Panglima TNI Salurkan Bantuan Laptop untuk Tracer Kontak Erat Digital

Panglima TNI ingin genjot pelacakan kontak erat COVID-19

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI, Hadi Tjahjanto, menyalurkan bantuan laptop bagi tenaga pelacak digital kontak erat COVID-19 di beberapa puskesmas di Provinsi Jawa Timur. Aksi ini merupakan bagian dari upaya untuk menggenjot kontak erat pasien COVID-19.

Sebelumnya, Hadi mengakui pelacakan kontak erat di Indonesia masih rendah. Sesuai dengan instruksi Badan Kesehatan Dunia (WHO), pelacakan terhadap satu pasien COVID-19 harus dilakukan terhadap 30 kontak erat lainnya. Sementara, Indonesia hanya melakukan pelacakan terhadap satu kontak erat lainnya. 

Maka, TNI terus melatih anggotanya agar bisa menjadi pelacak digital. "Laptop ini merupakan peralatan yang wajib digunakan dan harus dikuasai para babinsa yang menjadi tenaga tracer, karena ini adalah senjata dalam melaksanakan tugas," kata Hadi seperti dikutip dari kantor berita ANTARA pada Minggu (1/8/2021). 

Data yang diperoleh tenaga tracer kemudian dimasukan ke dalam aplikasi khusus milik Kementerian Kesehatan bernama SILACAK. Hadi pada hari ini tengah berada di Jawa Timur untuk mengecek tenaga pelacak yang terdiri dari babinsa, babinpotmar, babinpotdirga, bhabinkamtibmas dan relawan dari masyarakat yang bertugas di setiap puskesmas. 

"Kepada para tenaga tracer harus terus bekerja dengan maksimal, karena penyebaran COVID-19 tidak pernah berhenti dan tidak ada hari liburnya," tutur dia lagi. 

Lalu, bagaimana cara kerja pelacak digital itu di lapangan?

Baca Juga: Satgas COVID-19: Pemanfaatan TNI dan Polisi Sebagai Tracer Tepat

1. Pelacakan kontak erat dimulai usai pasien dinyatakan positif COVID-19

Panglima TNI Salurkan Bantuan Laptop untuk Tracer Kontak Erat DigitalAlur pelacakan kontak erat terhadap pasien COVID-19 (Tangkapan layar YouTube BNPB)

Dari alur kerja yang disampaikan oleh Hadi, proses pelacakan kontak erat mulai dilakukan sejak adanya hasil tes positif yang dilaporkan oleh laboratorium. Lab tersebut harus merupakan bagian dari New All Records (NAR) Kementerian Kesehatan. Saat ini, tercatat ada 742 lab di seluruh Indonesia yang masuk ke dalam jaringan NAR. 

Dari sana, maka pasien tersebut akan dihubungi melalui pesan pendek WhatsApp. Informasi mengenai pasien akan disampaikan juga ke koordinator pelacakan (tracing) TNI/Polri, puskesmas, dan satgas PPKM. 

Lalu, petugas pelacak digital menghubungi pasien untuk menanyakan mengenai gejala yang dirasakan. Dari kontak tersebut, kata Hadi, maka bisa diperoleh informasi mengenai kondisi pasien sehingga bisa diberikan instruksi untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, atau harus dipindah ke isolasi terpusat yang dikelola oleh pemda atau pemerintah pusat. Dari sana, bisa dilakukan penelusuran identifikasi kontak erat. 

Setelah kontak erat berhasil dihubungi, maka pelacak akan memberikan instruksi untuk melakukan karantina. Lalu, kontak erat diminta untuk melakukan tes swab/PCR COVID-19. Bila hasilnya dinyatakan negatif, maka kontak erat diminta melakukan karantina mandiri selama lima hari. 

"Lalu, dilakukan exit test di hari kelima. Bila hasilnya negatif, maka bisa tetap di rumah. Tetapi, bila hasil tes menunjukkan positif, yang bersangkutan harus ditempatkan di isolasi mandiri terpusat (isoter)," kata Hadi pada 26 Juli 2021 lalu. 

Kontak erat pasien COVID-19 juga langsung diminta untuk menuju ke tempat isoter bila di tes pertama menunjukkan hasil positif. 

Baca Juga: Panglima TNI Akui Tracing Kontak Erat Rendah, Jauh dari Standar WHO

2. Panglima TNI ungkap tantangan melacak kontak erat pasien COVID-19

Panglima TNI Salurkan Bantuan Laptop untuk Tracer Kontak Erat DigitalPanglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bertemu Menteri Pertahanan Amerika Serikat Christopher C Miller (ANTARA/HO-Pusat Penerangan TNI)

Hadi mengakui tidak mudah bagi prajuritnya untuk melacak kontak erat pasien COVID-19. Sebab, untuk mencari harus ditelusuri satu demi satu kontaknya. 

"Jadi, memang permasalahannya tidak mudah untuk mencari orang yang terpapar COVID-19 karena harus mencari satu per satu masyarakat disinyalir melakukan kontak dengan orang yang positif COVID-19," kata Hadi. 

Ia menjelaskan pelacak terbagi menjadi dua kelompok, satu dengan cara digital dan manual. Hadi pun mengaku bangga karena para prajuritnya bersedia bekerja keras untuk menjadi tenaga pelacak digital. 

3. BNPB sebar 7.000 pelacak digital di Jawa dan Bali

Panglima TNI Salurkan Bantuan Laptop untuk Tracer Kontak Erat DigitalPembagian peran tracer dalam proses pelacakan kasus COVID-19 (Tangkapan layar YouTube BNPB)

Dalam proses pelacakan, semua informasi dimasukan ke dalam aplikasi berbasis web bernama SILACAK. Hadi mengatakan, ini termasuk salah satu materi yang harus dikuasai oleh para pelacak dari unsur TNI/Polri. 

"BNPB memberikan bantuan berupa 7.000 tracer yang akan disebar di seluruh wilayah Jawa dan Bali. Ini adalah salah satu bentuk upaya untuk melipatgandakan kemampuan, karena sebagian tracer di lapangan sedang menjalankan pelatihan," kata Hadi. 

Ia mengumpamakan upaya mengatasi pandemik COVID-19 bak perang gerilya yang dibantu oleh BNPB, Kemenkes, TNI/Polri, dan seluruh komponen masyarakat. Hadi yakin dengan menggunakan konsep perang semesta maka bisa menekan kasus aktif COVID-19 di Tanah Air. 

"Kami berharap kasus aktif bisa terus ditekan sampai ke angka paling rendah," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Kecewa PPKM, Harga Kopi di Warung Ini Naik Bagi ASN, TNI, dan Polisi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya