Satgas: Larangan Masuk dari 14 Negara ke RI Dicabut untuk Jaga Ekonomi

Mayoritas Omicron di Indonesia berasal dari kasus impor

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menjelaskan alasan pemerintah kembali membuka pintu kedatangan internasional bagi warga dari 14 negara. Ia mengatakan kebijakan itu diambil untuk menjaga hubungan bilateral dan stabilitas ekonomi. Semula, warga dari 14 negara itu dilarang masuk ke Indonesia karena memiliki kasus COVID-19 Omicron yang tinggi. 

"Virus Omicron sudah menyebar di lebih dari 150 negara. Jadi, kalau hanya menutup (pintu masuk) bagi 14 negara akan timbul protes dan ketidakadilan," ungkap Suharyanto seperti dikutip dari kantor berita ANTARA pada Selasa (18/1/2022). 

Ia menambahkan meski pintu masuk kedatangan internasional tidak dibatasi, tetapi pemerintah tetap memberlakukan kewajiban karantina selama tujuh hari. Waktu karantina itu pun dipangkas dari semula 10 hari. 

Suharyanto menjelaskan alasan waktu karantina dipangkas lantaran para ahli mengatakan masa inkubasi Omicron berkisar 3 hingga 6 hari. "Bahkan, di Amerika Serikat saja, setelah lima hari (isolasi mandiri) dianggap sembuh," tutur dia lagi. 

Lalu, apa langkah pemerintah untuk mencegah agar prediksi lonjakan Omicron pada periode Februari hingga Maret 2022 tidak benar-benar terjadi?

1. Menko Luhut imbau perkantoran kembali bekerja dari rumah

Satgas: Larangan Masuk dari 14 Negara ke RI Dicabut untuk Jaga EkonomiIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan berdasarkan data yang ia miliki Indonesia akan mengalami puncak kasus Omicron pada pertengahan Februari 2022 hingga awal Maret 2022. Bahkan, kasus harian COVID-19 pada pekan lalu sempat menyentuh angka 1.054. 

Maka, ia pun mengimbau kepada pemilik perusahaan yang tidak esensial agar segera dilakukan penilaian di area perkantoran terkait kapasitas maksimum pegawainya. "Bila opsi WFH (work from home) masih bisa menjadi jalan untuk mencapai produktivitas, maka saya serahkan kepada pemimpin perusahaan untuk membuat asesmen sendiri," ujar Luhut pada 16 Januari 2022 lalu. 

Ia menambahkan, bila ditelusuri lebih lanjut angka transmisi lokal sudah lebih tinggi dibandingkan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Kasus harian itu, kata Luhut, didominasi di area Pulau Jawa dan Bali, terutama di DKI Jakarta dan sekitarnya. Kenaikan kasus COVID-19 di area Jawa dan Bali juga terlihat di Provinsi Jawa Barat dan Banten. 

Baca Juga: Kasatgas: Pintu Internasional Dibuka Semua karena Protes Ketidakadilan

2. Pemerintah akan genjot pemberian vaksin booster di wilayah Jadebotabek

Satgas: Larangan Masuk dari 14 Negara ke RI Dicabut untuk Jaga Ekonomiilustrasi vaksin booster (IDN Times/Aditya Pratama)

Salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk menekan dampak lonjakan kasus Omicron yakni dengan menggenjot pemberian vaksin booster. Pemerintah akan fokus memberikan vaksin itu di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Sebab, area pertama yang berpotensi terjadi lonjakan kasus yakni di Ibu Kota.

"Kami juga akan melakukan penegakan terhadap protokol kesehatan lebih massif. Persyaratan masuk ke fasilitas publik juga bakal diperketat. Hanya mereka yang sudah divaksinasi dua kali dapat beraktivitas di tempat publik," ungkap pria yang menjadi komandan PPKM di wilayah Jawa dan Bali itu. 

Pemerintah resmi memulai pemberian vaksin booster pada 12 Januari 2022 lalu. Vaksin yang diberikan secara gratis itu, diprioritaskan lebih dulu bagi kaum lansia dan rentan. 

Ia juga mewanti-wanti kepada kepala daerah di wilayah Jawa dan Bali yang belum memaksimalkan pemberian vaksinasi, agar segera menyuntikan vaksin ke semua warganya.

3. Pasien COVID-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Tembus 2.000

Satgas: Larangan Masuk dari 14 Negara ke RI Dicabut untuk Jaga EkonomiRumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat (IDN Times/Besse Fadhilah)

Lonjakan kasus Omicron sudah mulai terlihat. Kini, semakin banyak pasien yang dirawat di RSDC Wisma Atlet. 

Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kolonel dr. Mintoro Sumego mengatakan, jumlah pasien di Wisma Atlet pada awal Desember 2021 adalah sekitar 112 orang. Angka tersebut kemudian melonjak drastis hanya dalam satu bulan. Per Senin, 17 Januari 2022, jumlah pasien yang dirawat di fasilitas tersebut sudah menjadi 2.535 orang.

“Awal Desember 2021 masih 112 pasien, sekarang sudah 2.000-an pasien,” ujar Mintoro, Senin kemarin.

Pihak RSDC Wisma Atlet telah mengantisipasi penambahan jumlah pasien tersebut dengan mengoperasikan satu tower tambahan untuk rawat isolasi. Saat ini keterisian ruangan isolasi di RSDC Wisma Atlet telah mencapai 43 persen.

"Masih ada kapasitas ruangan yang tidak terisi. (Kapasitas) kita di sini total ada 5.939 tempat tidur," katanya lagi. 

Baca Juga: Wisma Atlet Buka Tower 7 Antisipasi Lonjakan Kasus COVID-19

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya