Rekam Jejak Gubernur Mahyeldi: Sempat Disebut Kepala Daerah Termiskin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Garis tangan seseorang memang tidak ada yang tahu, dan sering kali tak terduga. Seperti Mahyeldi Ansharullah, dulu saat masih kecil lantang mengatakan kepada ibunya dia bercita-cita menjadi presiden.
Tetapi, pada Februari 2021, ia dilantik bersama Audy Joinaldy sebagai gubernur dan wakil gubernur Sumatra Barat di Istana Negara. Tentu, cita-citanya menjadi presiden masih bisa diwujudkan.
Namun, kepada IDN Times, pernyataan Mahyeldi itu hanya celotehan anak kecil ketika ditanya orang tua dulu.
"Nak, cita-citanya apa? Saat itu ditanya Amak saya. Jadi, Presiden, Mak," ujar Mahyeldi sambil tertawa saat berkunjung ke kantor IDN Media di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, 4 Juni 2021.
Kendati, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun tak pernah bermimpi menjadi gubernur. Sebab, semua proses kehidupannya ia jalani tanpa ada target khusus.
Karier Mahyeldi sebagai pejabat publik dimulai ketika ia berlaga sebagai calon anggota DPRD untuk kali pertama pada 2004 dan nasib baik menyambutnya. Dia langsung terpilih.
"Saat itu saya adalah peraih suara terbanyak di Provinsi Sumatra Barat. Saya juga heran kok banyak yang memilih," ujar dia.
Namun, setelah ia coba runut ke belakang, Mahyeldi mengaku kerap hadir di banyak kegiatan. Ia aktif di berbagai organisasi dan kegiatan keagamaan. Selain itu, dia memanfaatkan waktunya berinteraksi dengan pemuda. Ia menduga hal tersebut menjadi salah satu modal untuk menapaki dunia politik.
Apakah Mahyeldi tertarik mengincar posisi capres pada 2024 dan maju dari PKS?
1. Interaksi dengan banyak lapisan masyarakat buat Mahyeldi dikenal luas publik
Padahal, Mahyeldi bukan datang dari keluarga pejabat atau politikus. Tetapi, ia sudah bergaul dengan berbagai komunitas sejak lama. Itu menjadi modal untuk bisa mendulang dukungan saat kontestasi politik.
"Saya dulu ikut beragam organisasi, hadir dalam kegiatan keagamaan di masjid. Saya pun masih menjalin relasi dengan teman-teman, baik yang masih duduk di bangku SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, organisasi di kampung, itu saya ikuti. Itu salah satu faktor (bisa menjadi pejabat publik)," kata dia.
"Saya banyak berinteraksi dengan komunitas masyarakat. Saya juga dulu kan aktivis (di kampus), makanya dikenal di tiap angkatan," sambung Mahyeldi.
Semua interaksi itu berbuah manis ketika mengajukan diri sebagai anggota DPRD Sumbar, Mahyeldi memperoleh suara terbanyak. Ketika ikut dalam pemilihan Wakil Wali Kota Padang, ia mengaku ditawari dua calon wali kota.
"Wali Kota petahananya, Pak Fauzi Bahar dan Pak Yusman Kasim. Padahal, posisi Beliau itu Wali Kota dan Wakil Wali Kota," tutur dia.
Baca Juga: KPU Umumkan Mahyeldi-Audy Unggul dalam Pilgub Sumatera Barat 2020
2. Mahyeldi dikenal paling sering terima demonstran yang berunjuk rasa di depan kantor DPRD
Selama duduk sebagai Wakil Ketua DPRD, Mahyeldi dikenal paling sering menerima demonstran untuk berdialog dan mendengarkan tuntutan mereka. Sementara, ketua DPRD merasa takut. Otomatis wajahnya sering wara-wiri di media.
"Sampai-sampai ada satu media di Sumatra Barat sampai menulis cerita tentang diri saya," ujarnya.
"Salah satu rombongan unjuk rasa yang diterima adalah perawat se-Indonesia, waktu itu mereka demo, karena dinilai kurang ada penghargaan bagi perawat. Selama ini lebih banyak didominasi oleh dokter," lanjut Mahyeldi.
Editor’s picks
Selain itu, ketika ia sudah menjabat Wali Kota, Mahyeldi ikut membantu mengadvokasi ribuan guru honorer. Ia ikut mensinergikan dengan DPR RI dan membuahkan hasil.
"Mereka akhirnya diangkat menjadi pegawai negeri. Saya juga banyak terlibat di sana. Guru-guru di Sumbar pada kenal saya," tutur dia.
Lantaran sering diberitakan dan muncul di media, wajah Mahyeldi pun dikenal luas publik. Saat diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai calon wali kota, Mahyeldi meminta agar mesin partai solid.
"Keuntungan diusung oleh PKS, ketika sudah memutuskan mendukung calon, maka kader-kader ikut turun tangan. Jadi, bukan dibebankan ke saya saja," ujarnya.
Para kader itu pun juga ikut membantu dengan memberikan sumbangan dana. Ketika akhirnya Mahyeldi memutuskan maju sebagai cagub, tak ada yang mengira ia bakal menang, lantaran tak memiliki modal besar. Namun, karena memiliki jejaring yang luas, situasi itu bisa dibalik.
3. Gubernur Mahyeldi belum terpikir jadi capres pada pemilu 2024
Sementara, ketika ditanya apakah berminat terjun dalam pemilu capres 2024, Mahyeldi mengaku tak terlalu berambisi. Ia mengikuti saja proses ke depan seperti apa. Lagi pula, PKS juga belum menentukan siapa calon yang bakal diusung.
"Saat ini saya berpikir bekerja secara maksimal. Lalu, teman-teman di PKS saya dorong (untuk maju)," kata dia.
Dalam pilgub 2020, Mahyeldi berpasangan dengan Audy yang masih berusia 38 tahun. Ia datang dari latar belakang pengusaha.
"Dia millennial dan enerjik," ujarnya.
Dalam pandangan Mahyeldi, pemuda justru harus diberikan peluang memimpin. Ia mengaku peduli terhadap nasib pemuda saat masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota.
Dia percaya pada 2045, Indonesia masuk ke dalam jajaran lima besar negara lantaran memiliki banyak pemuda yang potensial.
"Itu sebabnya ketika saya masih menjadi Wali Kota, saya mendirikan youth centre untuk membina para pemuda yang diteruskan programnya oleh wali kota sekarang," tutur Mahyeldi.
Pada pilgub 2020, pasangan Mahyeldi - Audy berhasil meraih 726.853 suara atau 32,4 persen dari total suara yang ada. Pasangan ini didukung PKS dan PPP.
4. Sempat dijuluki kepala daerah termiskin di Indonesia, Mahyeldi kini punya harta kekayaan Rp3,3 miliar
Mahyeldi sempat dijuluki kepala daerah termiskin se-Indonesia lantaran ketika melaporkan harta kekayaan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai calon Wakil Wali Kota, ketika itu harta kekayaannya hanya Rp132.625.916.
Mengutip situs resmi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) KPK, Mahyeldi termasuk rutin melaporkan harta kekayaannya. Ia kali terakhir melaporkan harta kekayaannya pada 31 Desember 2020. Saat itu, harta kekayaannya sebagai Wali Kota untuk ikut proses pilgub sebesar Rp3.354.384.708.
Kekayaan Mahyeldi jauh lebih sedikit dibandingkan calon wakil gubernurnya, Audy yang melaporkan memiliki harta kekayaan mencapai Rp58,11 miliar. Namun, bila dibandingkan tiga cagub lainnya, harta kekayaan Mahyeldi paling sedikit.
Baca Juga: 27 Siswa SMA 1 Padang Panjang Positif COVID-19