Rizal Ramli: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak Nyambung

"Visi dibuat bagus-bagus tapi hanya untuk berkampanye"

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Koordinator bidang kemaritiman Rizal Ramli menilai ahlak saja tidak cukup dimiliki oleh para bos BUMN untuk membenahi perusahaan pelat merah tersebut. Sebab, yang lebih dibutuhkan, menurut pandangannya, adalah konsistensi antara pemaparan visi dengan implementasi strategi. 

Pria yang juga ahli ekonomi itu mengatakan praktik yang terjadi di Indonesia, visi sering kali dibuat bagus hanya sebagai modal untuk berkampanye. Sementara, ketika dieksekusi dengan strategi sering kali tidak nyambung. 

"Visi hanya alat kampanye, alat untuk mendapat dukungan politik. Strategi gak nyambung untuk mencapai visi. Kemudian, penunjukkan personalia (orang untuk mengeksekusi) kgak ada hubungannya, ini hanya thank you note untuk yang memberikan dukungan politik, thank you note kepada yang nyumbang. Itu lah kenapa Indonesia sulit maju, walaupun paling kaya di Asia, tapi selalu jadi negara yang missed opportunity," kata Rizal ketika berbicara di program Indonesia Lawyer's Club yang tayang di tvOne pada Selasa malam (11/2). 

Padahal, rumus agar BUMN bisa berkembang maju dan bebas dari korupsi sangat sederhana dalam pandangan Rizal. Itu semua merupakan perpaduan antara visi, strategi dan personel yang sinkron. 

"Pada kenyataannya justru ada inkonsistensi dari visi, misi dan personalia," ungkapnya lagi. 

Lalu, apa saran dari Rizal supaya permasalahan korupsi di BUMN bisa tuntas?

1. Rizal bingung Indonesia punya visi agar berdaulat pangan, tapi strateginya malah impor

Rizal Ramli: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak NyambungIDN Times / Larasati Rey

Salah satu contoh bentuk ketidak konsistenan visi dengan strategi dalam pembangunan BUMN yakni soal membangun kedaulatan pangan. Idealnya sebagai negara yang ingin berdaulat di bidang pangan, maka Indonesia harus bisa memenuhi kemampuannya sendiri. 

"Tapi, strateginya malah impor jor-joran, sehingga nanti petani enam bulan kalau belum bisa panen karena terlalu panas baru bisa nanam bulan Januari dan panen bulan Mei atau Juni. Saat itu Bulog (Badan Urusan Logistik) belum punya uang, dan kalau dibiarkan bisa-bisa petani kita akan susah," kata Rizal yang sempat duduk sebagai Kepala Bulog itu. 

Ia menilai strategi yang dijalankan justru terbalik dengan visi yang selama ini disampaikan ketika berpidato agar bisa dipilih oleh rakyat. Contoh lain yang ia ambil yakni soal impor garam. Rizal mengatakan petani garam mengeluh karena komoditas itu diimpor terlalu banyak. 

"Petani garam itu nangis, karena harusnya yang diimpor hanya dua juta ton, tetapi malah ada ekstra impor satu juta ton," kata dia. 

Komoditas gula pun mengalami nasib serupa. Yang didukung oleh pemerintah yakni mengimpor gula rafinasi. 

Sementara, SDM yang dijadikan pemimpin BUMN itu justru orang-orang yang diuntungkan dari praktik impor tersebut. 

"Selama Indonesia tetap inkonsisten seperti ini, maka kita akan sulit untuk menjadi the best," katanya menegaskan. 

Baca Juga: Rizal Ramli: Rakyat Indonesia Gak Butuh Ibu Kota Baru, Tapi Presiden 

2. Rizal Ramli menyebut sistem di Indonesia tidak menginginkan SDM dengan kualitas terbaik duduk sebagai pemimpin

Rizal Ramli: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak NyambungIDN Times/Hana Adi Perdana

Hal lain yang dikritik oleh Rizal yakni mengenai kemampuan birokrat di Indonesia. Sistem yang berlaku di Indonesia justru sering kali tak menempatkan orang-orang dengan kemampuan terbaik di posisi puncak. Padahal, ada begitu banyak para pejabat yang memiliki kemampuan mumpuni. 

"Tetapi, they not come forward ke atas karena sistem di kita tidak mencari yang terbaik untuk tugas apapun. Yang ditempatkan adalah yang mendukung dan memberikan sumbangan ketimbang mencari sosok yang terbaik," ujarnya. 

Ia menilai apabila Indonesia bisa menerapkan itu, maka RI bisa menjadi negara yang hebat di masa depan. 

3. Politik uang dinilai Rizal menghancurkan upaya untuk membangun Indonesia

Rizal Ramli: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak NyambungIDN Times/Vanny El Rahman

Sayangnya, sesuatu yang ideal di Indonesia tidak akan bisa terwujud karena dipengaruhi oleh politik uang. Menurutnya, titik episentrum dari semua perbuatan korupsi di Indonesia adalah politik uang. 

"Oleh sebab itu kita biayai saja partai politik oleh negara seperti di Eropa, Australia dan Selandia Baru. Biaya yang dibutuhkan tidak banyak hanya Rp6 triliun satu tahun. Partai itu nyolong ramai-ramai saya prediksi bisa mencapai Rp70 triliun," kata Rizal. 

Ia optimistis dengan parpol dibiayai oleh negara maka orang-orang yang memiliki kualitas baik bisa muncul. 

"Selama yang mendominasi adalah politik uang, gak usah mimpi deh yang aneh-aneh, survived aja udah lumayan," kata dia lagi. 

4. Erick Thohir tetap berpandangan ahlak menjadi modal nomor satu untuk membenahi BUMN

Rizal Ramli: BUMN Sulit Maju, karena Visi dan Strategi Gak NyambungIDN Times/Kevin Handoko

Sementara, bagi Menteri BUMN yang baru, Erick Thohir, sistem sebaik apapun yang diciptakan tetapi kualitas orangnya tidak memiliki ahlak, maka tidak berpengaruh banyak. BUMN, kata Erick, memiliki aset mencapai sekitar Rp8.400 triliun dan menyumbang dividen dan pajak ke negara sekitar Rp467 triliun. 

Oleh sebab itu, Erick akan menciptakan sistem semacam dashboard agar bisa memantau kinerja masing-masing BUMN. 

"Karena dengan begitu kami bisa mengetahui proyek-proyek mana saja yang ketika itu atau yang sedang dikerjakan melalui proses bisnis yang baik dan kepentingan yang jelas. Bukan justru proyek yang hari ini mohon maaf menjadi bancakan," kata Erick. 

Ia mengakui praktik korupsi di Indonesia tergolong berat dan sudah berada di stadium tiga. Rencana lain yang sudah dirancang yaitu ia sudah memetakan BUMN mana yang fokus ke bisnis dan mana yang mengejar pelayanan publik. 

"Jadi, ada empat kategori BUMN. Ada BUMN yang fokus mengejar keuntungan bisnis seperti Telkomsel dan Bank Mandiri. Ada juga BUMN perpaduan bisnis dan pelayanan publik seperti PLN dan PT Pertamina. Ada juga BUMN yang memiliki pelayanan publik sangat besar, tetapi bisnisnya jadi kurang seperti PT Bulog dan PT Pupuk Indonesia. Ada juga yang fokusnya gak jelas," tutur dia. 

Maka, Erick berencana untuk merger BUMN yang tak jelas tersebut. Kluster tersebut, kata menteri dari kalangan pengusaha itu tidak ingin sekedar berwacana. 

"Kalau di Indonesia kan bikin makalah paling jago, tapi ketika mengimplementasikan itu yang berat," ujarnya. 

Baca Juga: Cerita Erick Thohir, Dipanggil Anaknya Om karena 2 Minggu Gak Pulang 

Topik:

Berita Terkini Lainnya