Pesan Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh: Hindari Maksiat

Setiap peringatan tsunami Aceh, nelayan dilarang melaut

Jakarta, IDN Times - Bencana tsunami kini seolah semakin sering menimpa Indonesia. Terbaru, bencana tsunami yang menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12) lalu. Tsunami di perairan barat Pulau Jawa ini dipicu oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.

Kejadian tsunami ini pun langsung mengingatkan kita pada peristiwa serupa, yang terjadi 14 tahun lalu di  Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Bencana tsunami dahsyat menimpa Aceh tak lama setelah daerah itu diguncang gempa hebat berkekuatan 9,1 skala richter. Akibat kejadian ini, sekitar 200 ribu jiwa melayang. 

Lebih dari satu dekade berlalu setelah kejadian itu. Kini setelah 14 tahun, Aceh pun muncul sebagai daerah baru yang kembali menggeliat dan semangat menyongsong hari-hari. Meski demikian, setiap penghujung tahun, duka yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu tetap dirasakan oleh warga Aceh.

Untuk mengenang peristiwa yang meluluh lantakan provinsi paling ujung barat Indonesia itu, hari ini, Rabu (26/12), sebagian besar warga Aceh melakukan doa bersama. Salah satunya dilakukan di Kota Meulaboh, wilayah terparah yang terkena tsunami. 

Dikutip dari Antara, kegiatan doa dan zikir bersama dipimpin Bupati Aceh Barat Ramli MS bersama kalangan ulama dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) setempat. Mereka mengunjungi kompleks pemakaman massal korban gempa dan tsunami yang berlokasi di kawasan Suak Indrapuri, Meulaboh. 

Sebelum berziarah ke kompleks pemakaman, diselenggarakan pula kegiatan doa di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ribuan warga. Namun, ada pesan unik yang disampaikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat Abdurrani Adian. Ia mengatakan, tsunami yang terjadi 14 tahun lalu merupakan teguran dari Tuhan bagi warga Aceh. 

1. Ulama Aceh Barat imbau warga menghindari kegiatan hura-hura dan maksiat

Pesan Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh: Hindari MaksiatAntara Foto/Irwansyah Putra

Di dalam tausiyahnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat Tengku Abdurrani Adian mengatakan, gempa dan tsunami yang menimpa provinsi itu terjadi sebagai bentuk teguran bagi warga Aceh. Oleh sebab itu, untuk menghindari bala dan bencana serupa dari Allah, ia mengimbau agar warga Aceh menghindari kegiatan hura-hura dan maksiat. 

"Perbanyaklah ibadah, zikir, dan senantias mengingat Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Serta menjalankan sunnah baginda Nabi Muhammad SAW," kata Abdurrani seperti dikutip dari Antara, Rabu (26/12).  

Ia dan warga Aceh juga mendoakan agar korban gempa dan tsunami yang telah tiada diberi pahala dan menjadi ahli surga. 

Sementara, Bupati Aceh Barat Ramli, juga mengajak warga berdoa bersama-sama. Menurut dia, doa yang dipanjatkan bersama akan lebih memberikan berkah ketimbang dilakukan secara individual. 

Baca Juga: Prabowo Hadiri Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh

2. Plt Gubernur Aceh ajak warga untuk bangkit dari bencana

Pesan Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh: Hindari MaksiatAntara Foto/Ampelsa/aww

Sementara di acara terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, tema peringatan 14 tahun tsunami tahun ini yakni "Bangun Bersama, Siaga Utama". Peringatan itu, kata Nova, menjadi momentum agar masyarakat Aceh tidak terus terpuruk. Sebaliknya, warga terus berkarya dan terus membangun Provinsi Aceh. 

"Peringatan ini juga menjadi momentum untuk membangun budaya kesiagaan masyarakat Aceh, dalam menghadapi berbagai ancaman bencana yang kerap terjadi di negeri kita," ujar Nova ketika memberikan sambutan siang tadi. 

Ia menjelaskan, walaupun bencana tsunami sudah berlalu 14 tahun, tetapi rasa trauma masih dirasakan oleh warga Aceh. Namun, ia mendorong agar warga Aceh tidak terus meratapi nasib. 

"Kita harus terus bangkit dan menatap hari esok yang lebih baik," katanya lagi. 

3. Ustaz Abdul Somad mengingatkan bencana sebagai pengingat agar terus beriman

Pesan Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh: Hindari MaksiatAntara Foto/Ampelsa/aww

Di tempat yang sama, Ustaz Abdul Somad mengingatkan kepada umat Muslim agar memaknai bencana tsunami yang terjadi 14 tahun lalu sebagai pengingat agar terus beriman kepada Tuhan. 

"Bencana ini menunjukkan bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya. Bencana menyadarkan kita untuk selalu beriman kepada Allah SWT," kata ustaz yang akrab disapa UAS itu. 

Ia juga menyebut warga Aceh sebagai orang-orang yang kuat, lantaran selain dihantam bencana, sebelumnya mereka juga dibekap oleh konflik yang berkepanjangan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Tetapi, warga Aceh tidak larut dalam kesedihan, justru mereka bisa bangkit dan kembali hidup normal. 

Somad mengaku, setiap kali bersedih selalu mengingat apa yang dialami oleh warga Aceh pada 2004 lalu. Salah satu momen pengingat yakni ketika ia ditolak masuk ke Hong Kong pada 2017 lalu. 

"Setelah ditolak masuk Hong Kong, saya diundang ke Aceh. Waktu itu pada peringatan 13 tahun tsunami. Saya ke Aceh dan disambut meriah. Dalam kegiatan itu, saya dikenalkan dengan banyak orang dari berbagai negara," tuturnya. 

Hal itu bermakna peringatan tsunami juga bisa memperkuat silaturahmi baik sesama akidah maupun yang tidak. 

4. Nelayan dilarang melaut setiap tanggal 26 Desember

Pesan Peringatan 14 Tahun Tsunami Aceh: Hindari MaksiatAntara Foto/Ampelsa/aww

Hal lain yang turut dilakukan setiap 26 Desember yakni larangan melaut bagi nelayan di tanggal tersebut. Larangan itu diberlakukan untuk mengenang musibah gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004.

Satu hari sebelumnya, semua nelayan di Provinsi Aceh sudah menyandarkan perahu mereka di dermaga. Semua rakyat Aceh fokus terhadap peringatan 14 tahun tsunami dan gempa yang pernah melanda provinsi itu. 

Sekretaris Jenderal (Sekjend) Panglima Laot Provinsi Aceh Miftah Cut Adek menjelaskan, keputusan pantang melaut setiap 26 Desember diambil berdasarkan keputusan melalui musyawarah seluruh jajaran Panglima Laot di Aceh.

"Keputusan musyawarah ini didasarkan pada peringatan tragedi gempa dan tsunami yang banyak korban keluarga-keluarga nelayan," kata Miftah pada Selasa (25/12) di Banda Aceh. 

Larangan tersebut seperti pada hari besar lainnya seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan hari besar lainnya. 

Baca Juga: Rumah Makan Ibu Entin, Menjaga Denyut Nadi Ekonomi Usai Tsunami Banten

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya