Pangdam di Papua: Bebaskan Pilot Susi Air, Ancaman KKB Tak Ada Gunanya

RI tolak bantuan dunia internasional untuk bebaskan Philip

Jakarta, IDN Times - Panglima Kodam XVII/Cendrawasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan meminta Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) agar segera membebaskan Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merhtens. Menurutnya, ancaman-ancaman yang selama ini disampaikan oleh KKB lewat media atau media sosial sama sekali tidak ada manfaatnya.

Terbaru, KKB mengancam bakal menembak mati pilot asal Selandia Baru itu dalam waktu dua bulan ke depan. Mereka akan membunuh Philip bila dalam kurun waktu dua bulan negara-negara selain Indonesia terlibat dalam dialog tentang kemerdekaan Papua. 

"Egianus Kogya dan semua yang ada di sana, segera bebaskan saja pilot itu karena ancaman itu tidak ada gunanya," ujar Mayjen Izak seperti dikutip dari kantor berita ANTARA pada Kamis (1/6/2023). 

Ia menambahkan bahwa Indonesia sudah diakui sebagai negara berdaulat di mata dunia internasional. Kedaulatan yang diakui membentang dari Sabang hingga ke Papua. 

"Negara ini negara berdaulat dan diakui oleh seluruh dunia," tutur dia. 

Menurutnya, proses pembebasan Philip sedang diusahakan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Kodam Cendrawasih pun, kata dia, merupakan bagian dari Forkopimda. 

"Forkopimda dipilih untuk dikedepankan karena ini kan menyangkut permasalahan sosial. Jadi, yang menyelesaikan Forkopimda di mana Kodam adalah salah satu unsur di dalamnya," ujarnya.

Philip sudah disandera oleh KKB sejak Februari 2023 lalu. Pemerintah selalu mengedepankan pendekatan humanis lantaran tidak ingin ada warga sipil yang menjadi korban.

1. KKB telah lakukan penyerangan ke pos TNI-Polri di Distrik Kenyam, 7 prajurit TNI kena tembak

Pangdam di Papua: Bebaskan Pilot Susi Air, Ancaman KKB Tak Ada GunanyaIlustrasi prajurit TNI AD (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Sementara, pernyataan Mayjen Izak disampaikan usai terjadi serangan lanjutan yang diklaim oleh KKB dilakukan pada 26 Mei, 27 Mei dan 29 Mei 2023. Serangan dilakukan di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga. Mereka mengklaim telah menembak tujuh personel TNI.

"Pasukan TPNPB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) di bawah pimpinan Napianus Kerebeya dan Yotam Bugiangge telah melakukan serangan selama tiga hari berturut terhadap militer dan polisi Indonesia di Kenyam dan berhasil menembak 7 anggota TNI," ujar Sebby Sambom di dalam keterangan tertulis pada 31 Mei 2023 lalu.

"Hal ini telah dilaporkan langsung oleh eks anggota TNI yang bergabung ke TPNPB, yaitu Yotam Bugiangge langsung dari Kenyam, Ibu Kota Kabupaten Nduga-Papua pada hari Senin tanggal 29 Mei 2023," kata dia lagi. 

Ia menyebut tujuh personel TNI itu diklaim tewas. Sementara, tidak ada satu pun korban dari pihak KKB. 

Namun, ketika dikonfirmasi kepada pihak TNI dan Polri, mereka belum memberikan penjelasan. 

Baca Juga: Tiga Hari Penyerangan, OPM Klaim Tembak 7 Anggota TNI di Nduga

2. KKB tidak akan berhenti berperang hingga kemerdekaan Papua Barat diakui

Pangdam di Papua: Bebaskan Pilot Susi Air, Ancaman KKB Tak Ada GunanyaKKB pimpinan Egianus Kogoya menyandera pilot Susi Air, Kapten Kapten Philip Mark Merthens. (IDN Times/Istimewa)

Lebih lanjut, Sebby mengatakan, serangan pada 26 Mei 2023 menyasar pos penjagaan di Lampung Nogolait. Mereka mengklaim berhasil menembak tiga personel TNI pada hari itu. 

"Pertama, kami serang pos penjagaan di Nogolait dan tembak tiga orang anggota TNI dengan ukuran pas sasaran. Kami juga tembak mobil brimob rantis Tambora. Kaca depan hancur. Kemudian, yang luka-luka kami belum pastikan. Hal ini kami lakukan pada tanggal 26 Mei 2023," katanya.

Serangan berlanjut pada 27 Mei 2023. Hari itu, KKB menembak sebuah helikopter di Kali Dibini sekitar pukul 15:00 WIT. 

"Dalam serangan ini, kami menembak helikopter milik TNI saat memantau posisi kami TPNPB dari atas udara. Militer Indonesia lalu lakukan serangan udara," katanya.

Menurutnya, serangan melalui udara oleh TNI merupakan wujud balas dendam atas penembakan yang dilakukan TPNPB pada 26 Mei 2023.

"TNI langsung siram peluru dari udara sehingga kami pasukan TPNPB KODAP III Ndugama-Derakma balas tembakan terhadap helikopter sebanyak 15 peluru dan membuat helikopter tersebut kembali ke Ibu Kota Kenyam," ujarnya.

Serangan kembali berlanjut dua hari kemudian pada 29 Mei 2023. KKB mengklaim menyerang Pos Koramil Nduga di Kenyam sekitar pukul 12.08 WIT.

"Tidak ada yang balas tembakan sampai berapa menit kemudian bantuan Brimob dari koteka yang datang balas tembakan. Kami lalu geser ke kampung Nogolait," tuturnya.

Sebby menyebut, kontak tembak tersebut berlangsung selama beberapa jam. Ia mengklaim beberapa rumah warga turut hancur akibat roket balistik yang digunakan TNI-Polri. 

Sebby menegaskan bahwa peperangan ini tidak akan berhenti hingga kemerdekaan Papua Barat diakui. Pengakuan itu kali pertama harus datang dari Indonesia.

"Kami tidak akan berhenti perang terus sampai Indonesia akan mengakui hak kemerdekaan Republik Papua Barat," ujarnya lagi.

3. Pemerintah tolak bantuan internasional untuk bebaskan pilot Susi Air

Pangdam di Papua: Bebaskan Pilot Susi Air, Ancaman KKB Tak Ada GunanyaMenko Polhukam, Mahfud MD (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengatakan pemerintah tidak akan menerima bantuan internasional untuk membebaskan pilot Susi Air. Ia menyebut bila Indonesia menerima bantuan dari negara lain atau LSM internasional, maka akan ada pihak lainnya yang bakal ikut campur termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

"Apapun taruhannya tidak boleh internasional ke situ, karena kalau itu diiyakan, nanti akan merembet, ke PBB, ke mana-mana. Ternyata ada ini, ada itu sehingga kita tolak setiap upaya campur tangan internasional yang disodorkan oleh LSM internasional yang datang ke kita," ujar Mahfud di Hotel Westin, Jakarta Selatan pada 29 Mei 2023 lalu.

Mahfud ingin Pemerintah Indonesia sendiri yang menangani operasi pembebasan pilot Susi Air. Dia yakin Indonesia mampu tanpa mendapat bantuan dari negara lain.

"Kita tangani sendiri secara internal. Kebijakan di kita kan tidak boleh melibatkan negara lain. Ini internal kita, dan kita bisa melakukan itu," tuturnya lagi.

Baca Juga: Usai Peristiwa Penyanderaan, Pilot Susi Air Ogah Terbang ke Papua

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya