Novel Baswedan Absen di Acara Peringatan 700 Hari Teror Air Keras

Ia kembali menjalani pengobatan di Singapura

Jakarta, IDN Times- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tidak ikut dalam aksi diam selama 700 detik untuk memperingati teror air keras yang menimpanya. Direktur LBH Jakarta, Arif Maulana mengatakan Novel absen karena tengah berada di Singapura untuk menjalani pengobatan di matanya. 

"Hari ini (Selasa) Novel tidak bisa bergabung karena Beliau ada di Singapura untuk melakukan kontrol kesehatan. Jam 05:30 WIB Beliau mengabarkan kondisi mata kirinya semakin membaik," ujar Arif ketika memberikan keterangan pers pada Selasa malam (12/3). 

Penglihatan Novel nyaris hilang usai diteror dengan air keras pada tahun 2017 lalu. Pelaku menyiram air keras ke bagian wajah dan mengenai bagian mata. Sementara, kondisi mata di bagian kanan, kata Arif lagi sudah mulai membaik. 

Lalu, bagaimana dengan kondisi perkembangan kasusnya? Sebab, nyaris dua tahun berlalu, namun polisi belum bisa mengungkap siapa pelaku teror lapangan yang menyiramkan air keras. Apalagi hingga menangkap otak di balik serangan tersebut. 

1. Tim gabungan yang dibentuk oleh Polri dan KPK untuk mengusut kasus Novel belum menemukan perkembangan berarti

Novel Baswedan Absen di Acara Peringatan 700 Hari Teror Air Keras(Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Untuk menindak lanjuti laporan dari Komnas HAM, sempat dibentuk tim gabungan baru oleh Polri pada (9/1) lalu. Bedanya dengan tim yang pernah dibuat oleh polisi juga yakni mereka mengajak unsur dari KPK dan publik untuk ikut terlibat. Tujuannya, agar ada transparansi. 

Lalu, apa yang ditemukan oleh tim itu? Menurut Direktur LBH Jakarta, Arif Maulana, tiga bulan bekerja, tim itu belum membuat progres berarti. 

"Sudah 3 bulan, tidak ada hasil yang disampaikan ke kita semua, termasuk ke penasihat hukum terkait proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian," ujar Arif semalam. 

Tim kuasa hukum, katanya lagi, sudah menyampaikan surat kepada kepolisian. Isinya, ada dua. Pertama, tim kuasa hukum Novel meminta agar tim gabungan Polri itu menyampaikan transparansi dan akuntabilitas kerja mereka. 

"Kedua, tim kuasa hukum sudah melaporkan adanya upaya menghalangi penyidikan (obstruction of justice) ke KPK yang kami nilai ada di dalam kasusnya Novel," kata Arif. 

Situasi ini justru semakin memperkuat prediksi penyidik yang pernah bertugas di kepolisian tersebut kalau kasusnya tidak akan diungkap. 

Baca Juga: Mampukah Tim Gabungan Polri Ungkap Pelaku Teror ke Novel?

2. Kondisi mata Novel Baswedan berangsur-angsur membaik

Novel Baswedan Absen di Acara Peringatan 700 Hari Teror Air Keras(Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan) www.twitter.com/@amnestyindo

Sementara, kondisi penglihatan Novel berangsur-angsur membaik. Meskipun tidak ada jaminan apakah indera penglihatannya bisa kembali seperti dulu. 

"Kondisi mata kiri Beliau semakin membaik. Mata kanan sudah cukup stabil dan kembali ke posisinya. Sudah mulai membaik (kondisi matanya)," kata Arif. 

3. Koalisi masyarakat sipil tetap meminta dibentuk tim independen

Novel Baswedan Absen di Acara Peringatan 700 Hari Teror Air Keras(Penyidik Novel Baswedan) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Sementara, tim koalisi masyarakat sipil tetap mendesak Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk dibentuk tim independen di luar dari tim gabungan bentukan Polri. Menurut masyarakat sipil, tim Polri belum menghasilkan progres apa pun selama tiga bulan bekerja. Selain itu, hasil kinerja tim itu malah dilaporkan ke Polri dan bukan ke Presiden. 

"Kami juga meminta kepada Presiden agar segera membentuk tim gabungan pencari fakta independen melalui keputusan Presiden," ujar anggota koalisi masyarakat sipil, Shaleh Al Ghifar ketika memberikan keterangan pers di lobi gedung KPK pada Selasa kemarin. 

Tim yang dituntut untuk dibentuk oleh masyarakat sipil terdiri dari unsur ahli hukum, tokoh dan praktisi yang berkompeten dan independen. Bedanya, tim ini melapor langsung ke Presiden. 

Masyarakat sipil juga berharap Polri bersedia bekerja sama dengan tim yang mereka usulkan tersebut. 

4. Pimpinan KPK absen dalam aksi memperingati 700 Hari Novel Baswedan

Novel Baswedan Absen di Acara Peringatan 700 Hari Teror Air KerasWakil Ketua KPK Saut Situmorang. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Sementara, ketika aksi digelar pada Selasa malam kemarin, tidak ada satu pimpinan lembaga antirasuah pun yang ikut serta. Hal itu disayangkan karena acara yang digelar di gedung KPK terkait dengan upaya mencari keadilan bagi salah satu penyidik mereka. IDN Times mencoba menanyakan alasan absennya para pimpinan kepada salah satu komisioner, Saut Situmorang.

"Kami ada rapat persiapan tim strategi nasional PK (pencegahan korupsi) untuk bertemu dengan Presiden semalam," ujar Saut melalui pesan pendek pada Rabu pagi (13/3). 

Ia mengaku tetap optimistis terhadap tim gabungan bentukan Polri walau sudah dikritik oleh banyak pihak.

"Hidup ini kalau tidak optimistis lalu apa lagi yang mau diharapkan," kata Saut. 

Ia melanjutkan lembaga antirasuah tetap berharap besar kepada Polri untuk menemukan pelakunya. 

"Soal apakah cepat atau lambat, itu hal lain. Yang pasti di dalam tim itu masih ada embeded di dalamnya," kata dia lagi. 

Saat ditanyakan apakah KPK akan mengusulkan untuk diajukan cara lain agar bisa mengusut tuntas kasus Novel, pria yang pernah bekerja sebagai staf ahli di Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengatakan hanya bisa menempuh sesuai aturan di dalam KUHAP. Lagipula, KPK juga tidak dalam posisi untuk mendesak mengenai isu penegakan hukum. 

"Mari kita kumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk penindakan lebih lanjut," tutur dia. 

Baca Juga: Novel Baswedan: Kami Minta Dibentuk TPGF, Bukan Tim Buatan Polri

Topik:

Berita Terkini Lainnya