoritas negaranya. 

Husin menjelaskan jalan sekira 4 kilometer itu bukan dibangun baru. Sebelumnya, jalan itu bernama Al Ma'arid Street atau yang bermakna eksibisi (pameran). Jalan Jokowi terletak di salah satu ruas jalan utama yang membelah ADNEC (Abu Dhabi National Exhibition Centre) dengan area kantor perwakilan diplomatik di UEA. 

Ia mengklaim tidak sembarang pemimpin negara bisa diabadikan namanya di Abu Dhabi. Pemimpin itu, kata Husin, harus memiliki kontribusi dalam membangun masyarakat UEA. Penamaan juga sebagai bentuk untuk mengenang visi dari pemimpin yang bersangkutan. 

Selain nama Jokowi, pemerintah UEA juga pernah mengubah nama dan diganti dengan nama Jalan King Salman bin Abdulaziz Al Saud. Pemberian nama dilakukan pada 23 September 2019. 

"Ini sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi Raja Salman kepada dunia Islam, dan untuk memperkuat hubungan bilateral UEA-Arab Saudi, serta rakyat kedua negara," kata Husin. 

3. UEA juga bangun masjid duplikasi Masjid Agung Sheikh Zayed di Solo

Nama Tol Layang Japek Diganti, Fadli Zon: Apa Jasa Mohammed bin Zayed?Peletakan batu pertama masjid hadiah dari Pangeran Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk Presiden Joko Widodo di Solo. (Dokumentasi Humas Pemkot Solo)

Selain memberikan nama jalan Jokowi, Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayen Al Nahyan juga menghibahkan masjid megah di Kota Solo. Dubes Husin sempat menyebut masjid di Solo duplikasi Masjid Agung Sheikh Zayed yang ada di Abu Dhabi. 

"Kurang lebih biaya yang diberikan itu 20 juta US dolar atau hampir Rp300 miliar. Semua biaya mereka yang menanggung," ungkap Dubes Husin ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada 20 Oktober 2020. 

Pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed pun dimulai pada 6 Maret 2021. Peletakan batu pertama dipimpin langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 

Menurut Yaqut, pendirian masjid ini juga memberi arti khusus bagi kedua negara. Hak intelektual desain Masjid Agung Sheikh Zayed ini, kata dia, milik Pangeran Mohammed bin Zayed al-Nahyan.

"Pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed di Solo ini menunjukkan kedekatan dan hubungan harmonis antara Indonesia dan Uni Emirat Arab, khususnya antara Presiden Jokowi dan Pangeran Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan yang semakin intensif dalam dua tahun terakhir," ujar Menag Yaqut melalui keterangan tertulis pada 6 Maret 2021. 

Selain masjid dan nama jalan, UEA juga membantu pembangunan gedung KBRI di Abu Dhabi. Dubes Husin mengatakan saat ini perwakilan Indonesia masih menyewa gedung yang digunakan sebagai KBRI. 

"Tempatnya nanti akan lebih bagus, berlokasi di area yang strategis. Jadi, nanti yang dibangunkan itu kedutaan dan wisma dubes itu satu paket. Waktu pembangunannya nanti dimulai Desember 2020," ungkap dia. 

Ia bahkan menyebut gedung KBRI di Abu Dhabi akan menjadi gedung kedutaan yang paling modern di dunia. Pembangunan gedung KBRI direncanakan akan rampung pada tahun 2022 mendatang. 

Baca Juga: Usai Beri Nama Jalan Joko Widodo, UEA Berencana Bangun Masjid di Solo 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya